Gerakan Teosofi Budi Utomo: Terbuka untuk Semua Agama, tapi Tidak dengan Islam

Rabu, 22 November 2023 - 14:41 WIB
loading...
Gerakan Teosofi Budi Utomo: Terbuka untuk Semua Agama, tapi Tidak dengan Islam
Perkumpulan Theosofi mengaku terbuka untuk semua agama, namun tampaknya mereka menjalin sangat sedikit persentuhan dengan Islam. Foto/IIlustrasi: Ist
A A A
Pada masa berkembangnya Gerakan Teosofi, gesekan-gesekan pemikiran dengan tokoh-tokoh Islam yang berasal dari Sarekat Islam berlangsung sengit. Bahkan rivalitas antara Budi Utomo dan Sarekat Islam, di antaranya juga berpangkal dari pemahaman soal keyakinan dan pemahaman Islam.

T. Stevens dalam bukunya berjudul "Tarekat Mason Bebas dan masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia, 1764-1962" (Pustaka Sinar Harapan, 2004 ) mengungkap tokoh Budi Utomo, seperti Goenawan Mangoenkoesomo dan Radjiman Wediodiningrat cenderung bersikap konfrontatif terhadap aspirasi Islam.

"Tak heran, jika Prof. Reeve sebagai akademisi yang pernah meneliti Gerakan Teosofi, menyatakan, "Perkumpulan Theosofi mengaku terbuka untuk semua agama, namun tampaknya mereka menjalin sangat sedikit persentuhan dengan Islam," tulis Stevens.



Akira Nagazumi dalam bukunya berjudul "The dawn of Indonesian Nasionalism : the early years of the Budi Utomo, 1908-1918" yang dalam edisi Indonesia menjadi "Bangkitnya nasionalisme Indonesia: Budi Utomo 1908-1918" menyebut himpunan Theosofi merupakan kelompok yang cukup berpengaruh di dalam Budi Utomo.

Melalui tokoh Belanda wakil sekretaris yang menjadi pemimpin kelompok ini di Hindia yaitu D. Van Hinloopen Labberton. "Sebagai orang yang berilmu Labberton mendapat julukan kiai santri oleh orang-orang Jawa," tulisnya.

Kedekatan Budi Utomo dengan Himpunan Theosofi juga diperlihatkan oleh Soetomo yang mengatakan bahwa “kiai ini menjadi pusat, sumber bagi kita, oleh karena pergaulannya yang akrab dengan banyak tokoh penting dari kalangan mana saja. Kita bisa dengan mudah mendapatkan informasi tentang sejumlah masalah, yang menjadi bahan pembicaraan dan pembahasan dalam kelompok kita.

Melalui perantara anggota Budi Utomo yang tertarik pada Theosofi, Badan Pengururs setuju menyelenggarakan ceramah atas nama Himpunan Theosofi Hindia Belanda. Sekitar 300 hadirin mendengarkan ceramah Labberton dengan penuh perhatian pada tanggal 16 Januari 1909, terutama ketika ia berbicara panjang lebar mengenai masalah agama.



Bukti lain kedekatan Gerakan Theosofi dengan Budi Utomo terlihat dalam Perayaan 10 Tahun Organisasi Budi Utomo pada 1918 yang berlangsung di Loji Theosofi, di De Ruijstestraat 67 Den Haag, Belanda.

Dalam perayaan tersebut, tokoh-tokoh Budi Utomo dan mahasiswa Indonesia, termasuk Ki Hadjar Dewantara dan Gunawan Mangunkoesomo, menggelar perayaan dan peluncuran buku Soembangsih: Gedenkboek Boedi Oetomo 1908-20 Mei 1918.

Dalam buku itu, Gunawan Mangunkusomo menulis, "Bagaimanapun tinggi nilai kebudayaan Islam, ternyata tidak mampu menembus hati rakyat. Bapak penghulu boleh saja supaya kita mengucap syahadat, 'hanya ada satu Allah dan Muhammad-lah NabiNya', tetapi dia tidak akan bisa berbuat apa-apa bila cara hidup kita, jalan pikiran kita, masih tetap seperti sewaktu kekuasaan Majapahit dihancurkan secara kasar oleh Demak," kutip Artawijaya dalam bukunya berjudul "Jaringan Yahudi Internasional di Nusantara" (Pustaka al-Kautsar, 2010).

Pernyataan tersebut memperjelas bahwa pemikiran Gunawan Mangunkusumo seperti menangguhkan ajaran agama Islam. Hal itu juga menegaskan adanya pengaruh dari kaum Theosofi atau Freemasonry dalam pemikirannya mengenai agama dan sekulerisasi di tubuh Budi Utomo.

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2699 seconds (0.1#10.140)