Amr bin Luhai: Pelopor Penyembah Berhala yang Memiliki 20 Buah Mata Unta
loading...
A
A
A
Amr bin Luhai sang pelopor penyembah berhala yang disebut dalam hadis adalah tokoh yang disegani di tengah masyarakat Arab pada zamannya. Ia dikenal kaya raya . Amr bin Luhai mencukil mata untanya sebanyak 20 buah.
Hal itu merupakan gambaran bahwa ia memiliki 20.000 ekor onta. Karena dalam adat masyarakat Arab, bahwa orang yang memiliki 1000 onta harus mencukil 1 mata untanya. "Hal itu sebagai tolak bala dari penyakit ‘ain yang menyerang unta-unta tersebut," tulis Abu Bakar Zakaria dalam buku yang diterjemahkan Abu Umamah Arif Hidayatullah berjudul "Sang Ponir Kesyirikan".
Menurutnya, Amr bin Luhai membagikan kepada masyarakat Arab 10.000 unta. Dia pula orang yang pertama kali memberi makan jama’ah haji di Makkah yang berupa lemak punuk onta dan dagingnya yang dicampur dengan kuah remukan roti.
As-Suhaili, sebagaimana dikutip Abu Bakar Zakaria, mengatakan: "Seringkali ia menyembelih 10.000 unta yang gemuk pada saat haji, dan memberikan 10.000 pakaian sampai-sampai ia dijuluki sebagai Latta yang mencampur tepung dengan air bagi jama’ah haji, di atas batu yang sudah dikenal sebagai batunya Latta".
Kemudian masyarakat berlebih-lebihan dan mengatakan, "Sesungguhnya ia pada suatu tahun memberikan pakaian bagi seluruh jama’ah haji. Setiap orang mendapatkan 3 buah pakaian Yaman"
Amr juga memberi makan masyarakat Arab setiap tahunnya dan membuatkan makanan untuk mereka dari mentega dan madu, serta menumbuk gandum.
Ia pula orang yang menetapkan aturan tentang unta Bahirah, Washilah, Ham, dan Saaibah.
Talbiyah Ibrahim dalam haji diganti olehnya. As-Suhaili mengatakan, "Ketika Amr bin Luhaiy bertalbiyah ada orang tua yang merupakan penampakkan dari setan bertalbiyah bersamanya. Amr mengucapkan, "Labbaika Laa Syarika Laka". Orang tua itu menyeru, "illa Syarikan Huwa Laka".
Amr mengingkari ucapan orang tua itu dan berkata, "Apa-apaan ini?. Orang tua itu berkata, katakanlah!, "Tamlikuhu Wa Maa Malak". Tidak mengapa dengan ucapan ini. Maka Amr menirukannya dan akhirnya diikuti oleh masyarakat Arab.
Amr adalah orang yang pertama kali mengubah agama Isma’il ‘alaihissalam yang lurus, dengan peribadahan kepada berhala. Ia yang memasukkan berhala ke tanah haram, dan itu sebagaimana diriwayatkan:
Ketika Amr bin Luhai merasa bahwa dirinya mampu mengalahkan Jurhum, dan selanjutnya adalah Makkah, kemudian kaum-kaum di sekitarnya ingin mengokohkan kekuasaannya dan merealisasikannya dengan membuat akidah yang baru, menggantikan agama yang lurus.
Ia melihat kaumnya bermudah-mudahan dalam hal itu. Setelah berlalunya zaman dan berjalan beberapa tahun, Amr sering bepergian ke negeri tetangga seperti Syam dan Irak. Ia meneliti keadaan penduduknya, dan ia melihat akidah penduduknya sebagai penyembah berhala.
Ia melihat bahwa pada hal itu ada sarana untuk mengadakan suatu sandaran yang berupa materi keduniaan, sebagai cara untuk mengokohkan tujuan politiknya.
Sebabnya sebagaimana dikatakan oleh al-‘Askari: "Sesungguhnya seorang raja membutuhkan agama seperti butuhnya kepada harta dan pengawal. Karena raja tidaklah terwujud dengan baiat, dan baiat tidak ada tanya adanya sumpah, sedangkan sumpah tidaklah ada kecuali bagi para pemeluk agama. Di mana seorang tidak sah sumpahnya kecuali dengan agamanya dan sesembahannya. Orang yang tidak beragama tidak dipercaya sumpahnya".
Oleh karena itu ia meninggalkan agama hanifiyah, agama Isma’il dan Ibrahim. Karena ia melihat bahwa dirinya tidak mampu menguasai mereka secara sempurna. Akan tetapi kekuasaan dalam agama hanifiyah adalah milik Allah ta’ala saja. Maka ia meletakkan berhala-berhala di sekeliling Kakbah.
Hal itu merupakan gambaran bahwa ia memiliki 20.000 ekor onta. Karena dalam adat masyarakat Arab, bahwa orang yang memiliki 1000 onta harus mencukil 1 mata untanya. "Hal itu sebagai tolak bala dari penyakit ‘ain yang menyerang unta-unta tersebut," tulis Abu Bakar Zakaria dalam buku yang diterjemahkan Abu Umamah Arif Hidayatullah berjudul "Sang Ponir Kesyirikan".
Menurutnya, Amr bin Luhai membagikan kepada masyarakat Arab 10.000 unta. Dia pula orang yang pertama kali memberi makan jama’ah haji di Makkah yang berupa lemak punuk onta dan dagingnya yang dicampur dengan kuah remukan roti.
As-Suhaili, sebagaimana dikutip Abu Bakar Zakaria, mengatakan: "Seringkali ia menyembelih 10.000 unta yang gemuk pada saat haji, dan memberikan 10.000 pakaian sampai-sampai ia dijuluki sebagai Latta yang mencampur tepung dengan air bagi jama’ah haji, di atas batu yang sudah dikenal sebagai batunya Latta".
Kemudian masyarakat berlebih-lebihan dan mengatakan, "Sesungguhnya ia pada suatu tahun memberikan pakaian bagi seluruh jama’ah haji. Setiap orang mendapatkan 3 buah pakaian Yaman"
Amr juga memberi makan masyarakat Arab setiap tahunnya dan membuatkan makanan untuk mereka dari mentega dan madu, serta menumbuk gandum.
Ia pula orang yang menetapkan aturan tentang unta Bahirah, Washilah, Ham, dan Saaibah.
Talbiyah Ibrahim dalam haji diganti olehnya. As-Suhaili mengatakan, "Ketika Amr bin Luhaiy bertalbiyah ada orang tua yang merupakan penampakkan dari setan bertalbiyah bersamanya. Amr mengucapkan, "Labbaika Laa Syarika Laka". Orang tua itu menyeru, "illa Syarikan Huwa Laka".
Amr mengingkari ucapan orang tua itu dan berkata, "Apa-apaan ini?. Orang tua itu berkata, katakanlah!, "Tamlikuhu Wa Maa Malak". Tidak mengapa dengan ucapan ini. Maka Amr menirukannya dan akhirnya diikuti oleh masyarakat Arab.
Amr adalah orang yang pertama kali mengubah agama Isma’il ‘alaihissalam yang lurus, dengan peribadahan kepada berhala. Ia yang memasukkan berhala ke tanah haram, dan itu sebagaimana diriwayatkan:
Ketika Amr bin Luhai merasa bahwa dirinya mampu mengalahkan Jurhum, dan selanjutnya adalah Makkah, kemudian kaum-kaum di sekitarnya ingin mengokohkan kekuasaannya dan merealisasikannya dengan membuat akidah yang baru, menggantikan agama yang lurus.
Ia melihat kaumnya bermudah-mudahan dalam hal itu. Setelah berlalunya zaman dan berjalan beberapa tahun, Amr sering bepergian ke negeri tetangga seperti Syam dan Irak. Ia meneliti keadaan penduduknya, dan ia melihat akidah penduduknya sebagai penyembah berhala.
Ia melihat bahwa pada hal itu ada sarana untuk mengadakan suatu sandaran yang berupa materi keduniaan, sebagai cara untuk mengokohkan tujuan politiknya.
Sebabnya sebagaimana dikatakan oleh al-‘Askari: "Sesungguhnya seorang raja membutuhkan agama seperti butuhnya kepada harta dan pengawal. Karena raja tidaklah terwujud dengan baiat, dan baiat tidak ada tanya adanya sumpah, sedangkan sumpah tidaklah ada kecuali bagi para pemeluk agama. Di mana seorang tidak sah sumpahnya kecuali dengan agamanya dan sesembahannya. Orang yang tidak beragama tidak dipercaya sumpahnya".
Oleh karena itu ia meninggalkan agama hanifiyah, agama Isma’il dan Ibrahim. Karena ia melihat bahwa dirinya tidak mampu menguasai mereka secara sempurna. Akan tetapi kekuasaan dalam agama hanifiyah adalah milik Allah ta’ala saja. Maka ia meletakkan berhala-berhala di sekeliling Kakbah.
(mhy)