Tafsir Israiliyyat: Berawal dari Ketidaktahuan Arab dan Hijrahnya Bangsa Yahudi

Selasa, 24 Oktober 2023 - 10:15 WIB
loading...
Tafsir Israiliyyat:...
Hidup secara bertetangga membuat bangsa Yahudi dan bangsa Arab mempunyai relasi yang sangat baik. Ilustrasi: kartu pos Grenville collins
A A A
Muhammad Husain Adz-Zahabi dalam bukunya berjudul "Isrâîliyyât dalam Tafsir dan Hadits" menyebutkan penemuan legenda Israiliyyat berawal dari ketidaktahuan Arab . Yahudi, Ahl al-Kitâb , telah hidup dalam peradaban Arab sejak zaman kuno, yakni 70 M.

Hal itu terjadi akibat adanya eksodus besar-besaran di Palestina atas kezaliman titas Rumani. "Mereka datang berbondong-bondong ke Jazirah Arab untuk menemui Nabi yang diramal dapat mengembalikan tanah yang dijanjikan Tuhan," tulis A Umar Syam Manggabarani dalam Tesisnya berjudul "Israiliyyat dalam Kisah Nabi Yusuf as Perspektif Ibnu Katsir".

Mereka mulai bertempat tinggal di daerah Yaman dan Syam berdampingan dengan umat Muslim lainnya.



Diketahui, kala itu Syam merupakan pusat perdagangan bangsa Arab. Di sana mulai terbangun interaksi yang luas antara bangsa Arab dan Yahudi . Sehingga menimbulkan rasa keingintahuan antara keduanya terhadap ilmu yang dimiliki masing-masing. Di mana bangsa Yahudi hijrah ke Jazirah Arab dengan membawa peradaban dan pengetahuan yang tinggi.

Sedangkan bangsa Arab saat itu masih memiliki budaya dan pengetahuan yang sangat terbatas, sehingga sangat mudah terpengaruh dengan bangsa lain. "Hubungan antara umat Islam, Yahudi dan Nasrani begitu sangat erat, disebabkan oleh keberadaan mereka pada zaman yang sama," tutur Umar Syam.

Mengakibatkan terjadinya pencampuran budaya di antara mereka, maka tidak dapat dipungkiri bahwa ajaran mereka mudah masuk ke dalam ajaran Islam.

Seiring berjalannya waktu, bukan hanya Yaman dan Syam saja yang ditempati. Bahkan Yahudi sudah menyebar di daerah Madinah dengan mendirikan pemukiman secara berkelompok. Di antaranya, Bani Qainuq, Bani Naḍīr, Bani Quraiẓah dan Fadk. Kejadian itu terjadi setelah Nabi dan para sahabat hijrah dari Makkah ke Madinah.



Hidup secara bertetangga membuat bangsa Yahudi dan bangsa Arab mempunyai relasi yang sangat baik. Relasi itu terbangun karena sering terjadinya komunikasi dan diskusi antara keduanya. Bahkan Nabi pun yang mengatur langsung perkumpulan antara bangsa Yahudi dan para sahabat untuk berbincang-bincang, sekaligus menyampaikan dakwah kepada mereka.

Hal itu dilatarbelakangi pula dengan beberapa dari bangsa Yahudi yang menanyakan suatu persoalan kepada Nabi. Entah sengaja untuk menguji kebenaran atas kenabiannya atau memang benar atas ketidaktahuannya.

Penjelasan di atas, kata Umar Syam, terlihat bahwa Nabi mempunyai sikap toleransi yang baik untuk diajarkan kepada umatnya. Karena tujuan Nabi adalah memanusiakan manusia tanpa harus menjelekkan agama, ras atau budayanya.

Nabi mempunyai kecerdasan emosional yang tinggi, dengan selalu berbicara baik dan tidak menjatuhkan bangsa lain. Sehingga dapat dengan mudah mengumpulkan bangsa Yahudi untuk berdiskusi bersama. Terlibat interaksi yang intens antara dua bangsa tersebut, membuat dua pembesar Yahudi masuk Islam. Yaitu Abdullah ibn Salam dan Ka‘ab al-Akhbar, yang diketahui keduanya memiliki pengetahuan luas tentang peradaban dan kebudayaan Yahudi.



Setelah menjadi Muslim, para Sahabat mempengaruhi ayat-ayat Al-Qur'an tentang penceritaan. Abu Hurairah, Abdullah ibn Abbas, dan Abdullah ibn 'Amr ibn 'A bergabung di pihak Ahl al-Kitâb.

Hal yang terjadi kemudian ada dua unsur yang mempengaruhi dakwah israiliyyat ke dalam tafsir. Pertama, adanya pertemuan dan komunikasi antara sahabat dengan bangsa Yahudi.

Kedua, adanya ulama Yahudi yang masuk Islam dengan membawa pengetahuan kitab mereka.

(mhy)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1737 seconds (0.1#10.140)