10 Contoh Kultum Ramadan Singkat 5-7 Menit: Cocok untuk Tarawih, Subuh, dan Buka Puasa

Senin, 03 Maret 2025 - 17:47 WIB
loading...
10 Contoh Kultum Ramadan...
Kultum Ramadan menjadi salah satu momen yang dinantikan selama bulan suci, baik sebelum Tarawih, setelah Subuh, maupun menjelang berbuka puasa. Foto ilustrasi/ist
A A A
Kultum Ramadan menjadi salah satu momen yang dinantikan selama bulan suci, baik sebelum Tarawih, setelah Subuh, maupun menjelang berbuka puasa.

Dengan durasi singkat antara 5-7 menit, kultum mampu memberikan pencerahan dan motivasi spiritual tanpa mengganggu jadwal ibadah lainnya. Mulai dari keutamaan puasa, keistimewaan sedekah, hingga pentingnya menjaga lisan, ada banyak tema menarik yang bisa dibahas.

Dibawah ini disajikan 10 contoh kultum singkat yang bisa dijadikan inspirasi untuk dibawakan Saat Tarawih , subuh maupun saat berbuka puasa.

Berikut 10 Contoh Kultum Singkat Ramadan:

1. Kultum 1 Nikmat Allah dan Pentingnya Bersyukur

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita kesempatan untuk kembali bertemu dengan bulan suci Ramadan, bulan penuh berkah, rahmat, dan ampunan. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.

Hadirin yang dirahmati Allah,
Salah satu surat dalam Al-Qur’an yang menekankan akan segala nikmat yang Allah berikan kepada seluruh makhluk ciptaan-Nya dan pentingnya bagi kita manusia untuk selalu bersyukur ialah surah An-Nahl, yang dikenal sebagai "Surah Lebah", menekankan berbagai nikmat Allah yang melimpah kepada manusia. Dalam konteks Ramadan, merenungkan ayat-ayat ini dapat memperdalam rasa syukur dan meningkatkan kualitas ibadah kita.

Allah SWT berfirman dalam Surah An-Nahl ayat 18 yang berbunyi:

وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَاۗ اِنَّ اللّٰهَ لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ


Artinya: Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menghitungnya.

Ayat ini mengingatkan kita bahwa nikmat Allah begitu banyak dan tak terhingga, mulai dari kesehatan, rezeki, hingga kesempatan untuk beribadah di bulan suci ini. Selama Ramadan, kita diajak untuk lebih peka terhadap nikmat-nikmat tersebut. Menahan diri dari makan dan minum sejak terbit fajar hingga terbenam matahari membuat kita merasakan bagaimana rasanya kekurangan, sehingga menumbuhkan empati dan rasa syukur atas apa yang kita miliki.

Rasa syukur ini seharusnya mendorong kita untuk meningkatkan kualitas ibadah, seperti memperbanyak salat sunnah, membaca Al-Qur'an, dan berzikir. Selain itu, bersyukur juga diwujudkan dengan berbagi kepada sesama melalui sedekah dan zakat, terutama kepada mereka yang kurang beruntung.

Dengan merenungi pesan Surah An-Nahl, kita diingatkan bahwa segala sesuatu yang kita miliki adalah karunia dari Allah. Oleh karena itu, mari manfaatkan momentum Ramadan ini untuk memperbanyak rasa syukur dan meningkatkan kualitas ibadah kita.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

2. Kultum 2 Pentingnya Menjunjung Tinggi Akhlak Mulia

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita kesempatan untuk kembali bertemu dengan bulan suci Ramadan, bulan penuh berkah, rahmat, dan ampunan. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Mu

Hadirin yang berbahagia,

Surah Al-Isra, yang juga dikenal sebagai Surah Bani Israil, mengandung banyak pelajaran berharga bagi umat Islam. Salah satu peristiwa penting yang diabadikan dalam surah ini adalah Isra' Mi'raj, perjalanan malam Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, kemudian naik ke Sidratul Muntaha. Peristiwa ini tidak hanya meneguhkan keimanan, tetapi juga membawa pesan penting tentang akhlak mulia yang harus dijunjung tinggi, terutama selama bulan Ramadan.

Dalam Surah Al-Isra ayat 23, Allah SWT berfirman:

وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا


Artinya: Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, serta ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.

Ayat ini menekankan pentingnya berbakti kepada orang tua sebagai bagian dari akhlak mulia. Selama Ramadan, momen kebersamaan dengan keluarga seringkali lebih intens, sehingga kesempatan untuk menunjukkan bakti dan kasih sayang kepada orang tua semakin terbuka lebar.

Selain itu, Surah Al-Isra juga menekankan pentingnya menjaga lisan. Dalam ayat 53, Allah SWT berfirman:

وَقُلْ لِّعِبَادِيْ يَقُوْلُوا الَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ الشَّيْطٰنَ يَنْزَغُ بَيْنَهُمْۗ اِنَّ الشَّيْطٰنَ كَانَ لِلْاِنْسَانِ عَدُوًّا مُّبِيْنًا


Artinya: Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka.

Menjaga ucapan agar tetap baik dan tidak menyinggung perasaan orang lain adalah bagian dari akhlak terpuji yang harus dijaga, terutama saat berpuasa. Puasa bukan hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi juga menahan diri dari perkataan dan perbuatan yang tidak baik.

Ramadan adalah waktu yang tepat untuk merenungkan kembali peristiwa Isra' Mi'raj dan mengambil hikmah darinya. Dengan meneladani akhlak mulia yang diajarkan dalam Surah Al-Isra, kita dapat meningkatkan kualitas ibadah dan hubungan sosial selama bulan suci ini.

Semoga kita semua dapat mengamalkan nilai-nilai akhlak yang diajarkan dalam Al-Qur'an dan menjadikan Ramadan sebagai momentum untuk memperbaiki diri menuju pribadi yang lebih baik.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

3. Kultum 3 Menjaga Keteguhan Iman

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita kesempatan untuk kembali bertemu dengan bulan suci Ramadan, bulan penuh berkah, rahmat, dan ampunan. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Mu

Hadirin yang dirahmati Allah SWT,

Menjaga keteguhan iman merupakan salah satu hal penting bagi kita umat islam. Dalam Al-Qur’an surah Al-Kahfi mengisahkan tentang Ashabul Kahfi, sekelompok pemuda beriman yang menghadapi tekanan dari penguasa zalim yang menyembah berhala. Untuk menjaga keimanan mereka, para pemuda ini memilih bersembunyi di sebuah gua, di mana Allah SWT menidurkan mereka selama 309 tahun.

Kisah ini menekankan pentingnya keteguhan iman, terutama saat menghadapi cobaan. Selama bulan Ramadan, umat Muslim diajak untuk meneladani keteguhan iman Ashabul Kahfi dengan meningkatkan kualitas ibadah dan menjaga diri dari perbuatan yang dapat merusak pahala puasa.

Sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S Al-Kahf ayat 18 yang berbunyi:

وَتَحْسَبُهُمْ اَيْقَاظًا وَّهُمْ رُقُوْدٌۖ وَّنُقَلِّبُهُمْ ذَاتَ الْيَمِيْنِ وَذَاتَ الشِّمَالِۖ وَكَلْبُهُمْ بَاسِطٌ ذِرَاعَيْهِ بِالْوَصِيْدِۗ لَوِ اطَّلَعْتَ عَلَيْهِمْ لَوَلَّيْتَ مِنْهُمْ فِرَارًا وَّلَمُلِئْتَ مِنْهُمْ رُعْبًا


Artinya: Dan kamu mengira mereka itu bangun, padahal mereka tidur; dan Kami bolak-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka menjulurkan kedua lengannya di muka gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka, tentulah kamu akan berpaling melarikan diri dari mereka, dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi oleh ketakutan terhadap mereka.

Ayat ini menggambarkan kondisi para pemuda Ashabul Kahfi saat berada di dalam gua. Meskipun mereka tertidur lelap, penampilan mereka seolah-olah terjaga, sehingga siapa pun yang melihatnya akan merasa takut. Allah membolak-balikkan tubuh mereka ke kanan dan ke kiri untuk menjaga kondisi fisik mereka selama tidur panjang tersebut.

Selain itu, kisah Ashabul Kahfi juga mengajarkan bahwa Allah SWT selalu melindungi hamba-Nya yang beriman dan bertawakal kepada-Nya. Hal ini memberikan motivasi bagi umat Muslim untuk tetap teguh dalam keimanan dan selalu mengandalkan pertolongan Allah dalam setiap situasi.

Dengan merenungi kisah Ashabul Kahfi, kita diingatkan untuk selalu menjaga keteguhan iman dan meningkatkan kualitas ibadah, terutama selama bulan suci Ramadan.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

4. Kultum 4 Ciri-Ciri orang Mu’min

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bismillahirrahmanirrahim.

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.

Hadirin yang dirahmati Allah, setiap muslim tentu ingin menjadi seorang mukmin sejati, yaitu orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Namun, bagaimana sebenarnya ciri-ciri orang mukmin yang Allah ridhai? Dalam Surah Al-Mu’minun ayat 1-11, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan sifat-sifat utama yang harus dimiliki oleh seorang mukmin agar memperoleh keberuntungan, baik di dunia maupun di akhirat.

Di bulan suci Ramadan ini, mari kita jadikan momentum untuk merenungi dan mengamalkan ciri-ciri orang mukmin sebagaimana yang Allah sebutkan dalam Al-Qur'an Surah Al Mu’minun:

Khusyuk dalam Salat
Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang yang khusyuk dalam salatnya. (QS. Al-Mu'minun: 1-2)
Khusyuk berarti menghadirkan hati dan pikiran sepenuhnya saat salat, merasakan kehadiran Allah, serta memahami bacaan dan gerakan salat. Dalam tafsir Al-Maraghi, khusyuk diartikan sebagai sikap menghinakan dan merendahkan diri kepada Allah, serta takut pada azab-Nya.

Menjauhkan Diri dari Perbuatan dan Perkataan yang Tidak Berguna
Dan orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna. (QS. Al-Mu'minun: 3)
Orang mukmin sejati menghindari hal-hal yang tidak bermanfaat, seperti gosip, perdebatan tanpa tujuan, dan aktivitas yang menyia-nyiakan waktu. Mereka fokus pada hal-hal yang mendekatkan diri kepada Allah dan meningkatkan kualitas diri.
Menunaikan Zakat

Dan orang yang menunaikan zakat. (QS. Al-Mu'minun: 4)
Zakat adalah kewajiban bagi setiap muslim yang mampu, sebagai bentuk kepedulian sosial dan pembersihan harta. Menunaikan zakat menunjukkan ketaatan kepada Allah dan kepedulian terhadap sesama.
Menjaga Kemaluan

Dan orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. (QS. Al-Mu'minun: 5-7)

Menjaga kemaluan berarti menjaga kesucian diri dengan menghindari perbuatan zina dan menjaga kehormatan. Hubungan intim hanya dibenarkan dalam ikatan pernikahan yang sah. Melampaui batas dalam konteks ini berarti melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah.

Memelihara Amanat dan Janji
Dan (sungguh beruntung) orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya. (QS. Al-Mu'minun: 8)
Orang mukmin menjaga amanat yang dipercayakan kepadanya, baik berupa harta, tanggung jawab, maupun rahasia. Mereka juga menepati janji yang telah dibuat, menunjukkan integritas dan kejujuran.

Memelihara Salat
Serta orang yang memelihara salatnya. (QS. Al-Mu'minun: 9)
Selain khusyuk, memelihara salat berarti melaksanakan salat tepat waktu, sesuai dengan rukun dan syaratnya, serta menjadikannya sebagai prioritas utama dalam kehidupan sehari-hari.
Allah menjanjikan balasan yang agung bagi mereka yang memiliki sifat-sifat tersebut: Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya. (QS. Al-Mu'minun: 10-11)

Surga Firdaus adalah tempat tertinggi di surga, yang disediakan bagi hamba-hamba-Nya yang beriman dan beramal saleh. Dalam tafsir Al-Mukhtashar, disebutkan bahwa orang-orang yang beriman kepada Allah dan mengamalkan ajaran syariat-Nya telah beruntung dengan meraih balasan yang mereka cita-citakan, dan selamat dari perkara yang mereka takuti.

Bulan Ramadan adalah momentum yang tepat untuk merefleksikan dan mengamalkan sifat-sifat mulia ini. Dengan meningkatkan kualitas salat, menjaga lisan dan perbuatan, menunaikan zakat, menjaga kesucian diri, serta memegang teguh amanat dan janji, kita berharap termasuk dalam golongan orang-orang mukmin yang beruntung dan mendapatkan rahmat Allah di dunia dan akhirat.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


5. Kultum 5 Kebenaran dan Kebatilan

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita kesempatan untuk kembali bertemu dengan bulan suci Ramadan, bulan penuh berkah, rahmat, dan ampunan. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Mu

Hadirin yang dirahmati Allah SWT,
Surah Al-Furqan, yang berarti Pembeda, memiliki peran penting dalam membedakan antara kebenaran dan kebatilan. Dalam konteks bulan suci Ramadan, refleksi terhadap pesan-pesan dalam surah ini dapat memperkuat pemahaman dan pengamalan kita terhadap ajaran Islam yang murni.

Allah SWT menurunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi umat manusia, yang di dalamnya terdapat penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan sebagai pembeda antara yang benar dan yang batil. Sebagaimana firman-Nya dalam Surah Al-Baqarah ayat 185:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيٓ أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٍ مِّنَ ٱلْهُدَىٰ وَٱلْفُرْقَانِۚ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ ٱلشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُۖ وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍۢ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَۗ يُرِيدُ ٱللَّهُ بِكُمُ ٱلْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ ٱلْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا۟ ٱلْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا۟ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ


Artinya: Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Maka barangsiapa di antara kamu menyaksikan (bulan itu), maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.

Dalam tafsirnya, Imam al-Qurtubi menjelaskan bahwa Al-Furqan berarti sesuatu yang membedakan antara kebenaran dan kebatilan, iman dan kekufuran, serta petunjuk dan kesesatan. Dengan demikian, Al-Qur'an berfungsi sebagai pedoman yang jelas bagi umat manusia untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
Dalam bulan Ramadan, ketika umat Islam berusaha meningkatkan ketakwaan dan kedekatan mereka kepada Allah, memahami peran Al-Qur'an sebagai Al-Furqan menjadi sangat penting. Al-Qur'an tidak hanya memberikan petunjuk spiritual tetapi juga membimbing dalam aspek moral dan etika, membantu kita membedakan antara perbuatan yang diridhai dan yang dilarang oleh Allah.

Sebagai contoh, dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan pada pilihan antara perbuatan baik dan buruk. Dengan menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman, kita dapat lebih mudah menentukan langkah yang sesuai dengan ajaran Islam. Selain itu, momen Ramadan ini juga dapat dimanfaatkan untuk lebih mendalami makna dan tafsir Al-Qur'an, sehingga pemahaman kita tentang kebenaran dan kebatilan semakin kuat.

Melalui Surah Al-Furqan kita diajarkan tentang pentingnya memiliki pedoman yang jelas dalam membedakan kebenaran dan kebatilan. Dengan menjadikan Al-Qur'an sebagai Al-Furqan dalam kehidupan kita, terutama selama bulan suci Ramadan, kita dapat meningkatkan kualitas ibadah dan perilaku, serta mencapai derajat takwa yang lebih tinggi.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

6. Kultum 6 Kewajiban Membayar Hutang Puasa Ramadan

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita kesempatan untuk kembali bertemu dengan bulan suci Ramadan, bulan penuh berkah, rahmat, dan ampunan. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Mu

Hadirin yang berbahagia,
Sebagaimana tertulis dalam Al-Qur’an dan firman Allah bahwa puasa Ramadan adalah wajib bagi mereka yang beriman. Namun, bagaimana jika kita mengalami suatu kondisi tertentu yang mengakibatkan kita tidak bisa menunaikan kewajiban kita sebagai umat muslim yang beriman dan bertakwa? Dalam hal ini kita diwajibkan membayar atau mengganti puasa Ramadan yang tidak kita laksanakan setelah bulan Ramadan Selesai. Sebagaimana dalam surah Al-Baqarah ayat 184 memberikan ketentuan mengenai keringanan (rukhshah) bagi umat Islam yang tidak dapat melaksanakan puasa Ramadan karena kondisi tertentu, seperti sakit atau dalam perjalanan. Ayat ini menegaskan bahwa Islam adalah agama yang memudahkan umatnya dalam beribadah, tanpa memberatkan mereka yang berada dalam situasi sulit.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ


Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.

Ayat ini menekankan kewajiban berpuasa bagi umat Islam, serupa dengan kewajiban yang diberikan kepada umat-umat sebelumnya, dengan tujuan meningkatkan ketakwaan. Puasa bukan hanya menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan meningkatkan kualitas spiritual.

Islam memberikan keringanan bagi mereka yang tidak mampu melaksanakan puasa karena alasan kesehatan atau sedang dalam perjalanan. Mereka diperbolehkan untuk tidak berpuasa selama kondisi tersebut, dengan kewajiban menggantinya di hari lain sebanyak hari yang ditinggalkan. Hal ini menunjukkan fleksibilitas dan kemudahan dalam ajaran Islam, sesuai dengan firman Allah dalam Surah Al-Baqarah ayat 185:

يُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَۖ[arabClose

Artinya: Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.

Surah Al-Baqarah ayat 184 menegaskan kewajiban puasa bagi umat Islam dengan tujuan mencapai ketakwaan. Namun, bagi mereka yang mengalami kondisi tertentu seperti sakit atau dalam perjalanan, Islam memberikan keringanan untuk tidak berpuasa dan menggantinya di hari lain sebagaimana tercantum dalam surah Al Baqarah ayat 185. Hal ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang penuh kasih sayang dan tidak memberatkan umatnya dalam menjalankan ibadah.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

7. Kultum 7 Menyayangi Anak Yatim dan Selalu Bersyukur

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bismillahirrahmanirrahim.

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.

Hadirin yang dirahmati Allah, Surah Ad-Dhuha, surah ke-93 dalam Al-Qur'an, terdiri dari 11 ayat yang diturunkan di Makkah. Surah ini memberikan penghiburan kepada Nabi Muhammad SAW serta mengajarkan umat Islam untuk memperhatikan kaum dhuafa, termasuk anak yatim, dan untuk selalu bersyukur atas nikmat Allah.

Dalam ayat 9 hingga 11 dari Surah Ad-Dhuha yang berbunyi:

فَأَمَّا ٱلۡيَتِيمَ فَلَا تَقۡهَرۡ ٩ وَأَمَّا ٱلسَّآئِلَ فَلَا تَنۡهَرۡ ١٠ وَأَمَّا بِنِعۡمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثۡ


Artinya: Maka terhadap anak yatim janganlah kamu berlaku sewenang-wenang. Dan terhadap orang yang meminta-minta, janganlah kamu menghardiknya. Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur). Maka dari ayat tersebut ada beberapa poin penting yang harus kita perhatikan

Larangan Berlaku Sewenang-wenang terhadap Anak Yatim (Ayat 9): Allah SWT melarang umat-Nya untuk berlaku sewenang-wenang terhadap anak yatim. Ini berarti kita harus memperlakukan mereka dengan baik, tidak mengambil hak-hak mereka, dan memberikan perlindungan serta kasih sayang yang mereka butuhkan. Sebagaimana dijelaskan dalam Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah, kita harus memuliakan anak yatim dan memperlakukan mereka sebagaimana kita ingin anak kita diperlakukan jika kita tiada.

Larangan Menghardik Peminta-minta (Ayat 10): Ayat ini mengajarkan kita untuk tidak menghardik atau mengabaikan orang yang meminta-minta. Sebaliknya, kita dianjurkan untuk membantu mereka sesuai kemampuan kita atau setidaknya menolak dengan cara yang baik tanpa menyakiti perasaan mereka. Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah menekankan pentingnya memberikan makan dan memenuhi hajat mereka tanpa menghardik.

Perintah Mensyukuri Nikmat Allah (Ayat 11): Allah SWT memerintahkan kita untuk selalu menyebut-nyebut nikmat yang telah diberikan-Nya sebagai bentuk syukur. Ini dapat diwujudkan dengan menceritakan nikmat tersebut kepada orang lain atau dengan menggunakan nikmat tersebut untuk kebaikan. Tafsir dari NU Online menjelaskan bahwa menampakkan nikmat kepada orang lain merupakan bentuk syukur terhadap Allah.

Pada bulan Ramadan, ketika umat Islam meningkatkan ibadah dan kepedulian sosial, pesan-pesan dalam Surah Ad-Dhuha menjadi sangat relevan. Kita diajak untuk lebih peka terhadap kebutuhan anak yatim dan fakir miskin, serta selalu bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Allah SWT. Dengan mengamalkan ajaran-ajaran ini, kita dapat meningkatkan kualitas ibadah dan mempererat tali silaturahmi dalam masyarakat.

Demikianlah kultum singkat mengenai Surah Ad-Dhuha yang mengajarkan kita untuk tidak berlaku sewenang-wenang terhadap anak yatim, tidak menghardik orang yang meminta-minta, dan selalu bersyukur atas nikmat Allah SWT. Semoga kita dapat mengamalkan nilai-nilai mulia ini, terutama di bulan suci Ramadan.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

8. Kultum 8 Memohon Ampun kepada Allah SWT atas segala Dosa dan Perbuatan

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bismillahirrahmanirrahim.

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.

Hadirin yang dirahmati Allah, Surah Al-A'raf ayat 23 mengajarkan kita tentang pentingnya memohon ampun kepada Allah SWT atas segala dosa yang telah kita perbuat. Dalam konteks bulan Ramadan, momen ini menjadi waktu yang tepat untuk introspeksi dan meningkatkan kualitas ibadah kita.

Bulan Ramadan adalah bulan yang penuh berkah, di mana setiap umat Muslim dianjurkan untuk meningkatkan ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Salah satu amalan yang sangat dianjurkan adalah memperbanyak istighfar atau memohon ampun atas segala dosa yang telah kita lakukan. Dalam Al-Qur'an, terdapat banyak ayat yang mengajarkan kita tentang pentingnya taubat dan istighfar, salah satunya adalah Surah Al-A'raf ayat 23.

Surah Al-A'raf ayat 23 berbunyi:

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ


Artinya: Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.

Ayat ini menceritakan tentang pengakuan Nabi Adam AS dan Hawa setelah mereka melakukan kesalahan dengan memakan buah yang dilarang oleh Allah SWT. Mereka menyadari kesalahan tersebut dan segera memohon ampunan serta rahmat-Nya. Ini menunjukkan sikap rendah hati dan penyesalan yang mendalam atas dosa yang telah diperbuat.

Dalam tafsir yang disampaikan oleh Ibn Kathir, disebutkan bahwa doa ini adalah kata-kata yang diterima Adam dari Tuhannya. Hal ini menekankan bahwa memohon ampunan adalah langkah pertama menuju perbaikan diri dan mendapatkan rahmat Allah SWT.

Selama bulan Ramadan, pintu-pintu ampunan Allah SWT terbuka lebar. Rasulullah SAW bersabda bahwa siapa yang berpuasa dengan iman dan mengharap pahala, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Oleh karena itu, kita harus memanfaatkan kesempatan ini untuk memperbanyak istighfar dan taubat.

Marilah kita jadikan bulan Ramadan ini sebagai momentum untuk membersihkan diri dari segala dosa dengan memperbanyak istighfar dan memohon ampunan kepada Allah SWT. Semoga kita termasuk hamba-hamba-Nya yang mendapatkan rahmat dan ampunan, serta dijauhkan dari kerugian di dunia dan akhirat.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

9. Kultum 9 Keutamaan Bersabar di Bulan Suci Ramadan

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah mempertemukan kita kembali dengan bulan suci Ramadan, bulan penuh berkah dan ampunan. Pada kesempatan kali ini, marilah kita merenungkan makna kesabaran dalam menjalankan ibadah puasa, sebagaimana yang tercantum dalam firman Allah SWT dalam Surah Az-Zumar ayat 10:

قُلْ يٰعِبَادِ الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوْا رَبَّكُمْۗ لِلَّذِيْنَ اَحْسَنُوْا فِيْ هٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌۗ وَاَرْضُ اللّٰهِ وَاسِعَةٌۗ اِنَّمَا يُوَفَّى الصّٰبِرُوْنَ اَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ


Artinya: Katakanlah Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.

Ayat ini mengandung pesan penting bagi kita, terutama dalam konteks menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan. Allah SWT memerintahkan hamba-hamba-Nya yang beriman untuk bertakwa, yaitu menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dalam menjalankan perintah tersebut, terutama ibadah puasa, diperlukan kesabaran yang tinggi.

Kesabaran dalam berpuasa tidak hanya menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga menahan diri dari perbuatan dan ucapan yang dapat mengurangi pahala puasa. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda: Puasa adalah perisai. Maka apabila salah seorang di antara kalian berpuasa, janganlah berkata kotor dan jangan berteriak-teriak. Jika seseorang mencacinya atau mengajaknya berkelahi, hendaklah ia berkata Sesungguhnya aku sedang berpuasa.

Dalam ayat tersebut, Allah SWT juga menjanjikan bahwa orang-orang yang bersabar akan mendapatkan pahala tanpa batas. Ini menunjukkan betapa besar nilai kesabaran di sisi Allah SWT, terutama dalam menjalankan ibadah puasa. Sebagaimana dijelaskan dalam tafsir, kesabaran mencakup tiga hal: sabar dalam ketaatan kepada Allah, sabar dalam menjauhi maksiat, dan sabar dalam menghadapi cobaan.

Oleh karena itu, marilah kita tingkatkan kesabaran kita dalam menjalankan ibadah puasa ini, dengan menahan diri dari segala hal yang dapat mengurangi pahala puasa, serta tetap istiqomah dalam ketaatan kepada Allah SWT. Semoga dengan kesabaran ini, kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang mendapatkan pahala tanpa batas dari Allah SWT.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

10. Kultum 10 Menjaga Makanan yang Dikonsumsi selama Ramadan

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Alhamdulillah, kita kembali dipertemukan dengan bulan suci Ramadan, bulan penuh berkah dan rahmat. Pada kesempatan kali ini, mari kita merenungkan firman Allah SWT dalam Surah Al-Ma’idah ayat 10, yang berbunyi:

وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ


Artinya: Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu adalah penghuni neraka.

Ayat ini menegaskan ancaman bagi mereka yang ingkar dan mendustakan ayat-ayat Allah. Dalam konteks Surah Al-Ma’idah, Allah SWT memberikan perintah dan larangan yang harus dipatuhi oleh orang-orang beriman, termasuk mengenai makanan halal dan haram. Pada ayat sebelumnya, Allah berfirman:

يَسْأَلُونَكَ مَاذَا أُحِلَّ لَهُمْ ۖ قُلْ أُحِلَّ لَكُمُ الطَّيِّبَاتُ...


Artinya: Mereka bertanya kepadamu (Muhammad), Apakah yang dihalalkan bagi mereka? Katakanlah, Dihalalkan bagimu (makanan) yang baik-baik...

Dalam ayat ini, Allah menjelaskan bahwa makanan yang baik dan halal diperbolehkan bagi umat Islam. Hal ini mencakup hewan ternak seperti unta, sapi, dan kambing, kecuali yang telah diharamkan seperti bangkai dan darah.

Selama bulan Ramadan, menjaga konsumsi makanan halal menjadi sangat penting. Selain sebagai bentuk ketaatan kepada Allah, mengonsumsi makanan halal juga mempengaruhi kualitas ibadah kita. Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik.

Oleh karena itu, marilah kita selalu memastikan bahwa makanan yang kita konsumsi selama Ramadan adalah halal dan baik. Dengan demikian, kita dapat menjalankan ibadah puasa dengan lebih khusyuk dan mendapatkan ridha Allah SWT.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Dengan membahas berbagai tema, seperti keutamaan puasa, kesabaran, kebaikan dan kebatilan, serta ibadah dan akhlak dalam Islam, kultum dapat menjadi pengingat bagi umat Muslim untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Semoga 10 contoh kultum Ramadan singkat yang telah disajikan dapat menjadi inspirasi bagi para dai, guru, maupun masyarakat umum dalam menyampaikan pesan kebaikan. Mari kita manfaatkan bulan penuh berkah ini untuk meningkatkan ibadah, memperbaiki diri, dan memperbanyak amal kebaikan. M/G Alya Ramadhanty Vardiansyah

Baca juga: Salat Tarawih 11 atau 23 Rakaat, Semuanya Baik dan Sah
(wid)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Copyright © 2025 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3173 seconds (0.1#10.24)