Perlukah Bukti tentang Adanya Hari Akhir? Begini Penjelasan Quraish Shihab
loading...
A
A
A
Perlukah bukti tentang adanya hari akhir ? Kehidupan sesudah mati pasti adanya. Bukankah makhluk yang termulia adalah makhluk yang berjiwa? Bukankah yang termulia di antara mereka adalah yang memiliki kehendak dan kebebasan memilih? Kemudian yang termulia dari kelompok ini adalah yang mampu melihat jauh ke depan, serta mempertimbangkan dampak kehendak dan pilihan-pilihannya.
"Demikian logika kita berkata," tulis Prof Dr Quraish Shihab dalam bukunya berjudul "Wawasan Al-Quran, Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat" (Mizan, 2007).
Dari sini pula, katanya, jiwa manusia memulai pertanyaan-pertanyaan baru. Sudahkah semua orang melihat dan merasakan akibat perbuatan-perbuatannya yang didasarkan oleh kehendak dan pilihannya itu?
Sudahkah yang berbuat baik memetik buah perbuatannya? Sudahkah yang berbuat jahat menerima nista kejahatannya?
"Jelas tidak, atau belum, bahkan alangkah banyak manusia-manusia baik yang dicambuk oleh kehidupan dengan cemeti-cemetinya, dan alangkah banyak pula orang-orang jahat yang disuapi oleh dunia dengan kenikmatan-kenikmatannya," lanjut Quraish.
Kemah-kemah para perusak sangat menyenangkan. Mereka yang mendurhakai Tuhan (tampak) tenang. Ini semua
dilihat oleh mataku, didengar oleh telingaku dan kuketahui sepenahnya.
Demikian Nabi Ayyub as yang mengalami kepahitan hidup mengeluh kepada Tuhan.
Karena itu, demi tegaknya keadilan, harus ada satu kehidupan baru di mana semua pihak akan memperoleh secara adil dan sempurna hasil-hasil perbuatan yang didasarkan atas pilihannya masing-masing. Itu sebabnya Al-Quran menamai hidup di akhirat sebagai al-hayawan yang berarti "hidup yang sempurna"; dan kematian dinamainya wafat yang arti harfiahnya adalah "kesempurnaan."
Sekian banyak ayat Al-Quran yang menjelaskan hakikat di atas, antara lain:
Sesungguhnya saat (hari kiamat) akan datang. Aku dengan sengaja merahasiakan (waktu)-nya. Agar setiap
jiwa diberi balasan (dan ganjaran) sesuai hasil usahanya ( QS Thaha [20] : 15).
Orang-orang kafir berkata: "Hari kebangkitan tidak akan datang kepada kami." Katakanlah: "Pasti datang. Demi Tuhanku yang mengetahui yang gaib, sesungguhnya kiamat itu pasti akan datang kepada kamu. Tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya sebesar zarrahpun yang ada di langit dan di bumi, dan tidak ada pula yang lebih kecil daripada itu atau lebih besar, kecuali termaktub dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz). Supaya Allah memberi balasan kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Mereka itu adalah orang-orang yang baginya ampunan dan rezeki yang mulia; dan orang-orang yang berusahn (menentang) ayat-ayat Kami dengan anggapan mereka dapat melepaskan diri dan siksa (Kami). Mereka itu memperoleh azab yakni (jenis) siksa yang sangat pedih ( QS Saba' [34) : 3-5).
Quraish mengatakan memang ada saja orang-orang yang tidak sabar dan tidak tahan menunggu. Mereka menghendaki agar perhitungan, ganjaran dan balasan diadakan segera -paling tidak di dunia ini juga. Tetapi mereka lupa bahwa hidup dan mati adalah ujian:
(Allah) yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kamu, siapakah di antara kamu yang paling baik amalnya ( QS Al-Mulk [67] : 2).
Apakah mereka yang ingin segera melihat balasan itu menduga bahwa si pembunuh akan melangkah jika balasan segera ditimpakan kepadanya? Kemudian apakah masih bermakna suatu kebaikan bila segera pula dirasakan kesempurnaan ganjarannya? Jika demikian di mana letak ujiannya?
Menurut Quraish, manusia dapat menyadari hal-hal di atas. Namun, Al-Quran masih tetap melayani mereka yang ragu dengan menampilkan dalil-dalil yang membungkam mereka. Salah satunya adalahdalam surat Ya Sin (36) : 78-83 Allah berfirman,
Dan dia (manusia durhaka) membuat perumpamaan bagi kami dan dia lupa kepada kejadiannya. Dia berkata, "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur luluh?" Katakanlah (hai Muhammad), "Ia
akan dihidupkan oleh yang menciptakannya kali yang pertama (Allah). Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk. Yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau; maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu (memperoleh bahan bakar darinya). Dan tidakkah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi berkuasa untuk menciptakan yang serupa dengan itu? Benar. Dia berkuasa dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui. "Sesungguhnya keadaannya apabila Dia menghendaki sesuatu, hanyalah berkata kepadanya, "Jadilah," maka terjadilah ia. Mahasuci Dia yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepadaNyalah kamu dikembalikan.
"Demikian logika kita berkata," tulis Prof Dr Quraish Shihab dalam bukunya berjudul "Wawasan Al-Quran, Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat" (Mizan, 2007).
Dari sini pula, katanya, jiwa manusia memulai pertanyaan-pertanyaan baru. Sudahkah semua orang melihat dan merasakan akibat perbuatan-perbuatannya yang didasarkan oleh kehendak dan pilihannya itu?
Sudahkah yang berbuat baik memetik buah perbuatannya? Sudahkah yang berbuat jahat menerima nista kejahatannya?
"Jelas tidak, atau belum, bahkan alangkah banyak manusia-manusia baik yang dicambuk oleh kehidupan dengan cemeti-cemetinya, dan alangkah banyak pula orang-orang jahat yang disuapi oleh dunia dengan kenikmatan-kenikmatannya," lanjut Quraish.
Kemah-kemah para perusak sangat menyenangkan. Mereka yang mendurhakai Tuhan (tampak) tenang. Ini semua
dilihat oleh mataku, didengar oleh telingaku dan kuketahui sepenahnya.
Demikian Nabi Ayyub as yang mengalami kepahitan hidup mengeluh kepada Tuhan.
Karena itu, demi tegaknya keadilan, harus ada satu kehidupan baru di mana semua pihak akan memperoleh secara adil dan sempurna hasil-hasil perbuatan yang didasarkan atas pilihannya masing-masing. Itu sebabnya Al-Quran menamai hidup di akhirat sebagai al-hayawan yang berarti "hidup yang sempurna"; dan kematian dinamainya wafat yang arti harfiahnya adalah "kesempurnaan."
Sekian banyak ayat Al-Quran yang menjelaskan hakikat di atas, antara lain:
Sesungguhnya saat (hari kiamat) akan datang. Aku dengan sengaja merahasiakan (waktu)-nya. Agar setiap
jiwa diberi balasan (dan ganjaran) sesuai hasil usahanya ( QS Thaha [20] : 15).
Orang-orang kafir berkata: "Hari kebangkitan tidak akan datang kepada kami." Katakanlah: "Pasti datang. Demi Tuhanku yang mengetahui yang gaib, sesungguhnya kiamat itu pasti akan datang kepada kamu. Tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya sebesar zarrahpun yang ada di langit dan di bumi, dan tidak ada pula yang lebih kecil daripada itu atau lebih besar, kecuali termaktub dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz). Supaya Allah memberi balasan kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Mereka itu adalah orang-orang yang baginya ampunan dan rezeki yang mulia; dan orang-orang yang berusahn (menentang) ayat-ayat Kami dengan anggapan mereka dapat melepaskan diri dan siksa (Kami). Mereka itu memperoleh azab yakni (jenis) siksa yang sangat pedih ( QS Saba' [34) : 3-5).
Quraish mengatakan memang ada saja orang-orang yang tidak sabar dan tidak tahan menunggu. Mereka menghendaki agar perhitungan, ganjaran dan balasan diadakan segera -paling tidak di dunia ini juga. Tetapi mereka lupa bahwa hidup dan mati adalah ujian:
(Allah) yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kamu, siapakah di antara kamu yang paling baik amalnya ( QS Al-Mulk [67] : 2).
Apakah mereka yang ingin segera melihat balasan itu menduga bahwa si pembunuh akan melangkah jika balasan segera ditimpakan kepadanya? Kemudian apakah masih bermakna suatu kebaikan bila segera pula dirasakan kesempurnaan ganjarannya? Jika demikian di mana letak ujiannya?
Menurut Quraish, manusia dapat menyadari hal-hal di atas. Namun, Al-Quran masih tetap melayani mereka yang ragu dengan menampilkan dalil-dalil yang membungkam mereka. Salah satunya adalahdalam surat Ya Sin (36) : 78-83 Allah berfirman,
Dan dia (manusia durhaka) membuat perumpamaan bagi kami dan dia lupa kepada kejadiannya. Dia berkata, "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur luluh?" Katakanlah (hai Muhammad), "Ia
akan dihidupkan oleh yang menciptakannya kali yang pertama (Allah). Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk. Yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau; maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu (memperoleh bahan bakar darinya). Dan tidakkah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi berkuasa untuk menciptakan yang serupa dengan itu? Benar. Dia berkuasa dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui. "Sesungguhnya keadaannya apabila Dia menghendaki sesuatu, hanyalah berkata kepadanya, "Jadilah," maka terjadilah ia. Mahasuci Dia yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepadaNyalah kamu dikembalikan.
(mhy)