Pemuka Agama di Dunia Berkumpul Bahas Perubahan Iklim, Ini Kata Kiyai Cholil
loading...
A
A
A
Tokoh lintas agama dari 30 negara berkumpul di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab membahas pemanasan global dan perubahan iklim. Indonesia diwakili oleh Ketua Bidang Dakwah dan Ukhwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, KH Muhammad Cholil Nafis.
Ulama yang biasa disapa Kiyai Cholil ini mengatakan, Konferensi Perubahan Iklim ini berlangsung selama dua hari sejak Senin 6 November 2023. Semua pemuka agama diberi kesempatan membahas tentang pemanasan global dan perubahan iklim.
"Saya mewakili MUI menyampaikan tentang kepedulian umat Islam Indonesia untuk menjaga lingkungan dan perubahan iklim. Karena menjaga lingkungan berarti menjaga kehidupan umat. Kalau sampai Tahun 250 pemanasan global tidak dapat diturunkan maka akan banyak bencana alam seperti banjir, longsor dan kerusakan pulau," kata Kiyai Cholil kepada SINDOnews.
Kepada para peserta konferensi, Kiyai Cholil menyampaikan bahwa MUI telah memiliki lembaga khusus untuk menjaga lingkungan hidup dan mengeluarkan fatwa untuk menjaga lingkungan hidup dan pemanasan global. Seperti fatwa tentang penambangan yang ramah lingkungan, air daur ulang dan penggunaan dana infaq dan zakat untuk program pemulihan lingkungan hidup, air bersih dan sanitasi.
"Tokoh agama punya tanggung jawab untuk mengubah perilaku manusia. Apalagi tokoh agama memiliki banyak pengikut, maka sangat tepat menjadikan manusia sebaga subjek bukan objek teknologi demi menjaga stabilitas alam," ungkap Kiyai Cholil.
Dalam konferensi itu, Kiyai Cholil juga mengetuk hati nurani para pelaku eksploitasi alam dengan teknologi yang merusak alam. Begitu juga dengan pelaku perang yang menyebabkan kerusakan bumi dan menimbulkan pemanasan global. Artinya, untuk mengatasi kerusakan dan perubahan iklim perlu ada kerja sama dari semua pihak. Sebab, alam ini adalah rumah yang kita tempati secarabersama-sama.
Lihat Juga: KH Cholil Nafis: Dai Harus Punya Kompetensi, Tuntun Umat ke Arah Lebih Baik dan Sejahtera
Ulama yang biasa disapa Kiyai Cholil ini mengatakan, Konferensi Perubahan Iklim ini berlangsung selama dua hari sejak Senin 6 November 2023. Semua pemuka agama diberi kesempatan membahas tentang pemanasan global dan perubahan iklim.
"Saya mewakili MUI menyampaikan tentang kepedulian umat Islam Indonesia untuk menjaga lingkungan dan perubahan iklim. Karena menjaga lingkungan berarti menjaga kehidupan umat. Kalau sampai Tahun 250 pemanasan global tidak dapat diturunkan maka akan banyak bencana alam seperti banjir, longsor dan kerusakan pulau," kata Kiyai Cholil kepada SINDOnews.
Kepada para peserta konferensi, Kiyai Cholil menyampaikan bahwa MUI telah memiliki lembaga khusus untuk menjaga lingkungan hidup dan mengeluarkan fatwa untuk menjaga lingkungan hidup dan pemanasan global. Seperti fatwa tentang penambangan yang ramah lingkungan, air daur ulang dan penggunaan dana infaq dan zakat untuk program pemulihan lingkungan hidup, air bersih dan sanitasi.
"Tokoh agama punya tanggung jawab untuk mengubah perilaku manusia. Apalagi tokoh agama memiliki banyak pengikut, maka sangat tepat menjadikan manusia sebaga subjek bukan objek teknologi demi menjaga stabilitas alam," ungkap Kiyai Cholil.
Dalam konferensi itu, Kiyai Cholil juga mengetuk hati nurani para pelaku eksploitasi alam dengan teknologi yang merusak alam. Begitu juga dengan pelaku perang yang menyebabkan kerusakan bumi dan menimbulkan pemanasan global. Artinya, untuk mengatasi kerusakan dan perubahan iklim perlu ada kerja sama dari semua pihak. Sebab, alam ini adalah rumah yang kita tempati secarabersama-sama.
Lihat Juga: KH Cholil Nafis: Dai Harus Punya Kompetensi, Tuntun Umat ke Arah Lebih Baik dan Sejahtera
(rhs)