Kisah Rahib Yahudi Mengolok-olok Perpindahan Kiblat ke Masjidil Haram Makkah
loading...
A
A
A
Dalam Sirah Nabawiyah karya Ibnu Hisyam diceritakan karakter orang Yahudi yang suka membangkang dan berbantah-bantahan. Lebih parah dari itu, mereka suka mengadu domba, berkhianat, dan mengolok-olok para Nabi dan Rasul yang diutus Allah kepada mereka.
Salah satu watak buruk kaum Yahudi terkuak ketika mereka mengolok-olok pemindahan arah Kiblat kaum muslimin dari Majidil Aqsha Palestina (Baitul Maqdis) ke Ka'bah Masjidil Haram, Makkah. Al-Qur'an menyebut mereka adalah "orang yang kurang akal" disebabkan ucapan dan perkataan mereka.
Ketika pemindahan Kiblat dari Baitul Maqdis ke Masjidil Haram, para Rahib Yahudi mengolok-olok Nabi ﷺ dan kaum muslimin. Ibnu Ishaq berkata, "Ketika arah kiblat dipindahkan dari Syam ke Ka'bah, dan peristiwa tersebut terjadi pada bulan Rajab tepatnya 70 bulan setelah kedatangan Rasulullah ﷺ di Madinah, para pemuka Yahudi datang kepada beliau ﷺ. Mereka adalah Rifa'ah bin Qais, Fardam bin Amr, Ka'ab bin Al-Asyraf, Rafi' bin Abu Raff, Al-Hajjaj bin Amr sekutu Ka'ab bin Al-Asyraf, Ar-Rabi' bin Ar-Rabi' bin Abu Al-Huqaiq, dan Kinanah bin Ar-Rabi' bin Abu Al-Huqaiq."
Ucapan Orang Yahudi
Para Rahib Yahudi itu berkata kepada Rasulullah ﷺ : "Hai Muhammad, kenapa engkau pindah dari Kiblatmu semula, padahal engkau mengaku memeluk agama Ibrahim? Kembalilah kepada kiblatmu, niscaya kami mengikutimu dan membenarkanmu." Mereka berkata seperti itu dengan maksud ingin mengeluarkan Rasulullah ﷺ dari agamanya.
Kemudian Allah Ta'ala menurunkan ayat tentang perkataan mereka:
سَيَقُولُ السُّفَهَاءُ مِنَ النَّاسِ مَا وَلَّاهُمْ عَن قِبْلَتِهِمُ الَّتِي كَانُوا عَلَيْهَا ۚ قُل لِّلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ ۚ يَهْدِي مَن يَشَاءُ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ. وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِّتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا ۗ وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِي كُنتَ عَلَيْهَا إِلَّا لِنَعْلَمَ مَن يَتَّبِعُ الرَّسُولَ مِمَّن يَنقَلِبُ عَلَىٰ عَقِبَيْهِ ۚ وَإِن كَانَتْ لَكَبِيرَةً إِلَّا عَلَى الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ ۗ وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَّحِيمٌ
Artinya: "Orang-orang yang kurang akalnya di antara manusia akan berkata: "Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?" Katakanlah (Muhammad): "Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus". Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia." (QS Al-Baqarah: 142-143)
Kemudian Allah berfirman: "Kami melihat wajahmu (Muhammad) sering menengadah ke langit, maka akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau senangi. Maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam. Dan di mana saja engkau berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi Kitab (Taurat dan Injil) tahu, bahwa (pemindahan kiblat) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan. Dan walaupun engkau (Muhammad) memberikan semua ayat (keterangan) kepada orang-orang yang diberi Kitab itu, mereka tidak akan mengikuti kiblatmu, dan engkau pun tidak akan mengikuti kiblat mereka. Sebagian mereka tidak akan mengikuti kiblat sebagian yang lain. Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah sampai ilmu kepadamu, niscaya eng-kau termasuk orang-orang zalim. Orang-orang yang telah Kami beri Kitab (Taurat dan Injil) mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anak mereka sendiri. Sesungguhnya sebagian mereka pasti menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui(nya). Kebenaran itu dari Tuhanmu, maka janganlah sekali-kali engkau (Muhammad) termasuk orang-orang yang ragu." (QS Al-Baqarah: 144-147)
Pada saat Nabi berhijrah ke Madinah, beliau dan para sahabat melaksanakan sholat menghadap Baitul Maqdis Palestina selama 16 sampai 17 bulan. Pada bulan Rajab Tahun ke-2 Hijriah, Allah memerintahkan Nabi menghadap ke Ka'bah Masjidil Haram di Makkah.
Kaum Yahudi, orang musyrik dan orang munafik mengingkari perpindahan Kiblat tersebut. Mereka menanyakan alasan perpindahan itu. Kemudian Nabi ﷺ diperintahkan Allah untuk memberi jawaban bahwa semua arah adalah kepunyaan Allah Ta'ala.
Wallahu A'lam
Salah satu watak buruk kaum Yahudi terkuak ketika mereka mengolok-olok pemindahan arah Kiblat kaum muslimin dari Majidil Aqsha Palestina (Baitul Maqdis) ke Ka'bah Masjidil Haram, Makkah. Al-Qur'an menyebut mereka adalah "orang yang kurang akal" disebabkan ucapan dan perkataan mereka.
Ketika pemindahan Kiblat dari Baitul Maqdis ke Masjidil Haram, para Rahib Yahudi mengolok-olok Nabi ﷺ dan kaum muslimin. Ibnu Ishaq berkata, "Ketika arah kiblat dipindahkan dari Syam ke Ka'bah, dan peristiwa tersebut terjadi pada bulan Rajab tepatnya 70 bulan setelah kedatangan Rasulullah ﷺ di Madinah, para pemuka Yahudi datang kepada beliau ﷺ. Mereka adalah Rifa'ah bin Qais, Fardam bin Amr, Ka'ab bin Al-Asyraf, Rafi' bin Abu Raff, Al-Hajjaj bin Amr sekutu Ka'ab bin Al-Asyraf, Ar-Rabi' bin Ar-Rabi' bin Abu Al-Huqaiq, dan Kinanah bin Ar-Rabi' bin Abu Al-Huqaiq."
Ucapan Orang Yahudi
Para Rahib Yahudi itu berkata kepada Rasulullah ﷺ : "Hai Muhammad, kenapa engkau pindah dari Kiblatmu semula, padahal engkau mengaku memeluk agama Ibrahim? Kembalilah kepada kiblatmu, niscaya kami mengikutimu dan membenarkanmu." Mereka berkata seperti itu dengan maksud ingin mengeluarkan Rasulullah ﷺ dari agamanya.
Kemudian Allah Ta'ala menurunkan ayat tentang perkataan mereka:
سَيَقُولُ السُّفَهَاءُ مِنَ النَّاسِ مَا وَلَّاهُمْ عَن قِبْلَتِهِمُ الَّتِي كَانُوا عَلَيْهَا ۚ قُل لِّلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ ۚ يَهْدِي مَن يَشَاءُ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ. وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِّتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا ۗ وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِي كُنتَ عَلَيْهَا إِلَّا لِنَعْلَمَ مَن يَتَّبِعُ الرَّسُولَ مِمَّن يَنقَلِبُ عَلَىٰ عَقِبَيْهِ ۚ وَإِن كَانَتْ لَكَبِيرَةً إِلَّا عَلَى الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ ۗ وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَّحِيمٌ
Artinya: "Orang-orang yang kurang akalnya di antara manusia akan berkata: "Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?" Katakanlah (Muhammad): "Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus". Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia." (QS Al-Baqarah: 142-143)
Kemudian Allah berfirman: "Kami melihat wajahmu (Muhammad) sering menengadah ke langit, maka akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau senangi. Maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam. Dan di mana saja engkau berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi Kitab (Taurat dan Injil) tahu, bahwa (pemindahan kiblat) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan. Dan walaupun engkau (Muhammad) memberikan semua ayat (keterangan) kepada orang-orang yang diberi Kitab itu, mereka tidak akan mengikuti kiblatmu, dan engkau pun tidak akan mengikuti kiblat mereka. Sebagian mereka tidak akan mengikuti kiblat sebagian yang lain. Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah sampai ilmu kepadamu, niscaya eng-kau termasuk orang-orang zalim. Orang-orang yang telah Kami beri Kitab (Taurat dan Injil) mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anak mereka sendiri. Sesungguhnya sebagian mereka pasti menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui(nya). Kebenaran itu dari Tuhanmu, maka janganlah sekali-kali engkau (Muhammad) termasuk orang-orang yang ragu." (QS Al-Baqarah: 144-147)
Pada saat Nabi berhijrah ke Madinah, beliau dan para sahabat melaksanakan sholat menghadap Baitul Maqdis Palestina selama 16 sampai 17 bulan. Pada bulan Rajab Tahun ke-2 Hijriah, Allah memerintahkan Nabi menghadap ke Ka'bah Masjidil Haram di Makkah.
Kaum Yahudi, orang musyrik dan orang munafik mengingkari perpindahan Kiblat tersebut. Mereka menanyakan alasan perpindahan itu. Kemudian Nabi ﷺ diperintahkan Allah untuk memberi jawaban bahwa semua arah adalah kepunyaan Allah Ta'ala.
Wallahu A'lam
(rhs)