Kejayaan Daulah Fatimiyah: Pindahkan Ibu Kota dari Maroko ke Mesir
loading...
A
A
A
MASA kejayaan Daulah Fatimiyah saat berada di bawah tiga Khalifah, yaitu Al Muiz Lidinillah (953-975 M), Al-Aziz Billah (975-996 M), dan Al-Hakim Biamrillah (966-1021 M).
Pada masa Khalifah Al Muiz Lidinillah, Daulah Fatimiyah berhasil merebut Mesir dari tangan Daulah Abbasiyah sehingga Ibu Kota daulah inipun pindah dari Maroko ke Mesir.
Dr. H. Syamruddin Nasution, M.Ag. dalam bukunya berjudul "Sejarah Peradaban Islam" (Yayasan Pusaka Riau, 2013) menuturkan Daulah Fatimiyah menjadi daulah ketiga dalam Islam -setelah Daulah Abbasiyah dan Daulah Umayyah Cordova - yang berhasil memajukan peradaban Islam pada periode Klasik.
Pada masa Khalifah Al-Muiz Lidinillah, Daulah Fatimiyah mengalami masa gemilang. Khalifah Al-Muiz Lidinillah termasuk khalifah yang mengagumkan. Pengetahuannya luas, banyak mengetahui bahasa, sangat cinta pada ilmu pengetahuan dan sastra, pandai mengatur siasat sehingga dia dikagumi baik kawan maupun lawannya.
Setelah Al-Muiz Lidinillah naik tahta pada tahun 953 M/341 H, dia berusaha mengokohkan kedudukannya sebagai khalifah keempat Daulah Fatimiyah.
Untuk itu, dia mengamankan seluruh wilayah kekuasaannya dari kekacauan-kekacauan. Hal itu berlangsung selama 17 tahun.
Setelah situasi dalam negeri aman memberi kesempatan kepadanya untuk menyerang dan merebut Mesir dari Daulah Abbasiyah.
Pada tahun 970 M/358 H, Al-Muiz Lidinillah mengerahkan pasukan dalam jumlah besar di bawah Panglimanya Abu Hasan Al-Jauhar dan barulah ini kali mereka berhasil menguasai Mesir pada bulan Jumadil Awwal 359 H/971 M.
Setelah menguasai Mesir Jauhar pergi ke Masjid Ibn Tulun dan menyuruh muazzin menyuarakan azan Syi’ah, yaitu “Haiya ‘ala kharil ‘amal”. Itulah azan pertama orang Syi’ah di Mesir.
Faktor keberhasilan Al-Muiz Lidinillah dalam merebut Mesir kali ini karena dia lebih dulu mengamankan wilayah kekuasaannya sehingga dia berada dalam situasi benar-benar kuat kemudian baru dia melakukan penaklukan untuk merebut negeri Primida itu. Faktor keberhasilan lainnya juga ditentukan oleh sosok pribadinya yang cemerlang.
Pada masa Khalifah Al-Muiz Lidinillah Daulah Fatimiyah mengalami kemajuan pesat.
Dia melakukan perluasan wilayah Daulah Fatimiyah sampai ke negeri Syam (Syiria) dan Palestina, juga namanya disebut di atas mimbar di negeri Hijaz Makkah Madinah) sebagai lambang dari kekuatan Daulah Fatimiyah ketika itu.
Pada masa pemerintahan Al-Muiz Lidinillah (953-975 M), Panglima besarnya Jauhar Al-Katib telah berhasil membangun ibu kota Daulah Fatimiyah “Al-Qahirah” atau Cairo di pinggiran barat sungai Nil untuk selanjutnya ibu kota Daulah Fatimiyah berpindah dari Maroko ke Cairo.
Demikian juga dia membangun istana untuk tempat tinggal Khalifah Al-Muiz Lidinillah.
Selain itu, Panglima Jauhar Al-Katib membangun Perguruan Tinggi Al-Jami’ Al-Azhar dan Khalifah Muiz Lidinillah meresmikan Universitas Al-Azhar tersebut pada tanggal 7 Ramadan 361/22 Juni 972 M.
Pada mulanya kurikulum yang diterapkan di Unversitas tertua di dunia itu adalah berdasarkan mazhab Syi’ah aliran Isma’iliyah.
Untuk memajukan ekonomi Daulah Fatimiyah, Khalifah Muiz Lidinillah juga mengembangkan kerajinan dan perusahaan-perusahaan agar negara mempunyai pemasukan, seperti kerajinan tenun, keramik, perhiasan emas dan perak, peralatan kaca, kerajinan madu, ramu-ramuan dan pengobatan.
Dengan dikembangkannya berbagai macam kerajinan pada gilirannya ekonomi negara semakin berkembang dan kehidupan rakyat menjadi makmur mereka dapat menikmati kemewahan hidup.
Kala itu, Daulah Abbasiyah juga telah berhasil memajukan peradaban Islam dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan di Baghdad, seperti kemegahan dan keindahan kota Baghdad, ilmu kedokteran, astronomi, matematika, kimia, farmasi, filsafat dan ilmu agama lainnya untuk masyarakat Irak.
Demikian juga Daulah Umayyah Cordova telah berhasil menyumbangkan berbagai kemajuan seperti industri, peradaban dan pertanikan untuk masyarakat Spanyol.
Sedangkan Daulah Fatimiyah juga telah menyumbangkan banyak kemajuan dan kecemerlangan untuk masyarakat Mesir walaupun tidak dapat menyaingi kecemerlangan Baghdad dan Spanyol.
Menurut Syamruddin Nasution, walaupun Daulah-Daulah Islam yang pernah berkuasa di Maroko dan Mesir baik sebelum maupun sesudah Daulah Fatimiyah, seperti Daulah Idrisiyah, Daulah Tuluniyah, Daulah Ikhsyidiyah, Daulah Ayyubiyah, Daulah Mamluk, Daulah Murabitun dan Daulah Muwahhidun belum pernah dapat memajukan peradaban Islam melebihi apa yang pernah dicapai oleh Daulah Fatimiyah tersebut.
Lihat Juga: Al-Azhar soal Israel Bunuh Yahya Sinwar: Mati demi Palestina Adalah Kehormatan Tak Tertandingi
Pada masa Khalifah Al Muiz Lidinillah, Daulah Fatimiyah berhasil merebut Mesir dari tangan Daulah Abbasiyah sehingga Ibu Kota daulah inipun pindah dari Maroko ke Mesir.
Dr. H. Syamruddin Nasution, M.Ag. dalam bukunya berjudul "Sejarah Peradaban Islam" (Yayasan Pusaka Riau, 2013) menuturkan Daulah Fatimiyah menjadi daulah ketiga dalam Islam -setelah Daulah Abbasiyah dan Daulah Umayyah Cordova - yang berhasil memajukan peradaban Islam pada periode Klasik.
Pada masa Khalifah Al-Muiz Lidinillah, Daulah Fatimiyah mengalami masa gemilang. Khalifah Al-Muiz Lidinillah termasuk khalifah yang mengagumkan. Pengetahuannya luas, banyak mengetahui bahasa, sangat cinta pada ilmu pengetahuan dan sastra, pandai mengatur siasat sehingga dia dikagumi baik kawan maupun lawannya.
Setelah Al-Muiz Lidinillah naik tahta pada tahun 953 M/341 H, dia berusaha mengokohkan kedudukannya sebagai khalifah keempat Daulah Fatimiyah.
Untuk itu, dia mengamankan seluruh wilayah kekuasaannya dari kekacauan-kekacauan. Hal itu berlangsung selama 17 tahun.
Setelah situasi dalam negeri aman memberi kesempatan kepadanya untuk menyerang dan merebut Mesir dari Daulah Abbasiyah.
Pada tahun 970 M/358 H, Al-Muiz Lidinillah mengerahkan pasukan dalam jumlah besar di bawah Panglimanya Abu Hasan Al-Jauhar dan barulah ini kali mereka berhasil menguasai Mesir pada bulan Jumadil Awwal 359 H/971 M.
Setelah menguasai Mesir Jauhar pergi ke Masjid Ibn Tulun dan menyuruh muazzin menyuarakan azan Syi’ah, yaitu “Haiya ‘ala kharil ‘amal”. Itulah azan pertama orang Syi’ah di Mesir.
Faktor keberhasilan Al-Muiz Lidinillah dalam merebut Mesir kali ini karena dia lebih dulu mengamankan wilayah kekuasaannya sehingga dia berada dalam situasi benar-benar kuat kemudian baru dia melakukan penaklukan untuk merebut negeri Primida itu. Faktor keberhasilan lainnya juga ditentukan oleh sosok pribadinya yang cemerlang.
Pada masa Khalifah Al-Muiz Lidinillah Daulah Fatimiyah mengalami kemajuan pesat.
Dia melakukan perluasan wilayah Daulah Fatimiyah sampai ke negeri Syam (Syiria) dan Palestina, juga namanya disebut di atas mimbar di negeri Hijaz Makkah Madinah) sebagai lambang dari kekuatan Daulah Fatimiyah ketika itu.
Pada masa pemerintahan Al-Muiz Lidinillah (953-975 M), Panglima besarnya Jauhar Al-Katib telah berhasil membangun ibu kota Daulah Fatimiyah “Al-Qahirah” atau Cairo di pinggiran barat sungai Nil untuk selanjutnya ibu kota Daulah Fatimiyah berpindah dari Maroko ke Cairo.
Demikian juga dia membangun istana untuk tempat tinggal Khalifah Al-Muiz Lidinillah.
Selain itu, Panglima Jauhar Al-Katib membangun Perguruan Tinggi Al-Jami’ Al-Azhar dan Khalifah Muiz Lidinillah meresmikan Universitas Al-Azhar tersebut pada tanggal 7 Ramadan 361/22 Juni 972 M.
Pada mulanya kurikulum yang diterapkan di Unversitas tertua di dunia itu adalah berdasarkan mazhab Syi’ah aliran Isma’iliyah.
Untuk memajukan ekonomi Daulah Fatimiyah, Khalifah Muiz Lidinillah juga mengembangkan kerajinan dan perusahaan-perusahaan agar negara mempunyai pemasukan, seperti kerajinan tenun, keramik, perhiasan emas dan perak, peralatan kaca, kerajinan madu, ramu-ramuan dan pengobatan.
Dengan dikembangkannya berbagai macam kerajinan pada gilirannya ekonomi negara semakin berkembang dan kehidupan rakyat menjadi makmur mereka dapat menikmati kemewahan hidup.
Kala itu, Daulah Abbasiyah juga telah berhasil memajukan peradaban Islam dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan di Baghdad, seperti kemegahan dan keindahan kota Baghdad, ilmu kedokteran, astronomi, matematika, kimia, farmasi, filsafat dan ilmu agama lainnya untuk masyarakat Irak.
Demikian juga Daulah Umayyah Cordova telah berhasil menyumbangkan berbagai kemajuan seperti industri, peradaban dan pertanikan untuk masyarakat Spanyol.
Sedangkan Daulah Fatimiyah juga telah menyumbangkan banyak kemajuan dan kecemerlangan untuk masyarakat Mesir walaupun tidak dapat menyaingi kecemerlangan Baghdad dan Spanyol.
Menurut Syamruddin Nasution, walaupun Daulah-Daulah Islam yang pernah berkuasa di Maroko dan Mesir baik sebelum maupun sesudah Daulah Fatimiyah, seperti Daulah Idrisiyah, Daulah Tuluniyah, Daulah Ikhsyidiyah, Daulah Ayyubiyah, Daulah Mamluk, Daulah Murabitun dan Daulah Muwahhidun belum pernah dapat memajukan peradaban Islam melebihi apa yang pernah dicapai oleh Daulah Fatimiyah tersebut.
Lihat Juga: Al-Azhar soal Israel Bunuh Yahya Sinwar: Mati demi Palestina Adalah Kehormatan Tak Tertandingi
(mhy)