Inilah Potret Istri Saleha dan Penyejuk Hati Suami
loading...
A
A
A
Sebagai pasangan, suami istri harus memahami karakter teman hidupnya. Baik tentang seleranya, hasratnya, keinginannya dan berbagai perkara yang membuat kehidupan rumah tangga harmonis.
Seorang muslimah apalagi yang telah bersuami, hendaknya terus belajar memahami psikologi atau tabiat suami agar bisa menghadirkan cinta yang paling indah, dan memberikan pelayanan terbaik kepada orang yang dicintainya karena Allah ‘Azza wa Jalla. Bisakah ia menjadi sosok bidadari saleha sebagaimana wasiat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam,
اَلدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا اَلْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ
“Dunia itu kesenangan, dan sebaik-baik kesenangan dunia adalah wanita shalihah.” (HR Muslim, an-Nasa`i, dan Ahmad)
Seorang istri juga akan menjadi qurrota a’yun (penghias pandangan) tatkala ia senantiasa bersungguh-sungguh menjalani bahtera rumah tangga karena iman dan mengharap pahala dan ridha Allah ‘Azza wa Jalla. (Baca juga : Meski di Rumah, Kapan Seorang Muslimah Boleh Melepaskan Jilbabnya? )
Potret seorang istri saleha, bisa kita teladani dari kisah Zainab binti Hudair, istri Syuraih Al-Qodli, salah seorang sahabat tabi'in Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Dikutip dari buku 'Agar Suami Cemburu Padamu karya Dr. Najla’ As-Sayyid Nayil," inilah sepenggal kisah yang dapat menjadi inspirasi bagi seorang istri yang ingin menjadi perhiasan terindah dunia dan bidadarinya akhirat yaitu perempuan saleha.
Dikisahkan oleh Syuraih:
“Ketika aku menikahi Zainab binti Hudair aku berkata dalam hati, Aku telah menikah dengan seorangperempuan Arab yang paling keras dan paling kaku tabiatnya. Aku teringat tabiat perempuan-perempuan bani Tamim dan kerasnya hati mereka. Aku berkeinginan untuk menceraikannya. Kemudian aku berkata dalam hati, “Aku pergauli dulu (yaitu menikah dan berhubungan dengannya), jika aku dapati apa yang aku suka, aku tahan ia. Dan jika tidak, aku ceraikan ia.”
Kemudian datanglahperempuan-perempuanbani Tamim mengantarkannya. Dan setelah ditempatkan dalam rumah, aku berkata, “Wahai fulanah, sesungguhnya menurut sunnah apabila seorang wanita masuk menemui suaminya hendaklah si suami salat dua rakaat dan si istri juga salat dua rakaat.”
Akupun bangkit mengerjakan salat kemudian aku menoleh ke belakang ternyata ia ikut salat di belakangku. Seusai salat para budak-budak wanita pengiringnya datang dan mengambil pakaianku dan memakaikan padaku pakaian tidur yang telah dicelup dengan za’faran.
Dan tatkala rumah sudah kosong, aku mendekatinya dan aku ulurkan tanganku kepadanya. Ia berkata, “Tahan dulu (sabar dulu).”
Aku berkata dalam hati, “Satu malapetaka telah menimpa diriku.” (yakni musibah telah menimpa dirinya)
Lalu ia memuji Allah kemudian memanjatkan shalawat atas Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, “Aku adalah seorang wanita Arab. Demi Allah, aku tidak pernah melangkah kecuali kepada perkara yang diridhai Allah. Dan engkau adalah lelaki asing, aku tidak mengenali perilakumu (yakni aku belum mengenal tabiatmu).
Beritahulah kepadaku apa saja yang engkau suka hingga aku akan melakukannya dan apa saja yang engkau benci hingga aku bisa menghindarinya.” (Baca juga : Bila Harus Menikah Tanpa Cinta, Inilah Tipsnya! )
Aku berkata kepadanya, “Aku suka begini dan begini (Syuraih menyebutkan satu persatu perkataan, perbuatan, makanan dan segala sesuatu yang disukainya) dan aku benci begini dan begini (Syuraih menyebutkan semua perkara yang ia benci).”
Ia berkata lagi, “Beritahukan kepadaku siapa saja anggota keluargaku yang engkau suka bila ia mengunjungimu?”
Aku (Syuraih) berkata, “Aku adalah seorang qadhi, aku tidak suka mereka (anggota keluargamu) membuatku bosan.”
Maka akupun melewati malam yang paling indah, dan aku tidur tiga malam bersamanya. Kemudian aku keluar menuju majelis qadha’, dan aku tidak melewati satu hari melainkan hari itu lebih baik daripada hari sebelumnya.
Tibalah waktu kunjungan mertua. Yaitu genap satu tahun (setelah berumah tangga).
Aku masuk ke dalam rumahku. Aku dapati seorang wanita tua sedang menyuruh dan melarang.
Seorang muslimah apalagi yang telah bersuami, hendaknya terus belajar memahami psikologi atau tabiat suami agar bisa menghadirkan cinta yang paling indah, dan memberikan pelayanan terbaik kepada orang yang dicintainya karena Allah ‘Azza wa Jalla. Bisakah ia menjadi sosok bidadari saleha sebagaimana wasiat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam,
اَلدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا اَلْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ
“Dunia itu kesenangan, dan sebaik-baik kesenangan dunia adalah wanita shalihah.” (HR Muslim, an-Nasa`i, dan Ahmad)
Seorang istri juga akan menjadi qurrota a’yun (penghias pandangan) tatkala ia senantiasa bersungguh-sungguh menjalani bahtera rumah tangga karena iman dan mengharap pahala dan ridha Allah ‘Azza wa Jalla. (Baca juga : Meski di Rumah, Kapan Seorang Muslimah Boleh Melepaskan Jilbabnya? )
Potret seorang istri saleha, bisa kita teladani dari kisah Zainab binti Hudair, istri Syuraih Al-Qodli, salah seorang sahabat tabi'in Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Dikutip dari buku 'Agar Suami Cemburu Padamu karya Dr. Najla’ As-Sayyid Nayil," inilah sepenggal kisah yang dapat menjadi inspirasi bagi seorang istri yang ingin menjadi perhiasan terindah dunia dan bidadarinya akhirat yaitu perempuan saleha.
Dikisahkan oleh Syuraih:
“Ketika aku menikahi Zainab binti Hudair aku berkata dalam hati, Aku telah menikah dengan seorangperempuan Arab yang paling keras dan paling kaku tabiatnya. Aku teringat tabiat perempuan-perempuan bani Tamim dan kerasnya hati mereka. Aku berkeinginan untuk menceraikannya. Kemudian aku berkata dalam hati, “Aku pergauli dulu (yaitu menikah dan berhubungan dengannya), jika aku dapati apa yang aku suka, aku tahan ia. Dan jika tidak, aku ceraikan ia.”
Kemudian datanglahperempuan-perempuanbani Tamim mengantarkannya. Dan setelah ditempatkan dalam rumah, aku berkata, “Wahai fulanah, sesungguhnya menurut sunnah apabila seorang wanita masuk menemui suaminya hendaklah si suami salat dua rakaat dan si istri juga salat dua rakaat.”
Akupun bangkit mengerjakan salat kemudian aku menoleh ke belakang ternyata ia ikut salat di belakangku. Seusai salat para budak-budak wanita pengiringnya datang dan mengambil pakaianku dan memakaikan padaku pakaian tidur yang telah dicelup dengan za’faran.
Dan tatkala rumah sudah kosong, aku mendekatinya dan aku ulurkan tanganku kepadanya. Ia berkata, “Tahan dulu (sabar dulu).”
Aku berkata dalam hati, “Satu malapetaka telah menimpa diriku.” (yakni musibah telah menimpa dirinya)
Lalu ia memuji Allah kemudian memanjatkan shalawat atas Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, “Aku adalah seorang wanita Arab. Demi Allah, aku tidak pernah melangkah kecuali kepada perkara yang diridhai Allah. Dan engkau adalah lelaki asing, aku tidak mengenali perilakumu (yakni aku belum mengenal tabiatmu).
Beritahulah kepadaku apa saja yang engkau suka hingga aku akan melakukannya dan apa saja yang engkau benci hingga aku bisa menghindarinya.” (Baca juga : Bila Harus Menikah Tanpa Cinta, Inilah Tipsnya! )
Aku berkata kepadanya, “Aku suka begini dan begini (Syuraih menyebutkan satu persatu perkataan, perbuatan, makanan dan segala sesuatu yang disukainya) dan aku benci begini dan begini (Syuraih menyebutkan semua perkara yang ia benci).”
Ia berkata lagi, “Beritahukan kepadaku siapa saja anggota keluargaku yang engkau suka bila ia mengunjungimu?”
Aku (Syuraih) berkata, “Aku adalah seorang qadhi, aku tidak suka mereka (anggota keluargamu) membuatku bosan.”
Maka akupun melewati malam yang paling indah, dan aku tidur tiga malam bersamanya. Kemudian aku keluar menuju majelis qadha’, dan aku tidak melewati satu hari melainkan hari itu lebih baik daripada hari sebelumnya.
Tibalah waktu kunjungan mertua. Yaitu genap satu tahun (setelah berumah tangga).
Aku masuk ke dalam rumahku. Aku dapati seorang wanita tua sedang menyuruh dan melarang.