Rasulullah SAW Menekankan Pentingnya Penampilan Identitas Muslim

Selasa, 09 Juli 2024 - 13:28 WIB
loading...
Rasulullah SAW Menekankan...
Rasul SAW amat menekankan pentingnya penampilan identitas Muslim, antara lain melalui pakaian. Ilustrasi: Ist
A A A
Fungsi pakaian antara lain adalah sebagai penunjuk identitas. Hal ini digambarkan dalam al-Quran Surat Al-Ahzab ayat 59: "Yang demikian itu lebih mudah bagi mereka untuk dikenal." ( QS Al-Ahzab [33] : 59).

Prof Quraish Shihab dalam bukunya berjudul "Wawasan Al-Quran, Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat" (Penerbit Mizan, 1996) menjelaskan identitas/kepribadian sesuatu adalah yang menggambarkan eksistensinya sekaligus membedakannya dari yang lain.

Eksistensi atau keberadaan seseorang ada yang bersifat material dan ada juga yang imaterial (rohani). "Hal-hal yang bersifat material antara lain tergambar dalam pakaian yang dikenakannya," tutur Quraish.



Anda dapat mengetahui sekaligus membedakan murid SD dan SMP, atau Angkatan Laut dan Angkatan Darat, atau Kopral dan Jenderal dengan melihat apa yang dipakainya. Tidak dapat disangkal lagi bahwa pakaian antara lain berfungsi menunjukkan identitas serta membedakan seseorang dari lainnya. Bahkan tidak jarang ia membedakan status sosial seseorang.

Rasul SAW amat menekankan pentingnya penampilan identitas Muslim, antara lain melalui pakaian. Karena itu: Rasulullah SAW melarang lelaki yang memakai pakaian perempuan dan perempuan yang memakai pakaian lelaki (HR Abu Daud).

"Kepribadian umat juga harus ada. Ketika Rasul membicarakan bagaimana cara yang paling tepat untuk menyampaikan/mengundang kaum Muslim melaksanakan salat, maka ada di antara sahabatnya yang mengusulkan menancapkan tanda, sehingga yang melihatnya segera datang," kata Quraish.

Beliau tidak setuju. Ada lagi yang mengusulkan untuk menggunakan terompet, dan komentar beliau: "Itu cara Yahudi."

Ada juga yang mengusulkan membunyikan lonceng. "Itu cara Nasrani," sabda beliau.



Akhirnya yang disetujui beliau adalah adzan yang kita kenal sekarang, setelah Abdullah bin Zaid Al-Anshari dan juga Umar ra bermimpi tentang cara tersebut. Demikian diriwayatkan oleh Abu Daud.

Menurut Quraish, yang penting untuk digarisbawahi adalah bahwa Rasul menekankan pentingnya menampilkan kepribadian tersendiri, yang berbeda dengan yang lain.

Dari sini dapat dimengerti mengapa Rasul SAW bersabda: "Siapa yang meniru satu kaum, maka ia termasuk kelompok kaum itu."

Kepribadian imaterial (rohani) bahkan ditekankan oleh Al-Quran, antara lain melalui surat Al-Hadid (57): 16:

"Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun, dan janganlah mereka seperti orang-orang sebelumnya yang telah diberikan Al-Kitab (orang Yahudi dan Nasrani). Berlalulah masa yang panjang bagi mereka sehingga hati mereka menjadi keras. Kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang fasik."



Seorang Muslim diharapkan mengenakan pakaian rohani dan jasmani yang menggambarkan identitasnya.

Disadari sepenuhnya bahwa Islam tidak datang menentukan mode pakaian tertentu, sehingga setiap masyarakat dan periode, bisa saja menentukan mode yang sesuai dengan seleranya. Namun demikian agaknya tidak berlebihan jika diharapkan agar dalam berpakaian tercermin pula identitas itu.

Tidak diragukan lagi bahwa jilbab bagi wanita adalah gambaran identitas seorang Muslimah, sebagaimana yang disebut Al-Quran. Tetapi apa hukumnya? Baiklah kita membahasnya dalam bagian berikut ini.
(mhy)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2352 seconds (0.1#10.140)