Pertempuran Nahawand Iran: Kisah Nu'man Syahid tapi Pasukan Muslim Menang

Senin, 22 April 2024 - 14:45 WIB
loading...
Pertempuran Nahawand Iran: Kisah Numan Syahid tapi Pasukan Muslim Menang
Beberapa sejarawan jumlah korban yang tewas dalam perang ini diperkirakan sekitar 80.000 orang. Ilustrasi: Ist
A A A
Pertempuran Nahawand terjadi pada tahun 642 antara pasukan Arab Muslim melawan pasukan Kekaisaran Sasania. Pertempuran berakhir dengan kemenangan mutlak bagi pihak Muslim, dan akibatnya pihak Persia kehilangan kota-kota di sekitar wilayah tersebut, termasuk kota penting Sephahan, yang kini bernama Isfahan di Iran .

Kala itu, Pasukan Sassania berjumlah 150.000 orang di bawah pimpinan Peroz Khosrau yang diangkat Yazdigird III menjadi pemimpin tertinggi. Mereka berasal dari wilayah-wilayah Media, Azerbaijan, Khurasan, Gurgan, Tabaristan, Merw, Baktria, Sistan, Kerman, dan Farsistan, yang mengambil posisi bertahan di luar kota Nahawand.

Sedangkan di pihak Arab, Nu'man bin Muqarrin memimpin 30.000 orang pasukan, yang berasal pangkalan Arab Muslim dari Irak, Khuzistan, dan Sawad.

Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Al-Faruq Umar" yang diterjemahkan Ali Audah menjadi " Umar bin Khattab " (PT Pustaka Litera AntarNusa, April 2000) mengisahkan hari itu hari Jumat, dan Nu'man bin Muqarrin sudah mengeluarkan larangan jangan menyerang pihak Persia sebelum terbenam matahari.



Kala itu, pihak Persia sudah dapat menyusul pasukan Muslimin yang dipimpin Qa'qa' sebelum terbenam matahari, dan mereka dihujani anak panah sehingga banyak yang mengalami luka-luka.

Mereka meminta izin untuk menyerang tetapi Nu'man tidak mengizinkan. Dalam hal ini Mugirah bin Syu'bah berkata kepada Nu'man: "Kalau soalnya di tangan saya, saya tahu apa yang harus kita lakukan."

Akan tetapi dengan tenang Nu'man menjawab: "Janganlah tergesa-gesa, tahanlah keinginan Anda itu. Anda yang akan memegang tugas berikutnya, maka peganglah baik-baik. Allah tidak akan mengecewakan kita! Kami mengharapkan tetap tinggal, Anda mengharapkan cepat bergerak."

Pertempuran Sengit

Sementara itu matahari sudah mulai terbenam. Dengan menunggang seekor kuda beban Nu'man pergi ke lapangan tak jauh dari sana. Satuan demi satuan dilaluinya untuk memberi semangat dan dorongan kepada mereka dengan mengingatkan bahwa dengan kemenangan yang sudah mereka peroleh berarti Allah telah memenuhi janji-Nya. Yang tinggal kini hanya yang kecil-kecil dan tak berharga.



Diingatkan juga masa lalu mereka yang hina, serta segala kemuliaan yang kemudian menyongsong mereka. Yang dipertaruhkan musuh adalah tanah, sedang yang mereka pertaruhkan adalah agama Allah dan agama mereka.

Pihak Persia tidak lebih tangguh dalam melindungi dunianya daripada Muslimin dalam melindungi agamanya. "Setiap seorang dari kalian memberi kekuatan kepada yang berikutnya. Kalau saya sudah sampai pada keputusan, bersiap-siaplah kalian. Saya akan menyerukan takbir tiga kali. Pada takbir pertama bersiap-siaplah; pada takbir kedua angkatlah senjata kalian dan mulailah bangkit, dan pada takbir ketiga, saya akan menyerbu insya Allah, maka ikutlah kalian menyerbu bersama saya. Allahumma ya Allah, perkuatlah agama-Mu dan berikanlah pertolongan kepada hamba-hamba-Mu, dan jadikan Nu'man sebagai syahid pertama hari ini, untuk memperkuat dan memuliakan agama-Mu dan membela hamba-hamba-Mu."

Kata-kata ini dan yang senada dengan itu diucapkan Nu'man di depan setiap satuan yang dilaluinya.

Selesai memberikan semangat dan selesai pula tugasnya kepada mereka, ia kembali ke posisinya semula. Mata para prajurit terarah semua kepadanya sementara ia berjalan dengan mengenakan mantel dan topi tinggi putih.

Ketika ia bertakbir yang pertama, kedua dan ketiga pasukan Muslimin yang sudah terangsang perang itu rasanya ingin terbang ke kubu musuh dan bertekad mengikis musuh. Tak ada di antara mereka yang ingin kembali kepada keluarga sebelum mati terbunuh atau menang.



Begitu Nu'man selesai menyerukan takbirnya, ia terjun dengan panji di tangan, dan langsung menyerbu pasukan Persia seperti rajawali menerkam mangsanya, menetak kepala-kepala musuh berikut kudanya yang terkapar berjatuhan.

Dilihatnya mereka yang di sekitarnya sudah bergelimpangan jatuh dan bergelimang darah. Pasukan Muslimin di sekitarnya terus menggempur, dengan kekuatan dan keberanian semua mereka setara dengan Nu'man.

Melihat kesungguhan pasukan Muslimin dalam serangan itu, pihak Persia juga mempergencar serangannya, sehingga keduanya saling berjabatan pedang! Yang terdengar hanya gemerincing besi lawan besi, atau teriakan para pahlawan, yang semuanya sudah dipacu oleh semangat membara dan berani mati yang sudah tak kenal lari.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3275 seconds (0.1#10.140)