Demi Allah, Lihatlah Tetangga, Jangan-jangan Dia Masak Batu

Sabtu, 02 Mei 2020 - 17:31 WIB
loading...
A A A
Biasanya si ibu itu sebelum corona datang, ia menyediakan jasa mencuci pakaian, tetapi sesudah orang-orang membatasi keluar rumah karena virus corona, tak ada pekerjaan untuknya.

Prisca Momanyi, tetangga Kitsao melihat penderitaan tetangganya itu dan merekamnya hingga kemudian mendapat perhatian media.

Cerita yang mirip juga terjadi di Indonesia. Seorang ibu rumah tangga di Kota Serang, Banten, meninggal dunia diduga karena kelaparan akibat bertahan di rumah tanpa memiliki makanan. Perempuan itu bersama keluarganya menahan lapar selama dua hari hanya dengan meminum air minum galon.

Lalu, di Batam, Kepulauan Riau, seorang pria yang menanggung empat orang anaknya kehabisan uang untuk membeli bahan makanan. Ia menawar-nawarkan ponsel bekasnya seharga Rp10.000 untuk membeli beras.

Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane, bercerita tentang seorang lelaki bersahaja tetangganya. "Setiap lima menit sebelum azan selalu lewat di depan rumahku, untuk menuju masjid. Ia tinggal berdua dengan istrinya. Kerjanya sebagai tukang ojek pangkalan. Istrinya berdagang sayur. Anaknya sudah besar-besar dan hidupnya sangat sederhana," ujarnya.

Suatu saat lelaki itu mendatangi tetangganya. Ia meminta segelas beras. Untuk apa, tanya tetangganya. "Untuk dimasak. Sudah dua hari saya dan istri tidak makan. Kami sahur dengan air putih dan buka puasa dengan air putih. Tolonglah, kalau ada segelas beras," ujarnya memelas.

Neta mengatakan tak menyangka, pandemi Covid 19 membuat tetangga kami "terkapar" seperti itu.

"Ada seorang pedagang keliling beranak tiga, kisahnya hampir serupa. Ada guru les beranak empat, kisahnya tak kalah pahit. Pun ada pengemudi ojol beranak satu yang berkisah duka. Tapi mereka tak pernah mengeluh. Hidup pahit akibat corona dilakoni sendiri. Sehingga tetangganya tak tahu bahwa mereka sudah dua hari hanya mengandalkan air putih untuk pengganjal perut," ujar Neta dalam akun Facebooknya, Sabtu (2/4/2020).

Cerita mirip disampaikan Zulia Ulfah. Ibu rumah tangga ini bercerita ketika hendak ke pasar ada yang menyapa, "Ummi, mau ke mana?"

Ia memanggil Ummi, kepada Zulia. "Ke Pasar mbak.." jawab Zulia.

Zulia berpikir perempuan yang belum dikenalnya itu langsung berlalu pergi. Ternyata tidak. Perempuan itu ingin melanjutkan obrolan.

"Maaf mbak ini siapa ya?"

Sembari membuka maskernya ia menjawab, "Saya ngontrak di belakang rumah Ummi".

"Oooo.. Dari mana kok mengajak anak bayi?" tanya Zulia melihat perempuan itu.

Singkat cerita, perempuan ini bercerita kalau dirinya habis dari rumah saudaranya. Mau pinjam uang, katanya. Perempuan ini perlu duit untuk kebutuhan membeli susu anaknya yang sekira berusia 9 bulan. Itu harus ditempuh dengan naik angkot.

Tanpa diminta, perempuan ini menjelaskan bahwa suaminya yang bekerja sebagai satpam di RSCM dikarantina beberapa pekan. Ia tak bisa menghubunginya karena Hp rusak.

"Kisah selanjutnya tentu bisa ditebak," ujar Zulia yang yakin bahwa apa yang dialaminya itu mewakili kisah-kisah lain yang tak terendus dan tak terekspose.

"Di sekeliling kita tiba-tiba menjadi berubah," keluh Zulia juga dalam akun Facebooknya. "Yaa Rabbana, di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini ampuni segala dosa hambaMu, cukupkan segala kebutuhannya, dan mudahkan menjalankan puasa dan ibadah-ibadah lainnya," tulis Zulia.

Peristiwa-peristiwa yang mewarnai di seputaran wabah corona ini sungguh memprihatinkan. Hampir 2 juta orang kehilangan pekerjaan. Kemiskinan dan penderitaan mulai mengapung ke permukaan. Membangunkan jiwa kedermawanan kita.

Pemerintah memang telah memberi bantuan untuk warga miskin. Hanya saja, bantuan boleh jadi tak bisa menyentuh seluruh penduduk miskin.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1292 seconds (0.1#10.140)