Terbentuknya Daulah Utsmaniyah: Pada Mulanya Mengabdi ke Turki Seljuk
loading...
A
A
A
PENDIRI Daulah Utsmaniyah atau Ottoman adalah bangsa Turki dari suku Oghuz yang mendiami wilayah Mongol . Mereka masuk Islam sekitar abad ke-9 atau 10.
Dr. H. Syamruddin Nasution, M.Ag dalam bukunya berjudul "Sejarah Peradaban Islam" (Yayasan Pusaka Riau, 2013) menuturkan ketika mereka pindah ke Asia Tengah berada di bawah tekanan serangan Bangsa Mongol pada abad ke-13 M sehingga mereka melarikan diri dan mencari tempat pengungsian.
"Mereka kemudian menetap di tengah-tengah saudara-saudara mereka dari Turki Seljuk di dataran tinggi Asia Kecil," lanjutnya.
Di Asia Kecil di bawah pimpinan Arthogol mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alaiddin II yang ketika itu sedang berperang melawan Byzantium .
Berkat bantuan mereka, Sultan Alaiddin mendapat kemenangan, maka atas jasa baik mereka itu, Sultan Alaiddin menghadiahkan sebidang tanah kepada mereka di Asia Kecil dekat Byzantium.
Sejak itu mereka terus membina dan membangun wilayah barunya dan memilih kota Syukud sebagai ibu kotanya.
Arthogol meninggal dunia tahun 1289 M kepemimpinannya dilanjutkan oleh anaknya Utsman ibn Arthogol.
Utsman memerintah antara tahun 1290-1326 M, dia juga banyak berhasil membantu Sultan Alaiddin II, seperti keberhasilannya menduduki benteng-benteng Byzantium yang berdekatan dengan kota Broessa.
Pada tahun 699 H/1300 M, Bangsa Mongol menyerang Daulah Turki Saljuk dan Sultan Alaiddin terbunuh, maka Utsman pun menyatakan kemerdekaannya dan berkuasa penuh atas daerah-daerah yang didudukinya.
Sejak saat inilah Daulah Turki Utsmani resmi berdiri di Asia Kecil dengan Sultan pertamanya Utsman I.
Semenjak Utsman menyatakan dirinya sebagai raja besar Daulah Utsmani pada tahun 699 H/1300 M di daerah tersebut, maka Sultan mengirim surat kepada raja-raja tetangganya; kepada mereka diberi kesempatan memilih satu di antara tiga,; pertama, masuk Islam, kedua, membayar upeti, dan ketiga, perang.
Segera setelah itu, di antara raja-raja tersebut ada langsung tunduk dan bergabung dengannya, sehingga wilayahnya bertambah luas.
Selanjutnya Sultan Utsman I melakukan perluasan wilayah. Pertama-tama ia menyerang daerah perbatasan Byzantium dan menaklukkan Kota Broessa tahun 1317 M kemudian pada tahun 1326 M dijadikannya sebagai ibu kota Daulah Turki Utsmani.
Utsman I meninggal dunia tahun 1326 M dan digantikan oleh Orkhan (1326-1359 M). Pada masa pemerintahannya, Daulah Turki Utsmani dapat menaklukkan Azmir (Smirna) pada tahun 1327 M, Thawasyanli (1330 M), Iskandar (1338 M), Ankara (1354 M), dan Gallipoli (3156 M).
Daerah ini adalah bagian dari Benua Eropa yang pertama kali ditaklukkan Daulah Turki Utsmani.
Perluasan wilayah semakin dikembangkan lagi ketika Murad I, pengganti Orkhan berkuasa (1359-1389 M). Selain dapat memantapkan keamanan dalam negeri, ia juga melakukan perluasan daerah ke Benua Eropa.
Ia dapat menaklukkan Adrianopel – yang kemudian dijadikannya sebagai ibu kota Daulah yang baru -Macedonia, Sopia (ibu kota Remulia), Salonia, dan seluruh wilayah bagian utara Yunani.
Dengan ditaklukkannya kota-kota tersebut Daulah Turki Utsmani telah memegang “kunci lalulintas” yang menghubungkan kerajaan-kerajaan Serbia, Bulgaria dengan Byzantium di Konstantinopel.
Dr. H. Syamruddin Nasution, M.Ag dalam bukunya berjudul "Sejarah Peradaban Islam" (Yayasan Pusaka Riau, 2013) menuturkan ketika mereka pindah ke Asia Tengah berada di bawah tekanan serangan Bangsa Mongol pada abad ke-13 M sehingga mereka melarikan diri dan mencari tempat pengungsian.
"Mereka kemudian menetap di tengah-tengah saudara-saudara mereka dari Turki Seljuk di dataran tinggi Asia Kecil," lanjutnya.
Di Asia Kecil di bawah pimpinan Arthogol mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alaiddin II yang ketika itu sedang berperang melawan Byzantium .
Berkat bantuan mereka, Sultan Alaiddin mendapat kemenangan, maka atas jasa baik mereka itu, Sultan Alaiddin menghadiahkan sebidang tanah kepada mereka di Asia Kecil dekat Byzantium.
Sejak itu mereka terus membina dan membangun wilayah barunya dan memilih kota Syukud sebagai ibu kotanya.
Arthogol meninggal dunia tahun 1289 M kepemimpinannya dilanjutkan oleh anaknya Utsman ibn Arthogol.
Utsman memerintah antara tahun 1290-1326 M, dia juga banyak berhasil membantu Sultan Alaiddin II, seperti keberhasilannya menduduki benteng-benteng Byzantium yang berdekatan dengan kota Broessa.
Pada tahun 699 H/1300 M, Bangsa Mongol menyerang Daulah Turki Saljuk dan Sultan Alaiddin terbunuh, maka Utsman pun menyatakan kemerdekaannya dan berkuasa penuh atas daerah-daerah yang didudukinya.
Sejak saat inilah Daulah Turki Utsmani resmi berdiri di Asia Kecil dengan Sultan pertamanya Utsman I.
Semenjak Utsman menyatakan dirinya sebagai raja besar Daulah Utsmani pada tahun 699 H/1300 M di daerah tersebut, maka Sultan mengirim surat kepada raja-raja tetangganya; kepada mereka diberi kesempatan memilih satu di antara tiga,; pertama, masuk Islam, kedua, membayar upeti, dan ketiga, perang.
Segera setelah itu, di antara raja-raja tersebut ada langsung tunduk dan bergabung dengannya, sehingga wilayahnya bertambah luas.
Selanjutnya Sultan Utsman I melakukan perluasan wilayah. Pertama-tama ia menyerang daerah perbatasan Byzantium dan menaklukkan Kota Broessa tahun 1317 M kemudian pada tahun 1326 M dijadikannya sebagai ibu kota Daulah Turki Utsmani.
Utsman I meninggal dunia tahun 1326 M dan digantikan oleh Orkhan (1326-1359 M). Pada masa pemerintahannya, Daulah Turki Utsmani dapat menaklukkan Azmir (Smirna) pada tahun 1327 M, Thawasyanli (1330 M), Iskandar (1338 M), Ankara (1354 M), dan Gallipoli (3156 M).
Daerah ini adalah bagian dari Benua Eropa yang pertama kali ditaklukkan Daulah Turki Utsmani.
Perluasan wilayah semakin dikembangkan lagi ketika Murad I, pengganti Orkhan berkuasa (1359-1389 M). Selain dapat memantapkan keamanan dalam negeri, ia juga melakukan perluasan daerah ke Benua Eropa.
Ia dapat menaklukkan Adrianopel – yang kemudian dijadikannya sebagai ibu kota Daulah yang baru -Macedonia, Sopia (ibu kota Remulia), Salonia, dan seluruh wilayah bagian utara Yunani.
Dengan ditaklukkannya kota-kota tersebut Daulah Turki Utsmani telah memegang “kunci lalulintas” yang menghubungkan kerajaan-kerajaan Serbia, Bulgaria dengan Byzantium di Konstantinopel.