6 Kisah Nabi Muhammad di Bulan Ramadan, Dari Terima Wahyu Pertama hingga Perintah Berbuka Puasa
loading...
A
A
A
Perang besar Badar ini pun disebut dalam surah Ali Imran ayat 123-126
Wa laqad nashrakumullahu bibadriw wa antum adzillah, fattaqullaha la’allakum tasykurun
Artinya: “Sungguh, Allah benar-benar telah menolong kamu dalam Perang Badar, padahal kamu (pada saat itu) adalah orang-orang lemah. Oleh karena itu, bertakwalah kepada Allah agar kamu bersyukur. (QS Ali Imran 3:123)
Perang Badar ini memiliki nilai penting dalam ajaran Islam. Ia menggambarkan bagaimana rasa tunduk dan berserah diri kepada Allah SWT dapat memberikan bantuan tiada tara kepada hambaNya.
Dijelaskan bahwa Fathu Makkah merupakan peristiwa yang terjadi pada 10 Ramadan tahun 8 Hijriah. Pada saat itu Rasulullah beserta puluhan ribu pasukannya bergerak dari Madinah menuju Makkah. Mereka menguasai kota tersebut sepenuhnya.
Pembebasan Kota Makkah terjadi tanpa pertumpahan darah. Setelah berhasil melakukannya, Rasulullah dan pasukannya membersihkan Ka'bah dari berbagai patung berhala. Diketahui bahwa patung-patung berhala sebelumnya diletakkan oleh kaum Quraisy di bagian dalam maupun sekitar Ka'bah.
Selesai pembebasan Makkah, Rasulullah meminta Billal bin Rabbah untuk mengumandangkan adzan dari atas Ka'bah. Momentum tersebut juga digunakan oleh umat Islam untuk melakukan sholat secara berjamaah untuk pertama kalinya di sana. Sebaliknya, penduduk Makkah berkumpul di depan Ka'bah dengan menyesali perbuatan buruk mereka kepada Rasulullah.
Rasulullah pun mengampuni dan sama sekali tidak menghukum mereka. Mengetahui hal tersebut, penduduk Makkah berbondong-bondong masuk Islam. Mereka juga bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah.
Terkait peristiwa pembebasan Kota Makkah ini disebutkan dalam firman Allah SWT melalui Surat An-Nashr. Adapun bunyi dari surat tersebut adalah sebagai berikut:
"Idzâ jâ'a nashrullâhi wal-fat-ḫ. Wa ra'aitan-nâsa yadkhulûna fî dînillâhi afwâjâ. Fa sabbiḫ biḫamdi rabbika wastaghfir-h, innahû kâna tawwâbâ."
Artinya: "Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah, bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Penerima taubat."
Dalam buku Ensiklopedia Sahabat Rasulullah yang ditulis oleh Wulan Mulya Pratiwi dkk, dijelaskan Abu Thalhah tidak menunaikan puasa hanya pada hari-hari yang diharamkan, seperti hari besar, atau saat ia sedang sakit. Selain rajin menunaikan puasa, Abu Thalha juga tak pernah meninggalkan salat malam dan selalu berjihad di jalan Allah.
Ia tak pernah lelah menegakkan ajaran Allah SWT dalam keseharian hidupnya, bahkan hingga sudah berusia lanjut yang renta. Anak-anaknya memperingatkan dengan menasihati Abu Thalhah perihal umurnya yang sudah renta, namun ia tetap bulat akan tekadnya untuk berjihad dan berlaut bersama pasukan pengembara Muslim lainnya.
Seorang anak dari Abu Thalhah berujar:
“Semoga Allah memberikanmu rahmat selalu, wahai ayah kami. Kau sekarang sudah amat tua. Sudah berjuang bersama Rasulullah, Abu Bakar, dan Umar. Mengapa kau tidak rehat saja dan biarkan kami melanjutkan jihadmu?”
Segera Abu Thalhah menimpali melalui firman Allah SWT dalam QS At-Taubah ayat 41:
وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ اللّٰهُ بِبَدْرٍ وَّاَنْتُمْ اَذِلَّةٌۚ فَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Wa laqad nashrakumullahu bibadriw wa antum adzillah, fattaqullaha la’allakum tasykurun
Artinya: “Sungguh, Allah benar-benar telah menolong kamu dalam Perang Badar, padahal kamu (pada saat itu) adalah orang-orang lemah. Oleh karena itu, bertakwalah kepada Allah agar kamu bersyukur. (QS Ali Imran 3:123)
Perang Badar ini memiliki nilai penting dalam ajaran Islam. Ia menggambarkan bagaimana rasa tunduk dan berserah diri kepada Allah SWT dapat memberikan bantuan tiada tara kepada hambaNya.
3. Pembebasan Kota Makkah
Peristiwa yang dialami oleh Rasulullah selanjutnya yang bertepatan dengan bulan Ramadan adalah melakukan pembebasan Kota Makkah. Berdasarkan informasi yang disampaikan dalam buku 'Makkah: Kota Suci Yang Dirindukan Umat' karya Rizem Aizid, bahwa peristiwa pembebasan Kota Makkah juga dikenal sebagai Fathu Makkah.Dijelaskan bahwa Fathu Makkah merupakan peristiwa yang terjadi pada 10 Ramadan tahun 8 Hijriah. Pada saat itu Rasulullah beserta puluhan ribu pasukannya bergerak dari Madinah menuju Makkah. Mereka menguasai kota tersebut sepenuhnya.
Pembebasan Kota Makkah terjadi tanpa pertumpahan darah. Setelah berhasil melakukannya, Rasulullah dan pasukannya membersihkan Ka'bah dari berbagai patung berhala. Diketahui bahwa patung-patung berhala sebelumnya diletakkan oleh kaum Quraisy di bagian dalam maupun sekitar Ka'bah.
Selesai pembebasan Makkah, Rasulullah meminta Billal bin Rabbah untuk mengumandangkan adzan dari atas Ka'bah. Momentum tersebut juga digunakan oleh umat Islam untuk melakukan sholat secara berjamaah untuk pertama kalinya di sana. Sebaliknya, penduduk Makkah berkumpul di depan Ka'bah dengan menyesali perbuatan buruk mereka kepada Rasulullah.
Rasulullah pun mengampuni dan sama sekali tidak menghukum mereka. Mengetahui hal tersebut, penduduk Makkah berbondong-bondong masuk Islam. Mereka juga bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah.
Terkait peristiwa pembebasan Kota Makkah ini disebutkan dalam firman Allah SWT melalui Surat An-Nashr. Adapun bunyi dari surat tersebut adalah sebagai berikut:
اِذَا جَاۤءَ نَصْرُ اللّٰهِ وَالْفَتْحُۙ ١ وَرَاَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُوْنَ فِيْ دِيْنِ اللّٰهِ اَفْوَاجًاۙ ٢ فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُۗ اِنَّهٗ كَانَ تَوَّابًاࣖ
"Idzâ jâ'a nashrullâhi wal-fat-ḫ. Wa ra'aitan-nâsa yadkhulûna fî dînillâhi afwâjâ. Fa sabbiḫ biḫamdi rabbika wastaghfir-h, innahû kâna tawwâbâ."
Artinya: "Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah, bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Penerima taubat."
4.Kisah teladan tentang Puasa dari Abu Thalhah
Ada satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang bernama Abu Thalhah. Ia merupakan sosok yang sangat rajin menunaikan ibadah puasa. Melalui riwayat Anas bin Malik, diceritakan bahwa Abu Thalhah selalu berpuasa sepeninggalan Nabi Muhammad SAW selama 40 tahun.Dalam buku Ensiklopedia Sahabat Rasulullah yang ditulis oleh Wulan Mulya Pratiwi dkk, dijelaskan Abu Thalhah tidak menunaikan puasa hanya pada hari-hari yang diharamkan, seperti hari besar, atau saat ia sedang sakit. Selain rajin menunaikan puasa, Abu Thalha juga tak pernah meninggalkan salat malam dan selalu berjihad di jalan Allah.
Ia tak pernah lelah menegakkan ajaran Allah SWT dalam keseharian hidupnya, bahkan hingga sudah berusia lanjut yang renta. Anak-anaknya memperingatkan dengan menasihati Abu Thalhah perihal umurnya yang sudah renta, namun ia tetap bulat akan tekadnya untuk berjihad dan berlaut bersama pasukan pengembara Muslim lainnya.
Seorang anak dari Abu Thalhah berujar:
“Semoga Allah memberikanmu rahmat selalu, wahai ayah kami. Kau sekarang sudah amat tua. Sudah berjuang bersama Rasulullah, Abu Bakar, dan Umar. Mengapa kau tidak rehat saja dan biarkan kami melanjutkan jihadmu?”
Segera Abu Thalhah menimpali melalui firman Allah SWT dalam QS At-Taubah ayat 41:
ٱنفِرُوا۟ خِفَافًا وَثِقَالًا وَجَٰهِدُوا۟ بِأَمْوَٰلِكُمْ وَأَنفُسِكُمْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ