Ibadah Haji: 3 Prinsip Keyakinan yang Dianut Nabi Ibrahim
loading...
A
A
A
Prof Dr Quraish Shihab mengatakan Nabi Ibrahim , adalah teladan seluruh manusia, seperti ditegaskan al-Qur'an surah al-Baqarah :127. Keteladanan tersebut antara lain diwujudkan dalam bentuk ibadah haji dengan berkunjung ke Makkah , karena beliaulah bersama putranya Ismail yang membangun (kembali fondasi-fondasi Kakbah (QS al-Baqarah :127), dan beliau pulalah yang diperintahkan untuk mengumandangkan syari'at haji ( QS al-Haj :27).
Dalam buku "Kontekstualisasi Doktrin Islam Dalam Sejarah", Quraish Shihab menyebutkan keteladanan yang diwujudkan dalam bentuk ibadah tersebut dan yang praktik-praktik ritualnya berkaitan dengan peristiwa yang beliau dan keluarga alami, pada hakikatnya merupakan penegasan kembali dari setiap jamaah haji, tentang keterikatannya dengan prinsip-prinsip keyakinan yang dianut Ibrahim, yang intinya adalah:
1. Pengakuan Keesaan Tuhan, serta penolakan terhadap segala macam dan bentuk kemusyrikan baik berupa patung-patung, bintang, bulan dan matahari bahkan segala sesuatu selain dari Allah swt.
2. Keyakinan tentang adanya neraca keadilan Tuhan dalam kehidupan ini, yang puncaknya akan diperoleh setiap makhluk pada hari kebangkitan kelak.
3. Keyakinan tentang kemanusiaan yang bersifat universal, tiada perbedaan dalam kemanusiaan seseorang dengan lainnya, betapa pun terdapat perbedaan antar mereka dalam hal-hal lainnya.
Menurut Quraish Shihab, ketiga inti ajaran ini tercermin dengan jelas atau dilambangkan dalam praktik-praktik ibadah haji ajaran Islam.
Secara khusus, Quraish menguraikan butir ketiga. Menurutnya, walau pun disadari, keyakinan tentang keesaan Tuhan dan ketundukan semua makhluk di bawah pengawasan, pengaturan dan pemeliharaan-Nya, mengantar makhluk ini, khususnya manusia menyadari bahwa mereka semua sama dalam ketundukan pada Tuhan, Manusia dalam pandangan al-Qur'an, sama dari segi ini dengan makhluk-makhluk lain.
Hal ini karena walau pun manusia memiliki kemampuan menggunakan makhluk-makhluk lain, namun kemampuan tersebut bukan bersumber dari dirinya, tapi akibat penundukan Tuhan dan karena itu ia tak dibenarkan berlaku sewenang-wenang terhadapnya, tapi berkewajiban bersikap bersahabat dengannya.
Keyakinan akan keesaan Tuhan juga mengantar manusia untuk menyadari, bahwa semua manusia dalam kedudukan yang sama dari segi nilai kemanusiaan, karena semua mereka diciptakan dan berada di bawah kekuasaan Allah SWT.
Dalam AL-Quran Surat al-Hujurat ayat 13 menunjukkan betapa erat kaitan antara keyakinan akan keesaan Tuhan dengan persamaan nilai kemanusiaan.
Dalam buku "Kontekstualisasi Doktrin Islam Dalam Sejarah", Quraish Shihab menyebutkan keteladanan yang diwujudkan dalam bentuk ibadah tersebut dan yang praktik-praktik ritualnya berkaitan dengan peristiwa yang beliau dan keluarga alami, pada hakikatnya merupakan penegasan kembali dari setiap jamaah haji, tentang keterikatannya dengan prinsip-prinsip keyakinan yang dianut Ibrahim, yang intinya adalah:
1. Pengakuan Keesaan Tuhan, serta penolakan terhadap segala macam dan bentuk kemusyrikan baik berupa patung-patung, bintang, bulan dan matahari bahkan segala sesuatu selain dari Allah swt.
2. Keyakinan tentang adanya neraca keadilan Tuhan dalam kehidupan ini, yang puncaknya akan diperoleh setiap makhluk pada hari kebangkitan kelak.
3. Keyakinan tentang kemanusiaan yang bersifat universal, tiada perbedaan dalam kemanusiaan seseorang dengan lainnya, betapa pun terdapat perbedaan antar mereka dalam hal-hal lainnya.
Menurut Quraish Shihab, ketiga inti ajaran ini tercermin dengan jelas atau dilambangkan dalam praktik-praktik ibadah haji ajaran Islam.
Secara khusus, Quraish menguraikan butir ketiga. Menurutnya, walau pun disadari, keyakinan tentang keesaan Tuhan dan ketundukan semua makhluk di bawah pengawasan, pengaturan dan pemeliharaan-Nya, mengantar makhluk ini, khususnya manusia menyadari bahwa mereka semua sama dalam ketundukan pada Tuhan, Manusia dalam pandangan al-Qur'an, sama dari segi ini dengan makhluk-makhluk lain.
Hal ini karena walau pun manusia memiliki kemampuan menggunakan makhluk-makhluk lain, namun kemampuan tersebut bukan bersumber dari dirinya, tapi akibat penundukan Tuhan dan karena itu ia tak dibenarkan berlaku sewenang-wenang terhadapnya, tapi berkewajiban bersikap bersahabat dengannya.
Keyakinan akan keesaan Tuhan juga mengantar manusia untuk menyadari, bahwa semua manusia dalam kedudukan yang sama dari segi nilai kemanusiaan, karena semua mereka diciptakan dan berada di bawah kekuasaan Allah SWT.
Dalam AL-Quran Surat al-Hujurat ayat 13 menunjukkan betapa erat kaitan antara keyakinan akan keesaan Tuhan dengan persamaan nilai kemanusiaan.
(mhy)