Mengapa Bulan Rajab Disebut Bulan Menanam? Begini Penjelasannya

Rabu, 17 Januari 2024 - 12:33 WIB
loading...
A A A
Maka bagi seseorang hendaknya mempersiapkan amal saleh di bulan Rajab dan menjaga sebaik-baiknya dan sungguh-sungguh di bulan Sya’ban, agar dapat menunaikan sebaik mungkin di bulan Ramadan.

Para ulama banyak mengungkapkan hal ini dengan berbagai redaksi, di antara ungkapan-ungkapan itu adalah:

“Rajab adalah untuk meninggalkan kesia-sian, Sya’ban bulan untuk beramal dan kesetiaan dan Ramadan untuk kejujuran dan kejernihan.”

“Rajab bulan taubat, Sya’ban bulan kecintaan dan Ramadan bulan pendekatan (kepada Allah).”

“Rajab bulan kehormatan, Sya’ban bulan pelayanan dan Ramadan adalah bulan kenikmatan.”

“Rajab bulan beribadah, Sya’ban adalah bulan kezuhudan dan Ramadan adalah bulan tambahan (ibadah).”

“Rajab adalah bulan Allah melipat gandakan kebaikan, Sya’ban adalah bulan menghapus kesalahan dan Ramadan adalah bulan menunggu karomah (kemuliaan).”

“Rajab adalah bulan orang-orang yang mendahului (dengan amal), Sya’ban adalah bulan orang yang lurus beramal dan Ramadan adalah bulan orang-orang berdosa (untuk kembali bertaubat).”

Zun Nun Al-Misry rahimahullah mengatakan, “Bulan Rajab adalah untuk meninggalkan kesalahan-kesalahan, Sya’ban adalah bulan untuk mempergunakan ketaatan-ketaatan. Dan Ramadan adalah bulan menunggu karomah (kemuliaan). Siapa yang tidak meninggalkan kesalahan, tidak mempergunakannya dengan ketaatan-ketaatan, dan tidak menunggu karomah (kemuliaan) maka dia termasuk orang yang tersesat.”

Beliau –rahimahullah- juga berkata; “Rajab adalah bulan menanam, Sya’ban adalah bulan menyiram sementara Ramadan adalah bulan memanen. Semua akan memanen apa yang dia tanam dan mendapatkan balasan dari apa yang dilakukan. Siapa yang menyia-nyiakan kesempatan menanam, maka dia akan menyesal di waktu panen, hasilnya di luar harapan dan ujungnya adalah keburukan.”

Sebagian orang-orang saleh mengatakan, “Setahun bagaikan pohon, Rajab adalah hari-hari menyiramnya, Sya’ban adalah hari-hari berbuahnya. Dan Ramadan adalah hari-hari memanennya.” (Al-Gunyah, Al-Jailany, 1/326).

Ibnu Rajab dalam kitab ‘Lathaiful Ma’arif, (121) mengatakan, “Bulan Rajab adalah kunci bagi bulan kebaikan dan keberkahan (Ramadan).”

Abu Bakar Al-Waraq Al-Balkhi berkata, “Bulan Rajab adalah bulan menanam, bulan Sya’ban adalah bulan menyiram, dan bulan Ramadan adalah bulan memetik buahnya.” Beliau juga mengatakan, “Perumpamaan bulan Rajab seperti angin, bulan Sya’ban seperti awan mendung dan bulan Ramadan seperti rintik hujan.”

Sebagian ulama mengatakan, “Setahun seperti pepohonan, Rajab adalah bulan menumbuhkan dedaunan, Sya’ban bulan menumbuhkan cabang dan Ramadan adalah bulan memanen. Orang-orang mukmin yang memanennya.

Penting diperhatikan bagi lembaran-lembarannya yang menghitam karena dosa-dosa, maka di bulan ini untuk memutihkannya dengan bertaubat. Kalau yang masih menyia-nyiakan umurnya dengan menganggur, maka hendaknya mempergunakan kesempatan ini pada sisa umurnya.

Setiap muslim hendaknya memperbanyak menanam kebaikan dan amalan saleh. Inilah tananam yang dapat ditanam di sela-sela umurnya dengan harapan dapat memetik buah kebaikan ketika bertemu dengan Tuhan seluruh alam.

Di antara amal terpenting yang selayaknya dilakukan seseorang pada bulan Ramadan adalah:

1. Menunaikan shalat wajib dan shalat sunah terutama qiyamul lail
2. Berpuasa
3. Bersedekah
4. Tilawah Al-Qur’an
5. Berzikir

Az-Zahabi rahimahullah mengatakan, “Demi Allah, membaca Al-Quran dengan tartil sepertujuh Qur’an waktu tahajud Qiyamullail, menjaga salat-salat sunah rawatib, Duha, tahiyatul masjid, berzikir dengan riwayat shahih yang bersumber dari Nabi, membaca doa ketika tidur dan bangun, berzikir pada setiap selesai salat wajib dan di waktu sahur, sibuk mempelajari ilmu yang bermanfaat dengan tetap menjaga keikhlasan karena Allah, mengajak kepada kebaikan, membimbing orang yang tidak tahu dan memahamkannya, serta melarang orang fasik dari kefasikannya dan semisal itu, melakukan shalat wajib berjama’ah secara khusyu dan tuma’ninah, tunduk dan penuh keimanan, melakukan yang wajib, dan menjauhi dosa-dosa besar, memperbanyak berdoa dan memohon ampunan (istighfar), bersedekah dan menyambung hubungan kekerabatan, tawadhu dan ikhlas dalam semuanya itu, adapa perbuatan-perbuatan yang mulia nan agung. Mereka akan mendapatkan kedudukan orang-orang yang selamat dan beruntung, menjadi para kekasih Allah yang bertakwa.” (Siyar a’lam an nubala, 3/84).

Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2213 seconds (0.1#10.140)