Sejarah di Balik Perayaan Tahun Baru Masehi, Umat Muslim Penting Mengetahuinya!
loading...
A
A
A
Perayaan tahun baru masehi merupakan perayaan yang umumnya dilakukan oleh kaum Nasrani, sehingga umat Muslim bisa memahami mengapa perayaan itu bukan tradisi Islam. Lantas bagaimana sejarah dibalik terjadinya tahun baru masehi ini?
Dalam sejarahnya, ternyata perayaan malam tahun baru sebenarnya sudah dimulai sekitar 200 SM dan dipelopori oleh masyarakat Mesopotamia. Perayaan ini dilakukan karena saat itu belum ada kalender masehi sehingga mereka menggunakan patokan pergantian tahun ialah saat matahari tepat berada di atas khatulistiwa.
Jika dihitung dengan kalender Masehi sekarang, tepatnya pada tanggal 20 Maret. Nah, perayaan tradisional seperti itu disebut Nowruz atau tahun baru Persia yang menandakan hari pertama musim semi. Biasanya dirayakan sekitar tanggal 21 Maret dan saat ini masih dilakukan di beberapa negara Timur Tengah. Perayaan ini dilakukan dengan membersihkan dan menghias rumah, serta menyiapkan berbagai makanan dan minuman.
Selain itu, perayaan pergantian tahun di seluruh dunia juga ditandai dengan peristiwa yang berbeda. Misalnya di China, pergantian tahun ditandai dengan munculnya bulan baru kedua setelah titik balik matahari pada musim dingin. Sementara masyarakat Babilonia merayakan tahun baru dengan festival keagamaan besar-besaran yang disebut “Akitu”. Di Mesir, tahun baru dimulai dengan banjir tahunan Sungai Nil.
Saat Julius Caesar membuat penanggalan baru ini, ia dibantu oleh seorang ahli astronomi asal Mesir bernama Sosigenes. Penanggalan baru tersebut dibuat berdasarkan revolusi matahari seperti yang sudah dilakukan oleh bangsa Mesir kuno. Nah, setelah itu, 1 Januari ditetapkan sebagai hari pertama tahun. Setiap tahunnya terdiri atas 365 seperempat hari.
Nama Januari itu diambil dari nama dewa mitologi kuno Romawi, yaitu Dewa Janus yang punya dua wajah menghadap depan dan belakang. Menurut mitologi Romawi, Dewa Janus diyakini sebagai dewa permulaan dan penjaga pintu masuk. Untuk menghormati Dewa Janus, pada setiap tanggal 31 Desember tengah malam, bangsa Romawi mengadakan perayaan untuk menyambut 1 Januari. Bangsa Romawi kuno merayakan tahun baru dengan mempersembahkan korban kepada Dewa Janus dan mengadakan pesta.
Jadi, sebenarnya 1 Januari itu belum masuk tahun masehi yah. Julius Caesar waktu itu setuju untuk menambahkan 67 hari di tahun 45 SM. Selanjutnya, 46 SM dimulai pada 1 Januari. Julius Caesar juga memerintahkan untuk menambah satu hari setiap empat tahun sekali, tepatnya pada bulan Februari. Penanggalan ini dikenal dengan Kalender Julian yang diambil dari nama Julius Caesar.
Seiring berjalannya waktu, Kalender Julian dikembangkan dan dimodifikasi menjadi Kalender Gregorian. Penanggalan menggunakan Kalender Gregorian ini dicetuskan oleh Dr. Aloysius Lilius dengan persetujuan pemimpin tertinggi umat Katolik di Vatikan, Paus Gregory XIII pada tahun 1528.
Sistem inilah yang kemudian digunakan di negara-negara seluruh dunia. Sejak saat itu, setiap tanggal 31 Desember dilakukan perayaan malam pergantian tahun atau malam tahun baru. Perlu diingat yah, jadi tahun Masehi itu dihitung sejak kelahiran Isa Al-Masih. Tapi penanggalan kalendernya tetap menggunakan Kalender Julian yang dimodifikasi menjadi Kalender Gregorian seperti yang kita kenal sekarang ini.
Karena dirayakan oleh seluruh dunia, beragam tradisi dan pemujaan dalam perayaan tahun baru terus mengalami pergeseran makna. Banyak orang mulai membuat resolusi untuk mengubah kebiasaan buruk dan memulai kebiasaan baik. Namun terburuknya, malam perayaan pergantian tahun ini diisi dengan berbagai kemaksiatan dengan mabuk-mabukan, pesta pesta campur aduk pria dan wanita, serta lainnya.
Dalam sejarahnya, ternyata perayaan malam tahun baru sebenarnya sudah dimulai sekitar 200 SM dan dipelopori oleh masyarakat Mesopotamia. Perayaan ini dilakukan karena saat itu belum ada kalender masehi sehingga mereka menggunakan patokan pergantian tahun ialah saat matahari tepat berada di atas khatulistiwa.
Jika dihitung dengan kalender Masehi sekarang, tepatnya pada tanggal 20 Maret. Nah, perayaan tradisional seperti itu disebut Nowruz atau tahun baru Persia yang menandakan hari pertama musim semi. Biasanya dirayakan sekitar tanggal 21 Maret dan saat ini masih dilakukan di beberapa negara Timur Tengah. Perayaan ini dilakukan dengan membersihkan dan menghias rumah, serta menyiapkan berbagai makanan dan minuman.
Selain itu, perayaan pergantian tahun di seluruh dunia juga ditandai dengan peristiwa yang berbeda. Misalnya di China, pergantian tahun ditandai dengan munculnya bulan baru kedua setelah titik balik matahari pada musim dingin. Sementara masyarakat Babilonia merayakan tahun baru dengan festival keagamaan besar-besaran yang disebut “Akitu”. Di Mesir, tahun baru dimulai dengan banjir tahunan Sungai Nil.
Perayaan Tahun Baru Dimulai 1 Januari
Pada masa pemerintahan Kaisar Romawi Julius Caesar, perayaan tahun baru untuk pertama kalinya dilakukan pada 1 Januari. Tepatnya adalah 1 Januari 46 SM. Waktu itu, penanggalan Romawi yang sebelumnya dibuat oleh Romulus pada abad ke-8 mengalami pergantian. Penanggalan yang terdiri atas 10 bulan atau 304 hari dan dimulai pada bulan Maret ini kemudian ditambahkan bulan Januarius dan Februarius. Saat ini, kita mengenalnya dengan Januari dan Februari.Saat Julius Caesar membuat penanggalan baru ini, ia dibantu oleh seorang ahli astronomi asal Mesir bernama Sosigenes. Penanggalan baru tersebut dibuat berdasarkan revolusi matahari seperti yang sudah dilakukan oleh bangsa Mesir kuno. Nah, setelah itu, 1 Januari ditetapkan sebagai hari pertama tahun. Setiap tahunnya terdiri atas 365 seperempat hari.
Nama Januari itu diambil dari nama dewa mitologi kuno Romawi, yaitu Dewa Janus yang punya dua wajah menghadap depan dan belakang. Menurut mitologi Romawi, Dewa Janus diyakini sebagai dewa permulaan dan penjaga pintu masuk. Untuk menghormati Dewa Janus, pada setiap tanggal 31 Desember tengah malam, bangsa Romawi mengadakan perayaan untuk menyambut 1 Januari. Bangsa Romawi kuno merayakan tahun baru dengan mempersembahkan korban kepada Dewa Janus dan mengadakan pesta.
Jadi, sebenarnya 1 Januari itu belum masuk tahun masehi yah. Julius Caesar waktu itu setuju untuk menambahkan 67 hari di tahun 45 SM. Selanjutnya, 46 SM dimulai pada 1 Januari. Julius Caesar juga memerintahkan untuk menambah satu hari setiap empat tahun sekali, tepatnya pada bulan Februari. Penanggalan ini dikenal dengan Kalender Julian yang diambil dari nama Julius Caesar.
Dimulai Sejak Kelahiran Isa Al Masih
Jika 1 Januari belum menandakan dimulainya tahun Masehi, lalu kapan tahun Masehi mulai diterapkan? Kalender Masehi itu dihitung sejak kelahiran Isa Al-Masih dari Nazaret. Penanggalan ini awal mulanya diadopsi di Eropa Barat pada sekitar abad ke-8.Seiring berjalannya waktu, Kalender Julian dikembangkan dan dimodifikasi menjadi Kalender Gregorian. Penanggalan menggunakan Kalender Gregorian ini dicetuskan oleh Dr. Aloysius Lilius dengan persetujuan pemimpin tertinggi umat Katolik di Vatikan, Paus Gregory XIII pada tahun 1528.
Sistem inilah yang kemudian digunakan di negara-negara seluruh dunia. Sejak saat itu, setiap tanggal 31 Desember dilakukan perayaan malam pergantian tahun atau malam tahun baru. Perlu diingat yah, jadi tahun Masehi itu dihitung sejak kelahiran Isa Al-Masih. Tapi penanggalan kalendernya tetap menggunakan Kalender Julian yang dimodifikasi menjadi Kalender Gregorian seperti yang kita kenal sekarang ini.
Karena dirayakan oleh seluruh dunia, beragam tradisi dan pemujaan dalam perayaan tahun baru terus mengalami pergeseran makna. Banyak orang mulai membuat resolusi untuk mengubah kebiasaan buruk dan memulai kebiasaan baik. Namun terburuknya, malam perayaan pergantian tahun ini diisi dengan berbagai kemaksiatan dengan mabuk-mabukan, pesta pesta campur aduk pria dan wanita, serta lainnya.
(wid)