Mukjizat dan Kisah Nabi Ayub, Penuh Keteladanan dalam Kesabaran dan Keimanan
loading...
A
A
A
Kisah Nabi Ayyub tercantum dalam Al-Qur’an Surat Sad ayat 41 sampai 44. Nabi Ayyub AS merupakan keturunan Nabi Ibrahim yang berasal dari keluarga terhormat dan kaya raya.
Nabi Ayyub alaihissalam dikenal sebagai sosok yang penuh kebijaksanaan, kesabaran, dan keteguhan hati. Ayahnya bernama Amus adalah keturunan Al-Ish, putra Nabi Ishaq.
Nabi Ayyub tinggal di Hauran, dekat Damaskus. Wilayah ini dihuni oleh masyarakat Arab asli dengan budaya bahasa yang seindah syair. Sejak muda, Nabi Ayyub telah terbiasa bekerja keras hingga usaha yang dikelolanya membuahkan kesuksesan besar. Ia memiliki ribuan ternak, tanah yang luas, dan kekayaan yang melimpah.
Meski hidup serba berkecukupan, Nabi Ayyub tetap rendah hati. Ia selalu membantu yang membutuhkan, sering kali mendengar doa dari mereka yang ditolongnya, “Terima kasih Tuan, semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepadamu.”
Dalam kehidupan pribadinya, Nabi Ayyub menikahi Siti Rahmah dan dikaruniai 12 anak yang saleh dan rupawan, menciptakan keluarga yang harmonis dan penuh berkah.
Namun, keimanan Nabi Ayyub membuat iblis tidak senang. Iblis memohon izin kepada Allah untuk menggoda Nabi Ayyub, yang kemudian diizinkan oleh-Nya.
Ujian pertama datang ketika ribuan ternak Nabi Ayyub mati secara mendadak. Salah seorang pekerjanya panik dan melapor, “Apa yang terjadi dengan semua ternak ini? Kita harus segera melaporkannya.”
Dalam waktu singkat, seluruh kekayaan Nabi Ayyub hilang. Namun, ia tetap sabar, memperbanyak dzikir, dan tidak tergoda oleh bisikan iblis yang terus memprovokasi, “Tuhanmu telah berpaling, datanglah kepadaku dan aku akan membantumu.”
Tidak berhenti di situ, iblis menciptakan bencana besar yang merenggut nyawa seluruh anak-anak Nabi Ayyub. Rumahnya roboh, dan semua anaknya pun meninggal dunia.
Namun, di tengah duka yang mendalam Nabi Ayyub tetap tegar. “Semua ini adalah milik Allah, dan Dia berhak mengambilnya kapan saja,” ucapnya dengan penuh kepasrahan.
Orang-orang mulai menjauhinya, bahkan ada yang bergunjing, “Pasti dia telah melakukan dosa besar hingga Allah tidak menyembuhkannya.”
Di tengah penderitaannya, hanya istrinya, Siti Rahmah, yang tetap setia merawatnya. Meski begitu, godaan iblis juga menghampiri Rahmah.
Dalam keputusasaannya, ia berkata kepada Nabi Ayyub, “Engkau adalah seorang nabi. Jika engkau berdoa kepada Allah, pasti penyakitmu akan disembuhkan.”
Namun, Nabi Ayyub dengan bijak menjawab, “Berapa lama kita merasakan kebahagiaan?”
“20 tahun,”
“Lalu, berapa lama kita menderita?”
“7 tahun.”
Nabi Ayyub pun menegaskan bahwa cobaan yang mereka alami belum sebanding dengan kebahagiaan yang telah Allah berikan.
Namun, ia merasa kecewa atas kelemahan istrinya yang sempat tergoda. Ia pun bersumpah, “Jika Allah menyembuhkanku, aku akan memukulmu 100 kali.”
Seperti yang tercantum dalam surat Al Anbiya ayat 83 dengan terjemahan : “Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika dia berdoa kepada Tuhannya, “(Ya Tuhanku), sungguh, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang.” (QS. Al-Anbiya : 83).
Setelah 18 tahun penuh cobaan, Allah pun mengabulkan doanya. Seketika itu terdengar suara dari langit seperti yang disebutkan dalam surat Sad ayat 42,
“(Allah berfirman), "Hentakkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum." (QS. Sad : 42).
Saat mendengar suara itu, nabi Ayub bangkit dari ranjang dan menghentakkan kakinya ke tanah, lalu munculah air, kemudian ia gunakan air yang memancar itu untuk mandi dan minum. Seketika itu hilanglah semua penyakit Nabi Ayyub.
Nabi Ayyub alaihissalam dikenal sebagai sosok yang penuh kebijaksanaan, kesabaran, dan keteguhan hati. Ayahnya bernama Amus adalah keturunan Al-Ish, putra Nabi Ishaq.
Nabi Ayyub tinggal di Hauran, dekat Damaskus. Wilayah ini dihuni oleh masyarakat Arab asli dengan budaya bahasa yang seindah syair. Sejak muda, Nabi Ayyub telah terbiasa bekerja keras hingga usaha yang dikelolanya membuahkan kesuksesan besar. Ia memiliki ribuan ternak, tanah yang luas, dan kekayaan yang melimpah.
Meski hidup serba berkecukupan, Nabi Ayyub tetap rendah hati. Ia selalu membantu yang membutuhkan, sering kali mendengar doa dari mereka yang ditolongnya, “Terima kasih Tuan, semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepadamu.”
Dalam kehidupan pribadinya, Nabi Ayyub menikahi Siti Rahmah dan dikaruniai 12 anak yang saleh dan rupawan, menciptakan keluarga yang harmonis dan penuh berkah.
Misi Kenabian dan Ujian Iman
Allah SWT mengangkat Nabi Ayyub sebagai nabi untuk menyebarkan ajaran tauhid di wilayah Hauran. Dalam menjalankan dakwahnya, ia juga membangun masjid-masjid sebagai tempat ibadah.Namun, keimanan Nabi Ayyub membuat iblis tidak senang. Iblis memohon izin kepada Allah untuk menggoda Nabi Ayyub, yang kemudian diizinkan oleh-Nya.
Ujian pertama datang ketika ribuan ternak Nabi Ayyub mati secara mendadak. Salah seorang pekerjanya panik dan melapor, “Apa yang terjadi dengan semua ternak ini? Kita harus segera melaporkannya.”
Dalam waktu singkat, seluruh kekayaan Nabi Ayyub hilang. Namun, ia tetap sabar, memperbanyak dzikir, dan tidak tergoda oleh bisikan iblis yang terus memprovokasi, “Tuhanmu telah berpaling, datanglah kepadaku dan aku akan membantumu.”
Tidak berhenti di situ, iblis menciptakan bencana besar yang merenggut nyawa seluruh anak-anak Nabi Ayyub. Rumahnya roboh, dan semua anaknya pun meninggal dunia.
Namun, di tengah duka yang mendalam Nabi Ayyub tetap tegar. “Semua ini adalah milik Allah, dan Dia berhak mengambilnya kapan saja,” ucapnya dengan penuh kepasrahan.
Penyakit dan Kesetiaan Siti Rahmah
Cobaan selanjutnya adalah penyakit yang menyerang tubuh Nabi Ayyub. Seluruh tubuhnya mengeluarkan nanah, membuatnya tidak bisa bergerak.Orang-orang mulai menjauhinya, bahkan ada yang bergunjing, “Pasti dia telah melakukan dosa besar hingga Allah tidak menyembuhkannya.”
Di tengah penderitaannya, hanya istrinya, Siti Rahmah, yang tetap setia merawatnya. Meski begitu, godaan iblis juga menghampiri Rahmah.
Dalam keputusasaannya, ia berkata kepada Nabi Ayyub, “Engkau adalah seorang nabi. Jika engkau berdoa kepada Allah, pasti penyakitmu akan disembuhkan.”
Namun, Nabi Ayyub dengan bijak menjawab, “Berapa lama kita merasakan kebahagiaan?”
“20 tahun,”
“Lalu, berapa lama kita menderita?”
“7 tahun.”
Nabi Ayyub pun menegaskan bahwa cobaan yang mereka alami belum sebanding dengan kebahagiaan yang telah Allah berikan.
Namun, ia merasa kecewa atas kelemahan istrinya yang sempat tergoda. Ia pun bersumpah, “Jika Allah menyembuhkanku, aku akan memukulmu 100 kali.”
Kesembuhan dan Mukjizat Nabi Ayyub
Terdapat 2 mukjizat yang Allah berikan kepada Nabi Ayyub yaitu doanya yang mudah terkabul dan munculnya air dari tanah untuk menyembuhkan penyakitnya.Seperti yang tercantum dalam surat Al Anbiya ayat 83 dengan terjemahan : “Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika dia berdoa kepada Tuhannya, “(Ya Tuhanku), sungguh, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang.” (QS. Al-Anbiya : 83).
Setelah 18 tahun penuh cobaan, Allah pun mengabulkan doanya. Seketika itu terdengar suara dari langit seperti yang disebutkan dalam surat Sad ayat 42,
“(Allah berfirman), "Hentakkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum." (QS. Sad : 42).
Saat mendengar suara itu, nabi Ayub bangkit dari ranjang dan menghentakkan kakinya ke tanah, lalu munculah air, kemudian ia gunakan air yang memancar itu untuk mandi dan minum. Seketika itu hilanglah semua penyakit Nabi Ayyub.