Ketika Syahadat Menjadi Titik Tolak Akhlak terhadap Allah, Begini Penjelasannya
loading...
A
A
A
Prof Dr Quraish Shihab mengatakan akhlak dalam ajaran agama tidak dapat disamakan dengan etika , jika etika dibatasi pada sopan santun antar sesama manusia, serta hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriah.
"Akhlak lebih luas mencakup pula beberapa hal yang tidak merupakan sifat lahiriah. Misalnya yang berkaitan dengan sikap batin maupun pikiran," tulis Quraish Shihab dalam bukunya berjudul "Wawasan Al-Quran, Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat" (Mizan, 2007).
Akhlak diniah (agama) mencakup berbagai aspek, dimulai dari akhlak terhadap Allah, hingga kepada sesama makhluk (manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda tak bernyawa).
Akhlak terhadap Allah
Quraish mengatakan titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji; demikian agung sifat itu, yang jangankan manusia, malaikat pun tidak akan mampu menjangkau hakikat-Nya.
"Mahasuci engkau --Wahai Allah-- kami tidak mampu memuji-Mu; Pujian atas-Mu, adalah yang Engkau pujikan kepada diri-Mu."
Demikian ucapan para malaikat.
Itulah sebabnya mengapa Al-Quran mengajarkan kepada manusia untuk memuji-Nya, Wa qul al-hamdulillah (Katakanlah "al-hamdulillah"). Dalam Al-Quran surat An-Naml (27): 93, secara tegas dinyatakan-Nya bahwa,
Dan katakanlah, "Segala puji bagi Allah, Dia akan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kebesaran-Nya, maka kamu akan mengetahuinya. Dan Tuhanmu tiada lalai dari apa yang kamu kerjakan."
Mahasuci Allah dan segala sifat yang mereka sifatkan kepada-Nya, kecuali (dari) hamba-hamba Allah yang terpilih ( QS Ash-Shaffat [37] : 159-160).
Teramati bahwa semua makhluk --kecuali nabi-nabi tertentu selalu menyertakan pujian mereka kepada Allah dengan menyucikan-Nya dari segala kekurangan.
Dan para malaikat menyucikan sambil memuji Tuhan mereka ( QS Asy-Syura [42] : 5).
Guntur menyucikan (Tuhan) sambil memuji-Nya ( QS Ar-Ra'd [13] : 13).
Dan tidak ada sesuatu pun kecuali bertasbih (menyucikan Allah) sambil memuji-Nya ( QS Al-Isra' [17] : 44).
Quraish menjelaskan semua itu menunjukkan bahwa makhluk tidak dapat mengetahui dengan baik dan benar betapa kesempurnaan dan keterpujian Allah SWT. Itu sebabnya mereka --sebelum memuji-Nya--bertasbih terlebih dahulu dalam arti menyucikan-Nya. Jangan sampai pujian yang mereka ucapkan tidak sesuai dengan kebesaran-Nya.
Bertitik tolak dari uraian mengenai kesempurnaan Allah, tidak heran kalau Al-Quran memerintahkan manusia untuk berserah diri kepada-Nya, karena segala yang bersumber dari-Nya adalah baik, benar, indah, dan sempurna.
"Akhlak lebih luas mencakup pula beberapa hal yang tidak merupakan sifat lahiriah. Misalnya yang berkaitan dengan sikap batin maupun pikiran," tulis Quraish Shihab dalam bukunya berjudul "Wawasan Al-Quran, Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat" (Mizan, 2007).
Akhlak diniah (agama) mencakup berbagai aspek, dimulai dari akhlak terhadap Allah, hingga kepada sesama makhluk (manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda tak bernyawa).
Baca Juga
Akhlak terhadap Allah
Quraish mengatakan titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji; demikian agung sifat itu, yang jangankan manusia, malaikat pun tidak akan mampu menjangkau hakikat-Nya.
"Mahasuci engkau --Wahai Allah-- kami tidak mampu memuji-Mu; Pujian atas-Mu, adalah yang Engkau pujikan kepada diri-Mu."
Demikian ucapan para malaikat.
Itulah sebabnya mengapa Al-Quran mengajarkan kepada manusia untuk memuji-Nya, Wa qul al-hamdulillah (Katakanlah "al-hamdulillah"). Dalam Al-Quran surat An-Naml (27): 93, secara tegas dinyatakan-Nya bahwa,
Baca Juga
Dan katakanlah, "Segala puji bagi Allah, Dia akan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kebesaran-Nya, maka kamu akan mengetahuinya. Dan Tuhanmu tiada lalai dari apa yang kamu kerjakan."
Mahasuci Allah dan segala sifat yang mereka sifatkan kepada-Nya, kecuali (dari) hamba-hamba Allah yang terpilih ( QS Ash-Shaffat [37] : 159-160).
Teramati bahwa semua makhluk --kecuali nabi-nabi tertentu selalu menyertakan pujian mereka kepada Allah dengan menyucikan-Nya dari segala kekurangan.
Dan para malaikat menyucikan sambil memuji Tuhan mereka ( QS Asy-Syura [42] : 5).
Guntur menyucikan (Tuhan) sambil memuji-Nya ( QS Ar-Ra'd [13] : 13).
Dan tidak ada sesuatu pun kecuali bertasbih (menyucikan Allah) sambil memuji-Nya ( QS Al-Isra' [17] : 44).
Quraish menjelaskan semua itu menunjukkan bahwa makhluk tidak dapat mengetahui dengan baik dan benar betapa kesempurnaan dan keterpujian Allah SWT. Itu sebabnya mereka --sebelum memuji-Nya--bertasbih terlebih dahulu dalam arti menyucikan-Nya. Jangan sampai pujian yang mereka ucapkan tidak sesuai dengan kebesaran-Nya.
Bertitik tolak dari uraian mengenai kesempurnaan Allah, tidak heran kalau Al-Quran memerintahkan manusia untuk berserah diri kepada-Nya, karena segala yang bersumber dari-Nya adalah baik, benar, indah, dan sempurna.
(mhy)