Worldview Islam dalam Kewirausahaan: Menelusuri Pemikiran dan Peran KH. Abdul Manaf Mukhayyar Pendiri Darunnajah

Kamis, 03 Oktober 2024 - 13:24 WIB
loading...
Worldview Islam dalam...
Ekonomi Islam diterapkan dalam sistem pendidikan dan kewirausahaan di pondok pesantren Darujjanah pimpinan KH Abdul Manaf Mukhayyar. Foto dok pesantren darujjanah
A A A
Muhammad Irfanudin Kurniawan
Dosen Universitas Darunnajah

Dalam konteks pemikiran Islam, Worldview Islam atau tasawwur Islami merupakan kerangka filosofis yang mendasari cara seorang Muslim memandang kehidupan, alam semesta, dan relasinya dengan Allah SWT. Konsep ini mempengaruhi semua aspek kehidupan, termasuk kewirausahaan , di mana seorang Muslim dituntut untuk menjalankan aktivitas ekonomi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah yang berbasis keadilan, tanggung jawab sosial, dan keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat.

Oleh sebab itu, perlu usaha nyata untuk menggali lebih dalam tentang bagaimana worldview Islam diintegrasikan dalam praktik kewirausahaan, khususnya di Pesantren Darunnajah. Pesantren ini didirikan oleh KH. Abdul Manaf Mukhayyar dengan tujuan mencetak santri yang bisa melakukan istinbat hukum Islam, mandiri secara ekonomi, beretika, dan berperan aktif dalam pembangunan umat. Peran dan pemikiran KH. Abdul Manaf Mukhayyar dalam mengntegrasikan antara pendidikan agama dan ekonomi Islam , tercermin pada pengembangan pendidikan di Darunnajah dengan berdirinya Fakultas Bisnis, yang berkomitmen melahirkan wirausahawan Muslim yang berlandaskan pada nilai-nilai Islam.

Worldview Islam menempatkan tauhid sebagai prinsip utama, yang mengarahkan setiap Muslim untuk memahami bahwa segala aktivitas kehidupan, termasuk dalam bidang ekonomi, merupakan bentuk pengabdian kepada Allah SWT. Menurut Al-Attas, worldview Islam adalah pandangan holistik yang mengintegrasikan iman, ilmu, dan amal, di mana setiap aktivitas manusia harus berlandaskan pada keimanan yang benar. Dalam kewirausahaan, ini berarti bahwa tujuan bisnis bukanlah semata-mata untuk keuntungan material, tetapi juga untuk mencapai maslahah atau manfaat bagi masyarakat luas.

Konsep tauhid mengarahkan seorang Muslim untuk menjalankan bisnis dengan menyadari bahwa Allah adalah satu-satunya pemberi rezeki. Oleh karena itu, pengusaha Muslim harus menjaga amanah dalam setiap transaksi, yaitu bertanggung jawab tidak hanya kepada konsumen, tetapi juga kepada masyarakat dan lingkungan. Prinsip keadilan (al-‘adl) juga harus diterapkan, di mana setiap pihak yang terlibat dalam bisnis harus mendapatkan haknya secara proporsional, tanpa ada yang dirugikan.

Teori keseimbangan (i’tidal) dalam worldview Islam mengajarkan bahwa seorang Muslim harus menjaga keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat. Dalam konteks kewirausahaan, ini berarti bahwa seorang wirausahawan harus memastikan bahwa bisnisnya tidak hanya berfokus pada profit, tetapi juga pada kesejahteraan sosial dan lingkungan, sebagaimana yang tercantum dalam ajaran Islam tentang zakat dan sedekah.

Implementasi worldview Islam dalam Kewirausahaan terlihat dari hubungan antara madrasah Islami di Petunduhan, Palmerah, cikal bakal pesantren Darunnajah, usaha ekonomi dan Bisnis yang dilakukan oleh KH. Abdul Manaf Mukhayyar, dan unit usaha yang dibangun di pesantren Darunnajah, saat ini ada kurang lebih 86 unit usaha dengan 3 kategori, unit usaha Yayasan, Pesantren dan Santri.

Menggambarkan bagaimana Pesantren Darunnajah mengintegrasikan pendidikan agama dengan pengembangan kewirausahaan Islami. Pesantren ini memberikan perhatian khusus pada kemandirian ekonomi santri, di mana mereka diajarkan tidak hanya tentang ilmu agama tetapi juga keterampilan praktis yang dapat mereka gunakan untuk berwirausaha setelah menyelesaikan pendidikan.

Darunnajah memiliki lebih dari 15.000 santri, mahasiswa, guru dan dosen serta karyawan, yang sebagian besar terlibat dalam berbagai aktivitas ekonomi yang dikelola oleh pesantren. Data Yayasan menunjukkan bahwa saat ini Darunnajah memiliki 1.050 hektar lahan wakaf produktif yang digunakan untuk berbagai aktivitas pertanian dan perkebunan, termasuk produksi sawit. Unit usaha ini yang saat ini berkembang tidak lepas dari pemikiran KH. Abdul Manaf Mukhayyar di awal cikal bakal dan perintisan Darunnajah.

PT. Jaya Makmur menjadi bukti sejarah bahwa KH. Abdul Manaf selain seorang ulama juga seorang pengusaha. Melalui PT ini dirinya menjadi distributor Semen Geresik untuk wilayah Jakarta, ini adalah contoh konkret bagaimana pemikiran pendiri menjadi inspirasi Darunnajah dalam mengelola aset-aset ekonominya. Sistem ini juga memungkinkan santri dan mahasiswa untuk belajar tentang manajemen bisnis, produksi, dan distribusi dengan menerapkan prinsip-prinsip Islam.

Darunnajah merupakan bukti nyata nteraksi yang erat antara pesantren dengan dunia usaha, di mana pesantren bekerja sama dengan berbagai entitas ekonomi untuk mengembangkan usaha-usaha produktif. Ini mencakup kolaborasi dengan unit usaha seperti distributor semen di awal perintisan dan pengelolaan sawit. Hubungan ini menunjukkan bagaimana pesantren berperan tidak hanya sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga sebagai pusat ekonomi yang menggerakkan roda bisnis lokal bahkan nasional.

Mencetak Wirausahawan Muslim yang Berdaya Saing

Selain pengembangan ekonomi di lingkungan pesantren, Universitas Darunnajah, melalui Fakultas Bisnis, berperan penting dalam mencetak generasi baru wirausahawan Muslim yang memiliki kompetensi tinggi dan beretika. Fakultas Bisnis di Darunnajah dibangun secara holistik sehingga terhubung langsung dengan konsep worldview Islam dan ekonomi, yang menunjukkan bagaimana nilai-nilai Islam diintegrasikan dalam pendidikan bisnis modern.

Mahasiswa di Fakultas Bisnis Universitas Darunnajah diajarkan tentang konsep-konsep dasar kewirausahaan, termasuk etika bisnis Islami, pengelolaan keuangan, dan manajemen usaha. Pendidikan yang diberikan menekankan bahwa setiap keputusan bisnis harus sesuai dengan Worldview Islam. Selain itu, fakultas ini juga mengajarkan pentingnya tanggung jawab sosial dan keadilan dalam bisnis, di mana mahasiswa diharapkan tidak hanya mengejar keuntungan, tetapi juga memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat.

Fakultas Bisnis Universitas Darunnajah didesain erat dengan Pesantren Darunnajah, yang berarti bahwa pendidikan bisnis yang diberikan tidak terlepas dari konteks pendidikan agama yang kuat. Fakultas ini berperan dalam memberikan bekal kepada mahasiswa untuk menjadi wirausahawan Muslim yang mampu bersaing di pasar global dengan tetap berpegang pada prinsip-prinsip Islam.

Pengaruh KH. Abdul Manaf Mukhayyar dalam Menanamkan Nilai-nilai Kewirausahaan

KH. Abdul Manaf Mukhayyar, pendiri Pesantren Darunnajah, adalah seorang ulama yang memiliki visi jauh ke depan dalam memadukan pendidikan agama dengan kewirausahaan. Berdasarkan catatan pada buku Sejarah Darunnajah abad XX (1939-1999), KH. Abdul Manaf Mukhayyar sangat menekankan pentingnya kemandirian ekonomi bagi umat Islam, yang diwujudkan melalui pengembangan unit-unit usaha pesantren. Visi beliau adalah mencetak generasi santri yang tidak hanya kuat dalam ilmu agama, tetapi juga memiliki kemampuan praktis untuk mengelola usaha dan berkontribusi pada pembangunan ekonomi umat.

KH. Abdul Manaf Mukhayyar juga percaya bahwa pesantren harus berperan aktif dalam menggerakkan ekonomi lokal, dan ini terbukti dari berbagai proyek usaha yang dikelola oleh Pesantren Darunnajah. Pesantren ini tidak hanya berfungsi sebagai lembaga pendidikan agama, tetapi juga sebagai pusat pemberdayaan ekonomi dan ekosistem bisnis yang mendorong santri untuk terlibat langsung dalam dunia usaha. Prinsip-prinsip seperti kejujuran, amanah, dan tanggung jawab sosial menjadi landasan utama dalam setiap usaha yang dijalankan pesantren.

Kesimpulan

Worldview Islam memberikan dasar filosofi yang kuat dalam membentuk kewirausahaan Islami, di mana setiap aktivitas ekonomi dijalankan dengan tujuan untuk mencapai kesejahteraan sosial dan ridha Allah. Prinsip-prinsip seperti tauhid, keadilan, amanah, dan keseimbangan menjadi landasan utama bagi pengusaha Muslim dalam menjalankan bisnis mereka. Pesantren Darunnajah berhasil menerapkan prinsip-prinsip ini dalam sistem pendidikan dan ekonominya, menciptakan ekosistem kewirausahaan yang Islami dan berorientasi pada kesejahteraan umat.

Fakultas Bisnis Universitas Darunnajah melanjutkan misi ini dengan mencetak wirausahawan Muslim yang tidak hanya kompeten dalam mengelola bisnis, tetapi juga beretika dan berkomitmen pada tanggung jawab sosial. Dengan demikian, Pesantren Darunnajah dan Universitas Darunnajah menjadi contoh nyata bagaimana worldview Islam dapat diimplementasikan dalam pendidikan dan ekonomi untuk menciptakan masyarakat yang lebih berkeadilan, beretika, dan sejahtera.

(wid)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2007 seconds (0.1#10.140)