Bila Tak Mampu Menyeru Kebaikan, Imam Al Ghazali Menyarankan Lakukan 2 Hal Ini
loading...
A
A
A
Di tengah kecamuk perang Palestina dan Israel, masyarakat dunia terbagi dua kubu, ada membela atau sebaliknya menghujat. Bagaimana sebenarnya sikap terbaik setiap muslim menghadapi kondisi seperti itu? Dalam Islam, ditegaskan bahwa oang-orang yang dalam hidupnya dapat menegakkan agama, dengan menyeru pada perbuatan yang makruf dan mencegah kemungkaran memiliki derajat yang tinggi di sisi AllahTa'ala.
Akan tetapi, bagaimana bila dalam menjalani hidup tak mampu untuk menyeru orang lain pada perbaikan makruf, dan tak sanggup juga mencegah kemungkaran? Bahkan ada kekhawatiran besar bila berkumpul justru akan terjerumus pada kemaksiatan.
Menurut Imam Abu Hamid al-Ghazali dalam kitabBidayat al- Hidayah, bahwa bila seorang hamba tak mampu untuk menegakkan agama dan tak mampu juga untuk memberikan kemaslahatan bagi orang lain, hendaknya dia:
Artinya: "Apabila engkau tidak sanggup menegakkan agamamu dengan hal saat saat bergaul dengan manusia dan tidak juga bisa memberikan keselamatan, maka uzlah adalah lebih utama bagimu. Maka lakukanlah untuk mu itu, karena di dalamnya terdapat keselamatan." (Lihat kitabBidayatal-Hidayahhalaman 116-117 cetakan Darul Minhaj Lebanon Beirut).
Artinya: "Maka apabila ada bisikan setan menarik-narik engkau dalam beruzlah pada perkara yang tidak diridhoi Allah Ta'ala dan tidak mengaku kuasa mengendalikan dengan pekerjaan-pekerjaan ibadah maka bagimu lebih baik tidur,"
Meski tidur adalah baik, tetapi ini adalah keadaan yang paling rendah bagi seorang hamba. Imam al-Ghazali mengibaratkan seperti orang yang selamat karena kabur dari medan perang.
Meski dia tak memperoleh keuntungan perang (jika menang mendapat harta rampasan atau jika mati menjadi syuhada) setidaknya dia selamat karena melarikan diri. Namun demikian, itu bukanlah tindakan satria.
Artinya: "Maka inilah lebih baik keadaan bagimu dan bagi kita. Ketika tak mampu mendapat rampasan perang maka kita pun ridha dengan keselamatan dalam perang. Dan betapa hinanya keadaan orang yang keselamatan agamanya dalam menghentikan hidupnya. Sebab mati itu saudaranya mati. Yaitu menghentikan hidupnya, dan sama halnya dengan benda mati."
Wallahu A'lam
Akan tetapi, bagaimana bila dalam menjalani hidup tak mampu untuk menyeru orang lain pada perbaikan makruf, dan tak sanggup juga mencegah kemungkaran? Bahkan ada kekhawatiran besar bila berkumpul justru akan terjerumus pada kemaksiatan.
Menurut Imam Abu Hamid al-Ghazali dalam kitabBidayat al- Hidayah, bahwa bila seorang hamba tak mampu untuk menegakkan agama dan tak mampu juga untuk memberikan kemaslahatan bagi orang lain, hendaknya dia:
(1).Beruzlah (berpindah tempat dan mengasingkan diri).
Hal itu lebih utama, setidaknya dia tidak menjadi beban orang lain, tidak menyusahkan orang lain, dan tidak menjerumuskan orang lain pada keburukan. Dengan beruzlah setidaknya akan membawa keselamatan bagi diri sendiri.فإن عجزت عن القيام بحق دينك مع مخالطة الناس وكنت لا تسلم ، فالعزلة أولى بك ، فعليك بها ، ففيها السلامة
Artinya: "Apabila engkau tidak sanggup menegakkan agamamu dengan hal saat saat bergaul dengan manusia dan tidak juga bisa memberikan keselamatan, maka uzlah adalah lebih utama bagimu. Maka lakukanlah untuk mu itu, karena di dalamnya terdapat keselamatan." (Lihat kitabBidayatal-Hidayahhalaman 116-117 cetakan Darul Minhaj Lebanon Beirut).
(2) Tidur
Akan tetapi menurut Imam al-Ghazali apabila terdapat kekhawatiran atau godaan-godaan ketika akan beruzlah yang membawa diri terhadap perbuatan-perbuatan yang tak diridhai AllahTa'ala, misalnya khawatir dengan beruzlah justru menjadikan sombong, atau malah justru di tempat yang baru lebih lalai mengerjakan kewajiban terhadap Allah SWT, maka pilihan yang terbaik adalah tidur. Sebab dengan tidur setidaknya seorang hamba terhindar dari kemaksiatan.فإن كانت الوساوس في العزلة تجاذبك إلى ما لا يرضي الله تعالى ولم تقدر على قمعها بوظائف العبادات ، فعليك بالنوم
Artinya: "Maka apabila ada bisikan setan menarik-narik engkau dalam beruzlah pada perkara yang tidak diridhoi Allah Ta'ala dan tidak mengaku kuasa mengendalikan dengan pekerjaan-pekerjaan ibadah maka bagimu lebih baik tidur,"
Meski tidur adalah baik, tetapi ini adalah keadaan yang paling rendah bagi seorang hamba. Imam al-Ghazali mengibaratkan seperti orang yang selamat karena kabur dari medan perang.
Meski dia tak memperoleh keuntungan perang (jika menang mendapat harta rampasan atau jika mati menjadi syuhada) setidaknya dia selamat karena melarikan diri. Namun demikian, itu bukanlah tindakan satria.
فهذا أحسن أحوالك وأحوالنا ، إذا عجزنا عن الغنيمة ، فرضينا بالسلامة في الهزيمة ، واخسس بحال من سلامة دينه في تعطيل حياته ، إذ النوم أخو الموت ، وهو تعطيل للحياة ، والتحاق بالجمادات
Artinya: "Maka inilah lebih baik keadaan bagimu dan bagi kita. Ketika tak mampu mendapat rampasan perang maka kita pun ridha dengan keselamatan dalam perang. Dan betapa hinanya keadaan orang yang keselamatan agamanya dalam menghentikan hidupnya. Sebab mati itu saudaranya mati. Yaitu menghentikan hidupnya, dan sama halnya dengan benda mati."
Wallahu A'lam
(wid)