5 Tindakan Penghinaan Israel Terhadap Islam yang Tak Termaafkan di Tahun 2024
loading...
A
A
A
Penghinaan Israel terhadap Islam sepanjang perang mereka di Gaza bukanlah sebuah hal yang tak lazim. Berdasarkan data, semenjak oktober tahun 2023 sebanyak 1,000 masjid di Gaza kini telah hancur akibat serangan udara dan bom Israel. Tak hanya itu, Israel juga melakukan hal keji lainnya seperti tindakan pembakaran Al-Quran secara massal, menghalangi akses umat yang ingin beribadah di masjid Al-Aqsa saat bulan suci Ramadan, hingga membunuh ratusan imam yang ada di Gaza.
Dengan segala bentuk penistaan agama yang telah dilakukan, telah menunjukkan sifat nyata ekstrimis dari Israel dan tentaranya yang penuh dengan kebencian.
Masjid Omari sendiri adalah masjid terbesar di Gaza dan memiliki sejarah yang jauh melebihi eksistensi negara Israel. Tindakan-tindakan ini memang telah di kecamkan oleh beberapa organisasi Internasional, namun Israel sepertinya belum ingin berhenti melakukan tindakan yang keji ini.
Kamp Al Shati ini bukanlah sekedar tempat pengungsian biasa, namun telah diubah menjadi sebuah masjid. Serangan tersebut membunuh sebanyak 22 orang yang sedang melakukan ibadah. “Sekitar jam 13.00, IDF dilaporkan menyerang sebuah masjid darurat di dalam Kamp Pengungsi Ash Al Shati, sebelah barat Kota Gaza. Laporan menunjukkan bahwa karena IDF menyerang tak lama setelah salat Dzuhur, banyak orang masih berada di dalam atau di dekat masjid”, ujar perwakilan dari departemen Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Penghinaan agama dalam bentuk penghancuran tempat ibadah secara sengaja perlu memiliki hukuman yang ketat. Masjid-masjid ini adalah sejarah dan identitas Gaza selama ratusan hingga ribuan tahun. Semua masjid yang hancur oleh serangan Israel setiap harinya, tidak hanya menghilangkan tempat ibadah, tetapi juga menghancurkan identitas budaya dan simbol pendirian Palestina selama berabad-abad.
Situasi ini tentunya menciptakan ketegangan yang meningkat di kompleks Masjid Al-Aqsa, yang merupakan situs suci ketiga di Gaza. Akses yang dihalang dengan pasukan bersenjata Israel, tentu saja memberikan intimidasi bagi umat-umat Islam yang sedang ingin melakukan ibadah. Lagi-lagi ini menjadi contoh perilaku Israel yang terus ingin mengintimidasi dan mengusir keberadaan rakyat Palestina dari tanah dan tempat tinggal mereka sendiri.
Tindakan ini mencerminkan bahwa tidak hanya kekejaman secara bersenjata, tetapi juga penghinaan dalam terhadap tempat ibadah dan nilai-nilai agama. Vandalisme terhadap masjid-masjid yang telah menjadi saksi sejarah Palestina selama ribuan tahun, menunjukkan betapa rendahnya penghormatan keagamaan dan kemanusian yang dimiliki oleh tentara-tentara Israel.
Mulai dari pembakaran kitab suci, membunuh umat yang sedang beribadah, menghancurkan 1,000 tempat ibadah, menghalangi umat yang ingin menunaikan ibadah, hingga penghinaan terhadap tempat-tempat suci umat Islam, menggambarkan betapa kejamnya peperangan Israel di Gaza sepanjang 2024.
Hukuman dari penistaan agama yang sangat keji seperti ini perlu menjadi pusat perhatian terutama bagi para umat muslim. Israel kini telah membunuh sebanyak 40,000 warga sipil di Gaza termasuk wanita dan anak-anak, sebuah rekor kekejaman yang akan terus ada di tangan Israel. MG/Patrick Daniel H.W.
Dengan segala bentuk penistaan agama yang telah dilakukan, telah menunjukkan sifat nyata ekstrimis dari Israel dan tentaranya yang penuh dengan kebencian.
Lima Tindakan Penghinaan Israel terhadap Umat Islam tahun 2024
1. Pembakaran Al-Quran Secara Massal
Laporan menunjukkan sebuah video dimana para tentara Israel setelah menyerang Masjid Bani Saleh di Gaza Utara, menjarah masjid tersebut, mengambil semua Al-quran yang terlihat, menyobek-nyobek kitab suci tersebut, dan mereka bakar dengan muka penuh kebanggaan. Laporan lainnya juga menunjukkan hal yang sama, namun kini di Masjid Omari (Masjid Raya Gaza).Masjid Omari sendiri adalah masjid terbesar di Gaza dan memiliki sejarah yang jauh melebihi eksistensi negara Israel. Tindakan-tindakan ini memang telah di kecamkan oleh beberapa organisasi Internasional, namun Israel sepertinya belum ingin berhenti melakukan tindakan yang keji ini.
2. Membunuh Umat Islam yang Sedang Melaksanakan Ibadah
Pembunuhan terhadap rakyat sipil adalah hal yang keji. Namun pembunuhan terhadap rakyat sipil yang sedang beribadah adalah sebuah hal yang sulit untuk dibayangkan. Pada bulan juli 2024, Israel menyerang sebuah tempat pengungsian di kamp Al Shati, Gaza Utara.Kamp Al Shati ini bukanlah sekedar tempat pengungsian biasa, namun telah diubah menjadi sebuah masjid. Serangan tersebut membunuh sebanyak 22 orang yang sedang melakukan ibadah. “Sekitar jam 13.00, IDF dilaporkan menyerang sebuah masjid darurat di dalam Kamp Pengungsi Ash Al Shati, sebelah barat Kota Gaza. Laporan menunjukkan bahwa karena IDF menyerang tak lama setelah salat Dzuhur, banyak orang masih berada di dalam atau di dekat masjid”, ujar perwakilan dari departemen Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
3. Seribu Masjid di Gaza Hancur Akibat Serangan Israel
Selama peperangan Israel di Gaza sejak Oktober 2023, sebanyak 1,000 masjid telah rusak dan hancur lebur. Di Gaza ada sekitar 1,000 masjid yang memiliki sejarahnya tersendiri. Seperti Masjid Omari (Masjid Gaza Raya), masjid terbesar di Gaza yang memiliki sejarah lebih tua daripada eksistensi negara Israel, kini hancur sebagian besar akibat serangan udara.Penghinaan agama dalam bentuk penghancuran tempat ibadah secara sengaja perlu memiliki hukuman yang ketat. Masjid-masjid ini adalah sejarah dan identitas Gaza selama ratusan hingga ribuan tahun. Semua masjid yang hancur oleh serangan Israel setiap harinya, tidak hanya menghilangkan tempat ibadah, tetapi juga menghancurkan identitas budaya dan simbol pendirian Palestina selama berabad-abad.
4. Pasukan Israel Menghalang Masjid Al-Aqsa di Hari Pertama Bulan Suci Ramadan
Masjid Al-Aqsa yang berusia 989 tahun, telah menjadi tempat yang suci bagi umat Islam di Gaza untuk menunaikan ibadah. Namun mulai pada hari Senin 11 Maret 2024, pasukan IDF (Tentara Israel) terlihat mengusir para umat Islam yang ingin melaksanakan Ibadah pada hari pertama bulan Ramadhan. Para tentara Israel hanya memperbolehkan pria diatas umur 55 tahun dan wanita diatas umur 50 tahun yang boleh masuk, membuat masjid ini menjadi tidak bisa diakses bagi sebagian besar rakyat Palestina.Situasi ini tentunya menciptakan ketegangan yang meningkat di kompleks Masjid Al-Aqsa, yang merupakan situs suci ketiga di Gaza. Akses yang dihalang dengan pasukan bersenjata Israel, tentu saja memberikan intimidasi bagi umat-umat Islam yang sedang ingin melakukan ibadah. Lagi-lagi ini menjadi contoh perilaku Israel yang terus ingin mengintimidasi dan mengusir keberadaan rakyat Palestina dari tanah dan tempat tinggal mereka sendiri.
5. Penghinaan terhadap Tempat-Tempat Suci Islam di Gaza
Tidak cukup dengan serangan udara, tentara Israel (IDF) juga menghina-hina dan merusak masjid-masjid yang ada di Gaza. Sebuah video yang disebarkan oleh seorang tentara Israel, menunjukkan tindakan-tindakan yang tercela seperti membuang air besar diatas masjid, merusak bagian-bagian masjid yang tersisah, menjarah dan mencuri barang yang ada, dan dengan bangganya meledakan masjid-masjid yang belum hancur lebur.Tindakan ini mencerminkan bahwa tidak hanya kekejaman secara bersenjata, tetapi juga penghinaan dalam terhadap tempat ibadah dan nilai-nilai agama. Vandalisme terhadap masjid-masjid yang telah menjadi saksi sejarah Palestina selama ribuan tahun, menunjukkan betapa rendahnya penghormatan keagamaan dan kemanusian yang dimiliki oleh tentara-tentara Israel.
Mulai dari pembakaran kitab suci, membunuh umat yang sedang beribadah, menghancurkan 1,000 tempat ibadah, menghalangi umat yang ingin menunaikan ibadah, hingga penghinaan terhadap tempat-tempat suci umat Islam, menggambarkan betapa kejamnya peperangan Israel di Gaza sepanjang 2024.
Hukuman dari penistaan agama yang sangat keji seperti ini perlu menjadi pusat perhatian terutama bagi para umat muslim. Israel kini telah membunuh sebanyak 40,000 warga sipil di Gaza termasuk wanita dan anak-anak, sebuah rekor kekejaman yang akan terus ada di tangan Israel. MG/Patrick Daniel H.W.
(wid)