Kisah Hikmah : Terkabulnya Doa Nabi Zakariya di Bulan Dzulhijjah
loading...
A
A
A
Ada sebuah peristiwa penting yang dialami Nabi Zakariya alaihissalam di bulan Dzulhijjah, yakni nabi utusan Allah ini lulus dari berbagai ujian, sehingga sang Khalik mengijabah doa beliau untuk memperoleh anak yang saleh.
Peristiwa penting itu terjadi pada tanggal 3 Dzulhijjah saat umur Nabi Zakariya sudah sepuh 90 tahun, bahkan ada yang berpendapat berusia 120 tahun.
Dikisahkan, suatu malam Nabi Zakariya duduk di mihrabnya dan bermunajat kepada Allah, berdoa dengan khusyuk dan yakin. Dengan suara yang lemah lembut beliau berdoa:
"Ya Tuhanku, berikanlah aku seorang putra yang akan mewarisiku dan mewarisi sebagian dari keluarga Ya'qub, yang akan meneruskan pimpinan dan pembimbing kepada Bani Isra'il."
"Aku risau sepeninggalku nanti anggota-anggota keluargaku akan rusak kembali akidah dan imannya bila aku tinggalkan tanpa seorang pemimpin yang akan menggantikanku."
"Ya Tuhanku, tulangku telah menjadi lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, sedang istriku adalah seorang perempuan mandul. Namun kekuasaan-Mu tidak terbatas, dan aku berdoa Engkau berkenan mengurniakan seorang anak yang saleh dan Engkau ridha padaku."
Allah pun mengabulkan doa Nabi Zakariya dan berfirman: "Wahai Zakariya, kami sampaikan kabar gembira padamu, kamu akan mendapatkan seorang anak laki-laki bernama Yahya yang saleh dan membenarkan kitab-kitab Allah, menjadi pemimpin yang dianut, menahan diri daripada nafsu dan godaan setan, dan kelak akan menjadi seorang Nabi."
Kemudian Nabi Zakariya berkata: "Ya Allah, bagaimana aku dapat memperoleh keturunan sedang istriku seorang yang mandul dan akupun sudah lanjut usia."
Allah berfirman: "Hal demikian itu mudah bagi-Ku. Tidakkah telah Ku-ciptakan kamu, sedangkan waktu itu kamu tidak ada sama sekali."
Permintaan Nabi Zakariya ini dilatarbelakangi karena kemandulan istrinya seperti yang diutarakan Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Qur’an al-‘Adhim yang ia kutip dari hadis riwayat Ibnu Abbas .
Buya Hamka dalam Tafsir al-Azhar juga turut memberikan pendapat bahwa ketika itu Nabi Zakariya juga sudah sangat tua, usianya diperkirakan sekitar 90 tahun lebih.
Sebagaimana fitrah manusia yang menginginkan keturunan, Nabi Zakariya pun ingin memiliki keturunan. Di samping itu juga agar nantinya ada dari keturunannya yang melanjutkan perjuangannya. Lantas ia pun berdoa kepada Allah agar dikaruniai seorang anak sebagaimana difirmankan Allah dalam Surat Al-Anbiya’ ayat 89 .
Dalam lanjutan Surat Al-Anbiya’ ayat 90, yang berisi salah satu fragmen kisah Nabi Yahya, Allah mengabulkan doa Nabi Zakariya tersebut dengan menganugerahkan seorang anak saleh yang bernama Yahya.
Kisah Nabi Yahya sendiri disebut 5 kali dalam Al-Quran, yaitu pada Surat Ali Imran (3) : 39, Surat Maryam (19) : 7, 12-15, dan Surat Al-Anbiya’ (21) : 89-90.
Ibnu Katsir mengungkapkan bahwa Nabi Zakariya adalah seorang yang khusyuk, hanya menggantungkan segala harapan kepada Allah, dan selalu bersegera dalam mengerjakan amal saleh hingga ia dipuji Allah sebagaimana yang tercantum dalam Surat Al-Anbiya ayat 90.
Kemudian dalam Surat Ali Imran ayat 39, Allah juga menceritakan bahwa Ia mengutus malaikat untuk mengunjungi Nabi Zakariya yang sedang sholat di mihrab. Malaikat itu membawa kabar gembira bahwa Nabi Zakariya akan dikaruniai seorang anak bernama Yahya.
Nama Yahya, menurut Buya Hamka, berasal dari bahasa Ibrani “Yohanes” yang diarabkan. Nama tersebut belum pernah dipakai oleh seorang pun sebelum Nabi Yahya.
Tak lama kemudian, janji Allah pun menjadi kenyataan, istri Nabi Zakariya mengandung. Kemudian lahirlah seorang putra bernama Yahya.
Putra yang bernama Yahya ini Allah janjikan sebagai orang membenarkan kalimat-kalimat Allah, menjadi seorang pemimpin yang terpelihara, dan menjadi seorang nabi yang saleh seperti yang termaktub dalam Surat Ali Imran ayat 39 .
Diangkatnya Yahya menjadi seorang nabi dan rasul oleh Allah ini sekaligus menjadi jawaban bagi doa yang senantiasa dipanjatkan Nabi Zakariya. Nabi Yahya pun kelak melanjutkan risalah yang diemban ayahnya.
Wallahu A'lam
Peristiwa penting itu terjadi pada tanggal 3 Dzulhijjah saat umur Nabi Zakariya sudah sepuh 90 tahun, bahkan ada yang berpendapat berusia 120 tahun.
Dikisahkan, suatu malam Nabi Zakariya duduk di mihrabnya dan bermunajat kepada Allah, berdoa dengan khusyuk dan yakin. Dengan suara yang lemah lembut beliau berdoa:
"Ya Tuhanku, berikanlah aku seorang putra yang akan mewarisiku dan mewarisi sebagian dari keluarga Ya'qub, yang akan meneruskan pimpinan dan pembimbing kepada Bani Isra'il."
"Aku risau sepeninggalku nanti anggota-anggota keluargaku akan rusak kembali akidah dan imannya bila aku tinggalkan tanpa seorang pemimpin yang akan menggantikanku."
"Ya Tuhanku, tulangku telah menjadi lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, sedang istriku adalah seorang perempuan mandul. Namun kekuasaan-Mu tidak terbatas, dan aku berdoa Engkau berkenan mengurniakan seorang anak yang saleh dan Engkau ridha padaku."
Allah pun mengabulkan doa Nabi Zakariya dan berfirman: "Wahai Zakariya, kami sampaikan kabar gembira padamu, kamu akan mendapatkan seorang anak laki-laki bernama Yahya yang saleh dan membenarkan kitab-kitab Allah, menjadi pemimpin yang dianut, menahan diri daripada nafsu dan godaan setan, dan kelak akan menjadi seorang Nabi."
Kemudian Nabi Zakariya berkata: "Ya Allah, bagaimana aku dapat memperoleh keturunan sedang istriku seorang yang mandul dan akupun sudah lanjut usia."
Allah berfirman: "Hal demikian itu mudah bagi-Ku. Tidakkah telah Ku-ciptakan kamu, sedangkan waktu itu kamu tidak ada sama sekali."
Permintaan Nabi Zakariya ini dilatarbelakangi karena kemandulan istrinya seperti yang diutarakan Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Qur’an al-‘Adhim yang ia kutip dari hadis riwayat Ibnu Abbas .
Buya Hamka dalam Tafsir al-Azhar juga turut memberikan pendapat bahwa ketika itu Nabi Zakariya juga sudah sangat tua, usianya diperkirakan sekitar 90 tahun lebih.
Sebagaimana fitrah manusia yang menginginkan keturunan, Nabi Zakariya pun ingin memiliki keturunan. Di samping itu juga agar nantinya ada dari keturunannya yang melanjutkan perjuangannya. Lantas ia pun berdoa kepada Allah agar dikaruniai seorang anak sebagaimana difirmankan Allah dalam Surat Al-Anbiya’ ayat 89 .
Dalam lanjutan Surat Al-Anbiya’ ayat 90, yang berisi salah satu fragmen kisah Nabi Yahya, Allah mengabulkan doa Nabi Zakariya tersebut dengan menganugerahkan seorang anak saleh yang bernama Yahya.
Kisah Nabi Yahya sendiri disebut 5 kali dalam Al-Quran, yaitu pada Surat Ali Imran (3) : 39, Surat Maryam (19) : 7, 12-15, dan Surat Al-Anbiya’ (21) : 89-90.
Ibnu Katsir mengungkapkan bahwa Nabi Zakariya adalah seorang yang khusyuk, hanya menggantungkan segala harapan kepada Allah, dan selalu bersegera dalam mengerjakan amal saleh hingga ia dipuji Allah sebagaimana yang tercantum dalam Surat Al-Anbiya ayat 90.
Kemudian dalam Surat Ali Imran ayat 39, Allah juga menceritakan bahwa Ia mengutus malaikat untuk mengunjungi Nabi Zakariya yang sedang sholat di mihrab. Malaikat itu membawa kabar gembira bahwa Nabi Zakariya akan dikaruniai seorang anak bernama Yahya.
Nama Yahya, menurut Buya Hamka, berasal dari bahasa Ibrani “Yohanes” yang diarabkan. Nama tersebut belum pernah dipakai oleh seorang pun sebelum Nabi Yahya.
Tak lama kemudian, janji Allah pun menjadi kenyataan, istri Nabi Zakariya mengandung. Kemudian lahirlah seorang putra bernama Yahya.
Putra yang bernama Yahya ini Allah janjikan sebagai orang membenarkan kalimat-kalimat Allah, menjadi seorang pemimpin yang terpelihara, dan menjadi seorang nabi yang saleh seperti yang termaktub dalam Surat Ali Imran ayat 39 .
Diangkatnya Yahya menjadi seorang nabi dan rasul oleh Allah ini sekaligus menjadi jawaban bagi doa yang senantiasa dipanjatkan Nabi Zakariya. Nabi Yahya pun kelak melanjutkan risalah yang diemban ayahnya.
Wallahu A'lam
(wid)