Peristiwa Bulan Rajab: Shalahuddin Sukses Membebaskan Baitul Maqdis
loading...
A
A
A
Salah satu peristiwa penting di bulan Rajab adalah Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi berhasil membebaskan Baitul Maqdis , Palestina . Peristiwa ini terjadi tepat pada tanggal 27 Rajab 583 H.
Ketika ingin membebaskan Palestina, Sultan Shalahuddin al Ayyubi tidak langsung menyiapkan tentara dan peralatan perang. Akan tetapi yang mula-mula beliau lakukan adalah mempersatukan umat Islam dalam satu ikatan akidah yang benar, yaitu akidah Ahlussunnah wal Jama’ah .
Kesatuan akidah akan melahirkan kesatuan hati. Kesatuan hati antarumat Islam adalah kekuatan dahsyat yang tidak terkalahkan. Salah satu upaya untuk mewujudkan hal itu, beliau memerintahkan setiap muazin di semua wilayah yang beliau kuasai untuk mengumandangkan aqidah Asy'ariyyah setiap hari sesaat sebelum adzan shubuh.
Sejarah mencatat, pada pada hari Jumat, 27 Rajab 583 H bertepatan dengan 2 Oktober 1187, pasukan Islam yang dipimpin Shalahuddin Al Ayyubi sukses merebut Kota al-Quds dan membebaskan Baitul Maqdis.
Hari dikuasainya kembali al-Quds merupakan hari yang baik, sayyidul ayyam. Hari Jumat merupakan hari favorit Shalahuddin untuk memulai pertempuran. Dan tentu saja ia juga merupakan hari favorit untuk meraih kemenangan. Tanggal kemenangan itu juga merupakan tanggal yang bersejarah.
Ibn Shaddad dalam bukunya berjudul "The Rare and Excellent History of Saladin" yang dalam edisi Arab "al-Nawādir al-Sultaniyya wa'l-Maḥāsin al-Yūsufiyya" menulis, “Sultan menerima penyerahan kota itu pada hari Jumat 27 Rajab. Waktu itu bertepatan dengan (tanggal) Mikraj Nabi yang telah disebutkan di dalam al-Qur’an al-Karim .”
Derap suara kuda dan gemuruh takbir bersahut-sahutan memekikkan syukur atas kemenangan yang sudah dinanti-nanti selama 90 tahun itu, sejak Baitul Maqdis jatuh ke tangan pasukan Salib.
Kota al-Quds (Yerusalem) jatuh ke tangan Pasukan Salib pada tahun 1099 (492 H). Ketika kota itu dikuasai Pasukan Salib, 70.000 kaum Muslimin yang berada di kota itu dibunuh oleh Pasukan Salib selama satu minggu lamanya. Selama puluhan tahun berikutnya, tidak ada satu pun kaum Muslimin yang berhasil merebut kembali kota al-Quds dari tangan Pasukan Salib.
Perjuangan panjang untuk membebaskan tempat suci ini sudah dimulai sejak Immaduddin, Nuruddin, dan baru berhasil di masa Shalahuddin.
Sejak itu, Shalahuddin memerintahkan pasukannya untuk membersihkan Baitul Maqdis yang semasa pendudukan pasukan salib digunakan sebagai istana sekaligus pusat komando Perang Salib.
Patung-patung, salib, gambar, dan simbol-simbol kekufuran lainnya ditanggalkan. Puluhan babi yang dipelihara di lingkungan Al Aqsa disingkirkan.
Untuk pertama kalinya, setelah hampir satu abad, azan kembali berkumandang dari Masjidil Aqsa. Dari tempat di mana Rasulullah SAW mikraj untuk menjemput perintah sholat.
Pasukan Shalahuddin yang begitu perkasa di medan jihad, luruh dalam keharuan manakala mendengar seruan, “… Hayya 'alash sholah… Hayya 'alal falah –Marilah kita shalat. Marilah meraih kemenangan-“
Semua segera membenamkan sujud syukurnya dalam-dalam. Termasuk Sang Panglima yang masih kelelahan akibat staminanya terkuras habis di detik-detik terakhir menjelang kemenangan.
Shalahuddin lalu menunjuk Qadi Muhyiddin bin Zaki ad-Din untuk mengimami sholat dan menyampaikan khutbah yang diawali dengan QS Al An’am 45: “Maka orang-orang yang zalim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.”
Di antara isi khutbahnya yang terkenal, “Wahai segenap manusia, berbahagialah dengan ridha Allah yang merupakan tujuan utama. Dia telah memudahkan untuk mengambalikan Al Aqsa yang sirna. Ini adalah Tanah Air bapak kalian, Ibrahim AS dan lokasi Mikraj Muhammad SAW, serta kiblat pertama kalian. Di sinilah Rasulullah SAW shalat dengan para malaikat.
Kalian telah mengembalikan kejayaan Qadisiyah, peristiwa Yarmuk, Khaibar, untuk Islam. Allah akan membalas jasa dan segala daya upaya yang kalian kerahkan untuk melawan musuh. Allah akan menerima darah para syuhada dan menggantinya dengan surga kelak…”
Ketika ingin membebaskan Palestina, Sultan Shalahuddin al Ayyubi tidak langsung menyiapkan tentara dan peralatan perang. Akan tetapi yang mula-mula beliau lakukan adalah mempersatukan umat Islam dalam satu ikatan akidah yang benar, yaitu akidah Ahlussunnah wal Jama’ah .
Kesatuan akidah akan melahirkan kesatuan hati. Kesatuan hati antarumat Islam adalah kekuatan dahsyat yang tidak terkalahkan. Salah satu upaya untuk mewujudkan hal itu, beliau memerintahkan setiap muazin di semua wilayah yang beliau kuasai untuk mengumandangkan aqidah Asy'ariyyah setiap hari sesaat sebelum adzan shubuh.
Baca Juga
Sejarah mencatat, pada pada hari Jumat, 27 Rajab 583 H bertepatan dengan 2 Oktober 1187, pasukan Islam yang dipimpin Shalahuddin Al Ayyubi sukses merebut Kota al-Quds dan membebaskan Baitul Maqdis.
Hari dikuasainya kembali al-Quds merupakan hari yang baik, sayyidul ayyam. Hari Jumat merupakan hari favorit Shalahuddin untuk memulai pertempuran. Dan tentu saja ia juga merupakan hari favorit untuk meraih kemenangan. Tanggal kemenangan itu juga merupakan tanggal yang bersejarah.
Ibn Shaddad dalam bukunya berjudul "The Rare and Excellent History of Saladin" yang dalam edisi Arab "al-Nawādir al-Sultaniyya wa'l-Maḥāsin al-Yūsufiyya" menulis, “Sultan menerima penyerahan kota itu pada hari Jumat 27 Rajab. Waktu itu bertepatan dengan (tanggal) Mikraj Nabi yang telah disebutkan di dalam al-Qur’an al-Karim .”
Derap suara kuda dan gemuruh takbir bersahut-sahutan memekikkan syukur atas kemenangan yang sudah dinanti-nanti selama 90 tahun itu, sejak Baitul Maqdis jatuh ke tangan pasukan Salib.
Kota al-Quds (Yerusalem) jatuh ke tangan Pasukan Salib pada tahun 1099 (492 H). Ketika kota itu dikuasai Pasukan Salib, 70.000 kaum Muslimin yang berada di kota itu dibunuh oleh Pasukan Salib selama satu minggu lamanya. Selama puluhan tahun berikutnya, tidak ada satu pun kaum Muslimin yang berhasil merebut kembali kota al-Quds dari tangan Pasukan Salib.
Baca Juga
Perjuangan panjang untuk membebaskan tempat suci ini sudah dimulai sejak Immaduddin, Nuruddin, dan baru berhasil di masa Shalahuddin.
Sejak itu, Shalahuddin memerintahkan pasukannya untuk membersihkan Baitul Maqdis yang semasa pendudukan pasukan salib digunakan sebagai istana sekaligus pusat komando Perang Salib.
Patung-patung, salib, gambar, dan simbol-simbol kekufuran lainnya ditanggalkan. Puluhan babi yang dipelihara di lingkungan Al Aqsa disingkirkan.
Untuk pertama kalinya, setelah hampir satu abad, azan kembali berkumandang dari Masjidil Aqsa. Dari tempat di mana Rasulullah SAW mikraj untuk menjemput perintah sholat.
Pasukan Shalahuddin yang begitu perkasa di medan jihad, luruh dalam keharuan manakala mendengar seruan, “… Hayya 'alash sholah… Hayya 'alal falah –Marilah kita shalat. Marilah meraih kemenangan-“
Semua segera membenamkan sujud syukurnya dalam-dalam. Termasuk Sang Panglima yang masih kelelahan akibat staminanya terkuras habis di detik-detik terakhir menjelang kemenangan.
Baca Juga
Shalahuddin lalu menunjuk Qadi Muhyiddin bin Zaki ad-Din untuk mengimami sholat dan menyampaikan khutbah yang diawali dengan QS Al An’am 45: “Maka orang-orang yang zalim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.”
Di antara isi khutbahnya yang terkenal, “Wahai segenap manusia, berbahagialah dengan ridha Allah yang merupakan tujuan utama. Dia telah memudahkan untuk mengambalikan Al Aqsa yang sirna. Ini adalah Tanah Air bapak kalian, Ibrahim AS dan lokasi Mikraj Muhammad SAW, serta kiblat pertama kalian. Di sinilah Rasulullah SAW shalat dengan para malaikat.
Kalian telah mengembalikan kejayaan Qadisiyah, peristiwa Yarmuk, Khaibar, untuk Islam. Allah akan membalas jasa dan segala daya upaya yang kalian kerahkan untuk melawan musuh. Allah akan menerima darah para syuhada dan menggantinya dengan surga kelak…”
(mhy)