Perkembangan Ilmu Kimia dan Farmasi di Era Daulah Abbasiyah
loading...
A
A
A
ILMU pengetahuan mengalami perkembangan pesat pada masa Daulah Abbasiyah , melalui tiga pengembangan ilmu: diskusi ilmiah, penerjamahan buku-buku dan perpustakaan.
Syamruddin Nasution dalam bukunya berjudul "Sejarah Peradaban Islam" menyebut di antara ilmu-ilmu umum yang berkembang pada masa Daulah Abbasiyah adalah ilmu kimia .
Menurutnya, Jabir bin Hayyan terkenal di seluruh dunia sebagai Bapak Ilmu Kimia Muslim. Bahkan ada yang berpendapat bahwa tidak ada ilmu kimia sebelum Jabir dalam pengertian yang sesungguhnya (sebelumnya hanya untuk tujuan-tujuan praktis).
Jabir mangajukan gagasannya tentang pengubahan beberapa macam logam menjadi emas murni. Disebutkannya dalam ilmu kimia ada keseimbangan, karena emas adalah logam yang paling tahan terhadap panas, maka jika ada keadaan sumbang dalam empat property logam, maka adalah mungkin untuk mengubahnya menjadi emas murni.
Buku-buku Jabir tentang kimia dan sains-sains lainnya telah diterjamahkan ke dalam bahasa Latin dan menjadi rujukan standar dan dipelajari sarjana-sarjana Eropa seperti Kupp, Halmyard, M. Berthelat, P. Krans dan G. Sarten.
Al-Magriti juga salah seorang ilmuan-ilmuan kimia. Dia menulis sebuah buku mengenai kimia yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan sekarang dianggap sebagai sumber penting mengenai sejarah kimia.
Ilmu Farmasi
Ilmu farmasi adalah pelengkap bagi ilmu kedokteran, sehingga dokter-dokter muslim menulis tentang farmasi dan botani sebagai dua ilmu yang sangat berguna dalam pengobatan, sehingga Ibn Sina dalam karya monumentalnya, al-Qonun fi al-Tibbi menyediakan satu jilid khususnya membahas materi-materi kedokteran dan farmasi.
Dia mendeskripsikan dengan rinci tentang tetumbuhan yang menghasilkan obat dan beberapa macam hewan dan barang-barang tambang yang juga menghasilkan obat.
Juga al-Biruni menulis sebuah buku tentang bahan obat-obatan dengan judul farmasi. Demikian juga Ibn AlHaytsham menulis sebuah buku yang berjudul pengobatan yang terdiri dari 30 jilid.
Lihat Juga: Thailand Umumkan Penemuan Residu Kimia pada Anggur Shine Muscat, Ini Dampaknya bagi Kesehatan
Syamruddin Nasution dalam bukunya berjudul "Sejarah Peradaban Islam" menyebut di antara ilmu-ilmu umum yang berkembang pada masa Daulah Abbasiyah adalah ilmu kimia .
Menurutnya, Jabir bin Hayyan terkenal di seluruh dunia sebagai Bapak Ilmu Kimia Muslim. Bahkan ada yang berpendapat bahwa tidak ada ilmu kimia sebelum Jabir dalam pengertian yang sesungguhnya (sebelumnya hanya untuk tujuan-tujuan praktis).
Jabir mangajukan gagasannya tentang pengubahan beberapa macam logam menjadi emas murni. Disebutkannya dalam ilmu kimia ada keseimbangan, karena emas adalah logam yang paling tahan terhadap panas, maka jika ada keadaan sumbang dalam empat property logam, maka adalah mungkin untuk mengubahnya menjadi emas murni.
Buku-buku Jabir tentang kimia dan sains-sains lainnya telah diterjamahkan ke dalam bahasa Latin dan menjadi rujukan standar dan dipelajari sarjana-sarjana Eropa seperti Kupp, Halmyard, M. Berthelat, P. Krans dan G. Sarten.
Al-Magriti juga salah seorang ilmuan-ilmuan kimia. Dia menulis sebuah buku mengenai kimia yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan sekarang dianggap sebagai sumber penting mengenai sejarah kimia.
Ilmu Farmasi
Ilmu farmasi adalah pelengkap bagi ilmu kedokteran, sehingga dokter-dokter muslim menulis tentang farmasi dan botani sebagai dua ilmu yang sangat berguna dalam pengobatan, sehingga Ibn Sina dalam karya monumentalnya, al-Qonun fi al-Tibbi menyediakan satu jilid khususnya membahas materi-materi kedokteran dan farmasi.
Dia mendeskripsikan dengan rinci tentang tetumbuhan yang menghasilkan obat dan beberapa macam hewan dan barang-barang tambang yang juga menghasilkan obat.
Juga al-Biruni menulis sebuah buku tentang bahan obat-obatan dengan judul farmasi. Demikian juga Ibn AlHaytsham menulis sebuah buku yang berjudul pengobatan yang terdiri dari 30 jilid.
Lihat Juga: Thailand Umumkan Penemuan Residu Kimia pada Anggur Shine Muscat, Ini Dampaknya bagi Kesehatan
(mhy)