Zikir Laa Ilaa ha Illallah, Bacaan Zikir Paling Utama
loading...
A
A
A
Di antara bacaan zikir, lafaz Laa Ilaa ha Illalah merupakan zikir yang paling utama. Kenapa demikian? Begini penjelasan Syaikul Islam Imam Ibnu Taimiyah dalam Kitab Al Ubudiyah, yang disampaikan dalam ceramah Ustadz Abdullah Taslim, Lc. MA. Berikut uraiannya:
Didalam sebuah hadis riwayat Tirmidzi dan yang lainnya dengan sanad yang hasan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Seutama-utama zikir adalah kalimat Laa Ilaa ha Illallah (tidak ada sesembahan yang benar selain Allah) dan seutama-utama do’a adalah mengucapkan Alhamdulillah (segala puji bagi Allah)”
Maka tidak ada lagi zikir yang lain. Misalnya hanya mengucapkan kalimat “Allah” atau “ar-Rahman” atau “ar-Rahiim” saja. Karena hal itu tidak mengandung makna yang sempurna. Ini tidaklah disyariatkan bahkan tidak berkaitan dengan iman sama sekali.
Oleh karena itu dengan kita mempelajari pemahaman yang benar dalam berzikir, beribadah, membaca Al-Qur’an dan merenungkan isinya, dalam menjalankan semua yang diturunkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala kepada Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ibnu Qayyim rahimahullah mengatakan,
“Zikir yang paling utama dan paling bermanfaat adalah zikir yang berkesesuaian antara hati dan lisan, dan lafalnya berasal dari zikir Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan orang yang mengucapkannya menghayati makna dan maksud dari lafal zikir tersebut” (Al-Fawaid: Ibnul Qoyyim, hal. 247).
Jadi tidak benar orang-orang yang menciptakan zikir-zikir tertentu mengambil dari gurunya yang disebut sebagai zikir khusus. Apakah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengajarkan zikir yang dapat menguatkan iman kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala?
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diperintahkan untuk menjelaskan agama ini dengan sejelas-jelasnya. Bahkan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri yang bersabda:
“Aku tinggalkan kalian dalam suatu keadaan terang-benderang, siangnya seperti malamnya. Tidak ada yang berpaling dari keadaan tersebut kecuali ia pasti celaka.” (HR. Ahmad)
Wallahu A'lam
Didalam sebuah hadis riwayat Tirmidzi dan yang lainnya dengan sanad yang hasan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أفضل الذكر لا إله إلا الله وأفضل الدعاء الحمد لله
“Seutama-utama zikir adalah kalimat Laa Ilaa ha Illallah (tidak ada sesembahan yang benar selain Allah) dan seutama-utama do’a adalah mengucapkan Alhamdulillah (segala puji bagi Allah)”
Maka tidak ada lagi zikir yang lain. Misalnya hanya mengucapkan kalimat “Allah” atau “ar-Rahman” atau “ar-Rahiim” saja. Karena hal itu tidak mengandung makna yang sempurna. Ini tidaklah disyariatkan bahkan tidak berkaitan dengan iman sama sekali.
Oleh karena itu dengan kita mempelajari pemahaman yang benar dalam berzikir, beribadah, membaca Al-Qur’an dan merenungkan isinya, dalam menjalankan semua yang diturunkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala kepada Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ibnu Qayyim rahimahullah mengatakan,
و أفضل الذكر و أنفعه ما واطأ فيه القلب اللسان، و كان من الأذكار النبوية و شهد الذاكر معانيه و مقاصده
“Zikir yang paling utama dan paling bermanfaat adalah zikir yang berkesesuaian antara hati dan lisan, dan lafalnya berasal dari zikir Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan orang yang mengucapkannya menghayati makna dan maksud dari lafal zikir tersebut” (Al-Fawaid: Ibnul Qoyyim, hal. 247).
Jadi tidak benar orang-orang yang menciptakan zikir-zikir tertentu mengambil dari gurunya yang disebut sebagai zikir khusus. Apakah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengajarkan zikir yang dapat menguatkan iman kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala?
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diperintahkan untuk menjelaskan agama ini dengan sejelas-jelasnya. Bahkan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri yang bersabda:
تَرَكْتُكُمْ عَلَى الْبَيْضَاءِ لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا لَا يَزِيغُ عَنْهَا بَعْدِي إِلَّا هَالِكٌ
“Aku tinggalkan kalian dalam suatu keadaan terang-benderang, siangnya seperti malamnya. Tidak ada yang berpaling dari keadaan tersebut kecuali ia pasti celaka.” (HR. Ahmad)
Wallahu A'lam
(wid)