Masya Allah! Tangan Kasar Sahabat Ini Pernah Dicium Rasulullah
A
A
A
Ustaz Miftah el-Banjary
Pakar Ilmu Linguistik Arab dan Tafsir Alqur'an
Suatu hari, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW) berjumpa dengan salah seorang sahabat bernama Sa'ad al-Khudri di salah satu sudut kota Madinah. Profesi sahabat ini berbeda dengan sahabat lainnya.
Penampilannya lusuh, tubuhnya hitam dengan sisa bau keringat menyengat, disebabkan ia bekerja kasar sebagai seorang tukang pemecah batu di bawah terik matahari. Saat dijumpai Rasulullah, ia sedang bekerja memecahkan batu-batu besar dengan palu martil yang dipegang tangannya.
Pekerjaan itu sudah ditekuninya selama bertahun-tahun lamanya, demi memberikan nafkah halal buat anak istrinya. Sa'ad Al-Khudri tampak tersipu malu-malu menjulurkan tangannya saat Rasulullah mengajaknya bersalaman. Ia menyadari tangannya kasar dengan kepalan-kepalan yang sangat menonjol dan mengeras.
"Ada apa dengan tanganmu, wahai Sa'ad?" tanya Rasulullah sembari memegangi tangan sahabat itu.
"Tanganku ini melepuh, duhai Rasulullah!" jawab Sa'ad agak malu. "Tanganku melepuh karena begitu banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan," demikian jawaban Sa'ad.
Rasulullah terenyuh melihat perjuangannya mencari rezeki Allah yang halal, tanpa mengemis dan meminta-minta. Lantas Rasulullah menarik tangan Sa'ad yang melepuh itu dengan tangan mulianya sembari mencium tangan sahabat pekerja itu.
Terang saja, Sa'ad merasa tidak pantas, tangannya yang kasar, kotor, berdebu dn berpeluh keringat itu dicium oleh seorang Nabi dan Rasul yang mulia. a'ad berusaha menariknya. Namun, Rasulullah menariknya, "Biarkan wahai Sa'ad, biarkan tangan ini nanti yang akan membawamu ke surga!" ujar Rasulullah tersenyum.
Sa'ad menangis tersedu. Ia terenyuh. Dia tidak membayangkan tangannya yang hina, ternyata memiliki mulia di sisi Allah dan Rasul-Nya yang dinilai dengan nilai ganjaran surga. Allahu Akbar! Apa pesan dari kisah ini?
Maknanya, Rasulullah mengajarkan kepada kita bahwa tangan pekerja yang kasar, dekil dan kotor sekalipun memiliki kemuliaan di sisi Allah dan Rasul-Nya, dikala dipergunakan untuk mencari sesuap rezeki yang halal dan berkah.
Meskipun rezeki yang kita dapatkan tidak banyak sebanyak rezeki orang lain, kita harus bekerja keras untuk mencari sesuap demi suap nasi. Namun, jangan bersedih dan pesimis, kelak tanganmu itulah yang kelak menjadi wasilah mendapatkan surga, selama yang dituntut adalah mencari keberkahan rezeki yang halal.
Coba perhatikan dan amati, tangan-tangan ayah bunda kita. Bagaimana tangan-tangan ringkih itu bekerja keras di terik matahari, kedinginan di malam hari, berpenyakit tak henti-henti, hanya demi kita putra-putrinya.
Maka di kala tangan-tangan kita yang nanti akan berurat kendor, bertulang rapuh, berkulit keriput, maka itulah pesan paling penting dan berharga kita buat anak-anak kita kelak.
Apalah artinya uang hasil manipulasi dan korupsi, sekiranya dia dijadikan istana, dia kelak akan rapuh. Jika dijadikan kendaraan, dia akan menjadi rongsokan besi tua. Ketika dibelikan pakaian, dia akan lusuh. Bila dimakan dia akan menjadi penyakit membahayakan yang membawa pada kematian dan kehinaan.
Sedangkan setelah itu, engkau harus mempertanggung-jawabkan selamanya di di hari akhirat. Ingat, Nak! dunia sementara, akhirat selamanya!"
Pakar Ilmu Linguistik Arab dan Tafsir Alqur'an
Suatu hari, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW) berjumpa dengan salah seorang sahabat bernama Sa'ad al-Khudri di salah satu sudut kota Madinah. Profesi sahabat ini berbeda dengan sahabat lainnya.
Penampilannya lusuh, tubuhnya hitam dengan sisa bau keringat menyengat, disebabkan ia bekerja kasar sebagai seorang tukang pemecah batu di bawah terik matahari. Saat dijumpai Rasulullah, ia sedang bekerja memecahkan batu-batu besar dengan palu martil yang dipegang tangannya.
Pekerjaan itu sudah ditekuninya selama bertahun-tahun lamanya, demi memberikan nafkah halal buat anak istrinya. Sa'ad Al-Khudri tampak tersipu malu-malu menjulurkan tangannya saat Rasulullah mengajaknya bersalaman. Ia menyadari tangannya kasar dengan kepalan-kepalan yang sangat menonjol dan mengeras.
"Ada apa dengan tanganmu, wahai Sa'ad?" tanya Rasulullah sembari memegangi tangan sahabat itu.
"Tanganku ini melepuh, duhai Rasulullah!" jawab Sa'ad agak malu. "Tanganku melepuh karena begitu banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan," demikian jawaban Sa'ad.
Rasulullah terenyuh melihat perjuangannya mencari rezeki Allah yang halal, tanpa mengemis dan meminta-minta. Lantas Rasulullah menarik tangan Sa'ad yang melepuh itu dengan tangan mulianya sembari mencium tangan sahabat pekerja itu.
Terang saja, Sa'ad merasa tidak pantas, tangannya yang kasar, kotor, berdebu dn berpeluh keringat itu dicium oleh seorang Nabi dan Rasul yang mulia. a'ad berusaha menariknya. Namun, Rasulullah menariknya, "Biarkan wahai Sa'ad, biarkan tangan ini nanti yang akan membawamu ke surga!" ujar Rasulullah tersenyum.
Sa'ad menangis tersedu. Ia terenyuh. Dia tidak membayangkan tangannya yang hina, ternyata memiliki mulia di sisi Allah dan Rasul-Nya yang dinilai dengan nilai ganjaran surga. Allahu Akbar! Apa pesan dari kisah ini?
Maknanya, Rasulullah mengajarkan kepada kita bahwa tangan pekerja yang kasar, dekil dan kotor sekalipun memiliki kemuliaan di sisi Allah dan Rasul-Nya, dikala dipergunakan untuk mencari sesuap rezeki yang halal dan berkah.
Meskipun rezeki yang kita dapatkan tidak banyak sebanyak rezeki orang lain, kita harus bekerja keras untuk mencari sesuap demi suap nasi. Namun, jangan bersedih dan pesimis, kelak tanganmu itulah yang kelak menjadi wasilah mendapatkan surga, selama yang dituntut adalah mencari keberkahan rezeki yang halal.
Coba perhatikan dan amati, tangan-tangan ayah bunda kita. Bagaimana tangan-tangan ringkih itu bekerja keras di terik matahari, kedinginan di malam hari, berpenyakit tak henti-henti, hanya demi kita putra-putrinya.
Maka di kala tangan-tangan kita yang nanti akan berurat kendor, bertulang rapuh, berkulit keriput, maka itulah pesan paling penting dan berharga kita buat anak-anak kita kelak.
Apalah artinya uang hasil manipulasi dan korupsi, sekiranya dia dijadikan istana, dia kelak akan rapuh. Jika dijadikan kendaraan, dia akan menjadi rongsokan besi tua. Ketika dibelikan pakaian, dia akan lusuh. Bila dimakan dia akan menjadi penyakit membahayakan yang membawa pada kematian dan kehinaan.
Sedangkan setelah itu, engkau harus mempertanggung-jawabkan selamanya di di hari akhirat. Ingat, Nak! dunia sementara, akhirat selamanya!"
(rhs)