Perkembangan Ilmu Kedokteran di Era Daulah Abbasiyah: Pengaruh dari Judhisafur
loading...
A
A
A
ILMUpengetahuan mengalami perkembangan pesat pada masa Daulah Abbasiyah , melalui tiga pengembangan ilmu: diskusi ilmiah , penerjamahan buku-buku dan perpustakaan .
Syamruddin Nasution dalam bukunya berjudul "Sejarah Peradaban Islam" menyebut di antara ilmu-ilmu umum yang berkembang pada masa Daulah Abbasiyah adalah ilmu kedokteran .
Menurutnya, ilmu kedokteran Islam telah ada semenjak masa Rasulullah SAW . Di kala itu dokter yang terkenal adalah AlHarits bin Al-Kananah.
Kedokteran Islam baru berkembang pada masa dinasti Abbasiyah setelah mendapat pengaruh dari Judhisafur dan Iskandariyah.
Judhisafur adalah sebuah perguruan kedokteran di Persia, dan terdapat dokter-dokter yang berkumpul dari Yunani, Persia dan India.
Sedangkan Iskandariyah pada waktu itu merupakan pusat kedokteran Yunani di timur.
Pengaruh langsung dari Judhisafur ke dalam Islam terjadi ketika al-Mansur meminta bantuan dokter-dokter dari sana.
Pada waktu itu yang mengepalai pusat medisnya adalah Jirjis Bukhtyshu. Selain itu melalui penerjemahan buku-buku kedokteran berbahasa Persia , Yunani dan India ke dalam bahasa Arab turut juga mempengaruhi berkembangnya ilmu kedokteran dalam Islam.
Penerjemahan pertama buku kedokteran berbahasa Persia ke dalam bahasa Arab adalah al-Muqaffa, sedangkan penerjemah yang paling terkenal adalah Hunain bin Ishak, dan dia sekaligus sebagai dokter pribadi al-Mukmin.
Akhirnya, melalui terjemahan-terjemahan buku tersebut melahirkan tokoh besar kedokteran Islam, seperti Ali bin Rabba al-Thabari, al-Razi dan Ibn Sina.
Bahkan dua yang terakhir sangat berpengaruh di timur dan barat. Sumbangan terbesar al-Razi adalah tentang cacar dan campak, sedangkan karya terbesar Ibn Sina di bidang kedokteran adalah bukunya al-Qanun fi alThibbi.
Syamruddin Nasution dalam bukunya berjudul "Sejarah Peradaban Islam" menyebut di antara ilmu-ilmu umum yang berkembang pada masa Daulah Abbasiyah adalah ilmu kedokteran .
Menurutnya, ilmu kedokteran Islam telah ada semenjak masa Rasulullah SAW . Di kala itu dokter yang terkenal adalah AlHarits bin Al-Kananah.
Kedokteran Islam baru berkembang pada masa dinasti Abbasiyah setelah mendapat pengaruh dari Judhisafur dan Iskandariyah.
Judhisafur adalah sebuah perguruan kedokteran di Persia, dan terdapat dokter-dokter yang berkumpul dari Yunani, Persia dan India.
Sedangkan Iskandariyah pada waktu itu merupakan pusat kedokteran Yunani di timur.
Pengaruh langsung dari Judhisafur ke dalam Islam terjadi ketika al-Mansur meminta bantuan dokter-dokter dari sana.
Pada waktu itu yang mengepalai pusat medisnya adalah Jirjis Bukhtyshu. Selain itu melalui penerjemahan buku-buku kedokteran berbahasa Persia , Yunani dan India ke dalam bahasa Arab turut juga mempengaruhi berkembangnya ilmu kedokteran dalam Islam.
Penerjemahan pertama buku kedokteran berbahasa Persia ke dalam bahasa Arab adalah al-Muqaffa, sedangkan penerjemah yang paling terkenal adalah Hunain bin Ishak, dan dia sekaligus sebagai dokter pribadi al-Mukmin.
Akhirnya, melalui terjemahan-terjemahan buku tersebut melahirkan tokoh besar kedokteran Islam, seperti Ali bin Rabba al-Thabari, al-Razi dan Ibn Sina.
Bahkan dua yang terakhir sangat berpengaruh di timur dan barat. Sumbangan terbesar al-Razi adalah tentang cacar dan campak, sedangkan karya terbesar Ibn Sina di bidang kedokteran adalah bukunya al-Qanun fi alThibbi.
(mhy)