5 Contoh Khotbah Idulfitri 2025, Bisa jadi Referensi dan Sumber Ilmu
loading...

Pada Hari Raya Idulfitri ada salat sunnah yang hanya dilakukan setahun sekali, dalam salat tersebut akan ada khotbah yang harus didengarkan karena mengandung banyak pelajaran. Foto ilustrasi/ist
A
A
A
Lima contoh khotbah Idulfitri 2025 ini dapat dijadikan referensi atau sumber tambahan ilmu bagi setiap muslim. Hari Raya Idulfitri merupakan salah satu hari paling istimewa bagi setiap umat Islam.
Seorang muslim yang telah berpuasa satu bulan lamanya akan menyambut hari kemenangan di tanggal 1 Syawal . Pada hari itu juga setiap umat Islam yang ibadah puasanya diterima akan seperti bayi yang terlahir kembali atau bebas dari dosa.
Pada Hari Raya Idulfitri juga nantinya ada shalat sunnah yang hanya dilakukan setahun sekali. Dalam salat tersebut akan ada khutbah yang harus didengarkan karena mengandung banyak pelajaran.
Setelah kita berjuang menahan haus dan lapar. Setelah kita berjihad melawan godaan nafsu dan syahwat. Akhirnya sampai di hari lebaran. Hari ketika diharamkan berpuasa dan diharuskan menikmati makanan.
Hikmah pertama, puasa Ramadhan adalah bentuk kasih sayang Allah untuk umat Rasulullah agar dapat melipatgandakan pahala ibadah dan meraih bermacam-macam kebaikan. Sebagaimana diketahui, usia rata-rata umat Rasulullah itu hanya 60 tahunan.
Puasa memberi pelajaran bahwa Allah kuasa mengunggulkan suatu perkara di antara perkara-perkara yang lain. Dan bulan Ramadhan pun diunggulkan di antara bulan-bulan yang lain.
Kedua, pelajaran penting lainnya dari Ramadan adalah melahirkan hubungan dan rahasia antara seorang hamba dengan Tuhannya. Tidak ada hamba yang dapat melihat hakikat hubungan dan rahasia itu kecuali Allah.
Ketiga, pelajaran Ramadan adalah menyadarkan bahwa kewajiban berpuasa dengan menahan segala sesuatu yang sebelumnya halal seperti makan dan minum, hanya pada bulan Ramadan. Namun, puasa dari perkara yang haram itu sepanjang bulan bahkan seumur hidup. Jika selama puasa kita diperintah menahan diri dari perkara yang halal, maka apalagi perkara yang haram.
Keempat, puasa memberi pelajaran bagi kita untuk menyantuni kaum papa dan dhuafa. Selama puasa kita menahan lapar dan belajar merasakan bagaimana laparnya orang-orang lemah. Sehingga di akhir Ramadan, kita diwajibkan mengeluarkan zakat fitrah, infaq dan sedekah. Di antaranya untuk menunjukkan kasih sayang dan kepedulian kita kepada mereka.
Itulah sebagian pelajaran Ramadan untuk kita cermati bersama. Insyaallah, masih banyak pelajaran lain yang dapat kita renungkan dan kita maknai. Sekali lagi, kita jangan sampai melewatkan dan meninggalkan Ramadhan tanpa kesan. Harus ada nilai yang membekas dan pelajaran berarti bagi kita sebagai hasil gemblengan dan didikan Ramadhan.
Ramadan seharusnya bukan hanya membentuk pribadi kita menjadi saleh secara invidual, tapi juga Ramadan seyogianya menjadi perantara bagi kita agar menjadi orang yang saleh secara sosial.
Saleh secara individual berarti kita meningkatkan ibadah sunah kita sebagaimana kita bersemangat melaksanakannya di bulan Ramadan. Sementara saleh secara sosial itu berarti kita menjadi pribadi yang baik di tengah masyarakat, peduli terhadap sesama, tidak membenci kepada sesama Muslim sekalipun berbeda suku, agama, atau hanya sekedar berbeda organisasi, dan partai politik
Sayyid Alwi Al-Maliki dalam bukunya yang berjudul Qul Hādzihī Sabīlī menyampaikan bahwa malapetaka yang sangat besar di tengah masyarakat adalah iri, dengki, dan benci.
Menurut Sayyid Alwi Al-Maliki, sifat-sifat buruk tersebut membuat orang menjadi keras hati dan sulit untuk menerima kebaikan dari orang lain. Hal ini tentu akan menyebabkan permusuhan dan kebencian di tengah-tengah masyarakat. Bila sifat-sifat ini tidak kita hindari, yang ada justru kita akan merasa lebih baik dan merendahkan yang lain.
Padahal Allah swt sudah mengingatkan kita dalam firman-Nya:
"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah laki-laki di antara kalian mengolok-olok laki-laki yang lain. Sebab, boleh jadi mereka yang diolok-olok itu lebih baik di sisi Allah daripada mereka yang mengolok-olok. Dan jangan pula wanita-wanita Mukmin mengolok-olok wanita-wanita Mukmin yang lain. Karena, boleh jadi mereka yang diolok-olok lebih baik di sisi Allah dari mereka yang mengolok-olok. (QS Al-Hujurat: 11).
Ma‘asyiral Muslimin Jamaah Shalat Idul Fitri yang berbahagia Menurut Syekh Thahir bin Asyur dalam kitab At-Tahrir wat Tanwir, ayat ini turun di antaranya disebabkan oleh sebagian istri-istri Nabi mencemooh Shafiyyah binti Huyay bin Akhtab. Shafiyyah merupakan perempuan Yahudi yang masuk Islam dan dipersunting Rasulullah saw.
Sekalipun sudah masuk Islam, agama lama Shafiyyah masih dikait-kaitkan dan dihina. Dalam konteks ini, Al-Quran mengingatkan para istri-istri Nabi yang lain untuk tidak merasa paling baik dan saleh sendiri, sehingga merendahkan yang lain hanya karena menyangkutpautkan dengan agama lain seseorang.
Dari sini kita dapat belajar bahwa tercapainya persaudaraan sesama Muslim dan bahkan sesama warga negara Indonesia sekalipun berbeda agama itu dengan cara harus saling menghormati, interaksi dengan akhlak yang baik, dan tidak membeda-bedakan seseorang berdasarkan agamanya. Terlebih lagi, membenci terhadap sesama manusia itu akan menyebabkan hati kita keras dan sulit menerima kebaikan.
Di pagi ini, kita merasakan getaran sukacita yang mengalir dari hati ke hati. Suara takbir yang menghiasi langit, menggema dalam jiwa yang bersukacita, memenuhi ruang dengan rasa syukur dan kegembiraan.
Pada bulan Ramadan, kita telah berjuang menguatkan kesalehan vertikal kita kepada Allah SWT dengan memperbanyak ibadah kepada-Nya. Puasa, shalat tarawih, tilawah Al-Qur'an, dan berbagai amalan ibadah lainnya telah menjadi bagian dari rutinitas harian kita. Melalui ketaatan ini, kita berupaya mendekatkan diri kepada Sang Khalik, menguatkan iman, serta memperbaiki hubungan kita dengan-Nya untuk menjadi orang yang bertakwa.
Namun perlu kita sadari, Jamaah Salat Idulfitri Rahimakumullah, Ibadah dalam Islam tidak hanya berdimensi vertikal, yaitu hubungan antara manusia dengan Allah. Namun, ada juga yang berdimensi horizontal, yaitu hubungan antara manusia dengan sesamanya. Ramadan telah memberikan kita pelajaran penting akan pentingnya kesalehan horizontal ini.
Ramadan mengajarkan kita untuk senantiasa memperhatikan sesama, membantu mereka yang membutuhkan, dan menjadi lebih baik dalam pergaulan sosial. Kebersamaan dalam berbagi makanan berbuka, sedekah, zakat, dan kepedulian terhadap sesama misalnya, menjadi bagian dari nilai-nilai mulia yang telah kita tanamkan.
Idulfitri merupakan momen penting untuk memperbaiki hubungan sesama manusia. Inilah waktu yang tepat untuk saling memaafkan dan meminta maaf. Saling memaafkan adalah tanda kebesaran hati, sedangkan meminta maaf adalah tanda ketulusan dan kesungguhan untuk memperbaiki hubungan.
Pada momentum Idulfitri ini, mari kuatkan diri untuk menjadi orang yang senantiasa mengedepankan akhlakul karimah dalam pergaulan dan memberi manfaat pada orang lain.
Ma’asyiral muslimin wal muslimat, jama’ah salat Idulfitri yang dimuliakan Allah Hal yang sangat penting dalam pergaulan sesama manusia adalah dengan selalu bersikap baik kepada orang tua. Tak terasa, waktu telah berlalu begitu cepat. Orang tua kita yang dahulu kuat mengasuh kita, kini telah memasuki usia senja. Mereka yang penuh kasih sayang telah mengasuh dan membimbing kita sejak kita masih kecil, kini butuh sentuhan kasih kita di saat-saat mereka sudah semakin menua.
Ingatlah, orang tua adalah anugerah terbesar yang diberikan Allah SWT kepada kita. Mereka adalah jimat dan pilar kehidupan kita yang dengan penuh pengorbanan telah menjadi pahlawan kehidupan kita. Merekalah yang telah membahagiakan kita dan bisa menjadikan kita sukses dalam kehidupan.
Ma’asyiral muslimin wal muslimat, jama’ah salat Idulfitri yang dimuliakan Allah Di penghujung khutbah ini, khatib kembali mengingatkan, marilah kita jadikan Idulfitri kali ini sebagai momentum untuk menguatkan kesalehan vertikal dan horisontal kita dengan melanjutkan tren semangat beribadah kepada Allah dan berbuat baik kepada sesama khususnya kepada orang tua kita.
Begitu indah ibadah Ramadan. Kita serasa akrab dengan amal saleh, jauh dari dosa. Kita tersadar setelah tadinya lalai, bangun setelah tadinya terlelap, dan seakan kita hadir setelah tadinya menghilang. Salat malam kita, shadaqah kita, tadarus Al-Qur’an kita, semangat kita memakmurkan masjid serta upaya upaya kita mengasihi sesama. Ramadan benar benar kita jadikan sebagai bulan menuju takwa.
Jangan sampai menimpa kita, perumpamaan orang yang menata bata demi bata hingga berwujud bangunan yang indah dan megah, namun tiba tiba dia sendiri yang merobohkannya.
Nasihat kedua, adalah agar kita mengiringi perbuatan salah dengan amal saleh, dengan kebaikan. Sebagaimana kita tahu, manusia memiliki potensi salah dan lupa. Tetapi Apabila terlanjur berbuat salah, maka terus bertaubat.
Pesan yang ketiga, adalah senantiasa berakhlak yang mulia dalam menjalani kehidupan di tengah-tengah masyarakat. Dalam ajaran Islam keimanan dan ketakwaan haruslah membuahkan akhlak yang mulia.
Dalam suasana kehidupan yang dilanda krisis moral maka sangat penting dan menentukanya ajaran tentang pencerahan akhlak mulia ini, dalam perkataan, sikap, dan perbutan utama. Islam dengan tegas mengajarkan nilai-nilai amanah, adil, ihsan, kasih sayang, dan akhlak mulia lainnya.
Di era kehidupan yang terbuka seperti sekarang ini, yang salah satunya ditandai peran media sosial secara masif, maka iman dan akhlak mulia benteng kita. Media sosial selain bermanfaat sebagai media interaksi yang cepat dan mudah, pada saat yang sama menjadikan penggunanya seolah bebas komentar apa saja. Sering kita temui ujaran perseteruan, kebencian, permusuhan, saling hujat, dan hoaks menjadi hal biasa di media daring tersebut. Tanpa dilandasi akhlak mulia, Medsos bisa mengakibatkan hubungan sosial jadi lebih keras sehingga hilang keadaban, hilang pula rasa damai dan ketenteraman.
Idulfitri harus kita jadikan sebagai momentum untuk menghidupkan kembali nilai nilai utama kehidupan, nilai nilai akhlak mulia. Menghidupkan kembali kasih sayang, saling menghormati sesama dan menjaga persatuan. Dengan senantiasa menerapkan akhlak mulia dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat dan berbangsa maka sesungguhnya kita telah menampilkan cara berislam yang mencerahkan dan memajukan. Bahwa akhlak mulia adalah citra diri setiap muslim, karena sesungguhnya akhlak mulia tidak bisa dipisahkan dengan keimanan dan ketaqwaan.
Marilah kita memohon kepada Allah semoga kita senantiasa diberi hidayah, sehingga di dalam menghadapi hidup yang semakin sulit ini kita tetap menjalani dengan benar. Kita berdoa Semoga Allah menerima seluruh amal kita dan mengampuni dosa dosa kita. Kita berdoa agar saudara saudara kita di Palestina dan berbagai belahan dunia yang kondisinya tidak menyenangkan, diberi keringanan dan pertolongan Allah.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an: “Bersegeralah menuju ampunan dari Tuhanmu dan surga (yang) luasnya (seperti) langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.” (Surat Ali Imran ayat 133).
“(Yaitu) orang-orang yang selalu berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang mengendalikan kemurkaannya, dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (Surat Ali Imran ayat 134).
Dari ayat ini kita diingatkan cara untuk menyucikan jiwa. Langkah pertama untuk meraihnya adalah berdasarkan ayat Al-Imran 133. Kita diperintahkan untuk bersegera meraih ampunan dan surga-Nya. Seraya menyadari bahwa kuasa Allah begitu luas bagi kita. Seluas surga yang Ia sediakan bagi orang-orang yang bertakwa.
Bentuk ikhtiar meraih ampunan-Nya, telah kita lakukan selama satu bulan penuh. Berpuasa menjalankan perintah Allah dengan hati yang kukuh. Iman dan takwa juga terus kita semai untuk memastikan ibadah kita senantiasa utuh.
Kita harus yakin bahwa berbagi tidaklah sama sekali akan mengurangi harta kita. Sebaliknya, dengan berbagi maka hakikatnya Allah sedang menambah apa yang kita punya. Zakat fitrah yang kita keluarkan di bulan puasa dan zakat mal untuk menyucikan jiwa kita, adalah wujud kesadaran jiwa, bahwa semua yang kita punya adalah milik Allah swt dan akan kembali kepada-Nya.
Saat puasa, kita diwajibkan mengendalikan nafsu amarah yang sering kita lakukan. Kemudian di Hari Idul Fitri, kita diperintahkan untuk saling memaafkan. Mari semua itu kita lakukan dengan tulus tanpa kepalsuan. Perkuat silaturahmi untuk mengikat hati kita sesama penuh kedamaian.
Terutama meminta maaf kepada kedua orang tua kita, yang telah melahirkan kita ke dunia. Beruntunglah yang masih memiliki kedua orang tua. Mereka adalah jimat yang harus terus kita jaga. Merekalah yang telah berjasa dalam kehidupan kita dan menghantarkan kita meraih kesuksesan kehidupan di dunia.
Dalam kitab Tafsir Marah Labid Jilid I, halaman 522, Syekh Nawawi Banten menjelaskan bahwa anak harus menghormati dan berbakti kepada orang tua.
Beliau mengingatkan bahwa orang tua telah memberikan kasih sayang dan berkorban tanpa batas dalam mendidik serta membesarkan anak-anak mereka. Sehingga sebagai anak, kita wajib membalas kebaikan mereka, meskipun apa yang kita lakukan tidak akan pernah sebanding dengan pengorbanan yang telah mereka berikan dalam hidup kita.
Berbakti ini tidak hanya saat mereka hidup di dunia. Bagi orang tuanya yang sudah meninggal dunia, bukan berarti selesai bakti kita kepada mereka. Ziarahi makamnya. Berdoalah kepada Allah untuk mengampuni segala dosa dan menerima amal ibadahnya. Bukan harta, jabatan, dan materi dunia yang mereka harapkan dari anak-anaknya.
Ma’asyiral muslimin wal muslimat, jama’ah salat Idulfitri yang dimuliakan Allah Demikianlah Khutbah Idulfitri kali ini, semoga bisa kita resapi dan kita wujudkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Semoga Allah senantiasa mempertahankan kesucian kita di Hari Raya Idul Fitri seperti bayi yang terlahir kembali. Amin.
Seorang muslim yang telah berpuasa satu bulan lamanya akan menyambut hari kemenangan di tanggal 1 Syawal . Pada hari itu juga setiap umat Islam yang ibadah puasanya diterima akan seperti bayi yang terlahir kembali atau bebas dari dosa.
Pada Hari Raya Idulfitri juga nantinya ada shalat sunnah yang hanya dilakukan setahun sekali. Dalam salat tersebut akan ada khutbah yang harus didengarkan karena mengandung banyak pelajaran.
5 Contoh Khotbah Idulfitri 2025
1. Tema Memetik Hikmah Ramadan
Jamaah Idulfitri Yang Dimuliakan Allah Tiada kata terindah yang layak terucap dari lisan kita pada kesempatan pagi hari ini selain Alhamdulillah. Puji dan syukur yang setinggi-tingginya kita panjatkan kepada Allah Dzat yang maha memberi nikmat, sekaligus mengantarkan kita hingga hari raya ini.Setelah kita berjuang menahan haus dan lapar. Setelah kita berjihad melawan godaan nafsu dan syahwat. Akhirnya sampai di hari lebaran. Hari ketika diharamkan berpuasa dan diharuskan menikmati makanan.
Hikmah pertama, puasa Ramadhan adalah bentuk kasih sayang Allah untuk umat Rasulullah agar dapat melipatgandakan pahala ibadah dan meraih bermacam-macam kebaikan. Sebagaimana diketahui, usia rata-rata umat Rasulullah itu hanya 60 tahunan.
Puasa memberi pelajaran bahwa Allah kuasa mengunggulkan suatu perkara di antara perkara-perkara yang lain. Dan bulan Ramadhan pun diunggulkan di antara bulan-bulan yang lain.
Kedua, pelajaran penting lainnya dari Ramadan adalah melahirkan hubungan dan rahasia antara seorang hamba dengan Tuhannya. Tidak ada hamba yang dapat melihat hakikat hubungan dan rahasia itu kecuali Allah.
Ketiga, pelajaran Ramadan adalah menyadarkan bahwa kewajiban berpuasa dengan menahan segala sesuatu yang sebelumnya halal seperti makan dan minum, hanya pada bulan Ramadan. Namun, puasa dari perkara yang haram itu sepanjang bulan bahkan seumur hidup. Jika selama puasa kita diperintah menahan diri dari perkara yang halal, maka apalagi perkara yang haram.
Keempat, puasa memberi pelajaran bagi kita untuk menyantuni kaum papa dan dhuafa. Selama puasa kita menahan lapar dan belajar merasakan bagaimana laparnya orang-orang lemah. Sehingga di akhir Ramadan, kita diwajibkan mengeluarkan zakat fitrah, infaq dan sedekah. Di antaranya untuk menunjukkan kasih sayang dan kepedulian kita kepada mereka.
Itulah sebagian pelajaran Ramadan untuk kita cermati bersama. Insyaallah, masih banyak pelajaran lain yang dapat kita renungkan dan kita maknai. Sekali lagi, kita jangan sampai melewatkan dan meninggalkan Ramadhan tanpa kesan. Harus ada nilai yang membekas dan pelajaran berarti bagi kita sebagai hasil gemblengan dan didikan Ramadhan.
2. Tema Hal yang Menyebabkan Keras Hati
Jamaah Salat Idulfitri yang Dirahmati Allah Ramadan merupakan bulan tempat kita berlatih. Mulai berlatih mengendalikan amarah, menahan haus dan lapar, peka terhadap sesama yang membutuhkan, dan berlatih menjadi orang baik yang saleh secara individual maupun sosial.Ramadan seharusnya bukan hanya membentuk pribadi kita menjadi saleh secara invidual, tapi juga Ramadan seyogianya menjadi perantara bagi kita agar menjadi orang yang saleh secara sosial.
Saleh secara individual berarti kita meningkatkan ibadah sunah kita sebagaimana kita bersemangat melaksanakannya di bulan Ramadan. Sementara saleh secara sosial itu berarti kita menjadi pribadi yang baik di tengah masyarakat, peduli terhadap sesama, tidak membenci kepada sesama Muslim sekalipun berbeda suku, agama, atau hanya sekedar berbeda organisasi, dan partai politik
Sayyid Alwi Al-Maliki dalam bukunya yang berjudul Qul Hādzihī Sabīlī menyampaikan bahwa malapetaka yang sangat besar di tengah masyarakat adalah iri, dengki, dan benci.
Menurut Sayyid Alwi Al-Maliki, sifat-sifat buruk tersebut membuat orang menjadi keras hati dan sulit untuk menerima kebaikan dari orang lain. Hal ini tentu akan menyebabkan permusuhan dan kebencian di tengah-tengah masyarakat. Bila sifat-sifat ini tidak kita hindari, yang ada justru kita akan merasa lebih baik dan merendahkan yang lain.
Padahal Allah swt sudah mengingatkan kita dalam firman-Nya:
"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah laki-laki di antara kalian mengolok-olok laki-laki yang lain. Sebab, boleh jadi mereka yang diolok-olok itu lebih baik di sisi Allah daripada mereka yang mengolok-olok. Dan jangan pula wanita-wanita Mukmin mengolok-olok wanita-wanita Mukmin yang lain. Karena, boleh jadi mereka yang diolok-olok lebih baik di sisi Allah dari mereka yang mengolok-olok. (QS Al-Hujurat: 11).
Ma‘asyiral Muslimin Jamaah Shalat Idul Fitri yang berbahagia Menurut Syekh Thahir bin Asyur dalam kitab At-Tahrir wat Tanwir, ayat ini turun di antaranya disebabkan oleh sebagian istri-istri Nabi mencemooh Shafiyyah binti Huyay bin Akhtab. Shafiyyah merupakan perempuan Yahudi yang masuk Islam dan dipersunting Rasulullah saw.
Sekalipun sudah masuk Islam, agama lama Shafiyyah masih dikait-kaitkan dan dihina. Dalam konteks ini, Al-Quran mengingatkan para istri-istri Nabi yang lain untuk tidak merasa paling baik dan saleh sendiri, sehingga merendahkan yang lain hanya karena menyangkutpautkan dengan agama lain seseorang.
Dari sini kita dapat belajar bahwa tercapainya persaudaraan sesama Muslim dan bahkan sesama warga negara Indonesia sekalipun berbeda agama itu dengan cara harus saling menghormati, interaksi dengan akhlak yang baik, dan tidak membeda-bedakan seseorang berdasarkan agamanya. Terlebih lagi, membenci terhadap sesama manusia itu akan menyebabkan hati kita keras dan sulit menerima kebaikan.
3. Tema Memperkuat Kesalehan
Jamaah Salat Idulfitri Rahimakumullah,Di pagi ini, kita merasakan getaran sukacita yang mengalir dari hati ke hati. Suara takbir yang menghiasi langit, menggema dalam jiwa yang bersukacita, memenuhi ruang dengan rasa syukur dan kegembiraan.
Pada bulan Ramadan, kita telah berjuang menguatkan kesalehan vertikal kita kepada Allah SWT dengan memperbanyak ibadah kepada-Nya. Puasa, shalat tarawih, tilawah Al-Qur'an, dan berbagai amalan ibadah lainnya telah menjadi bagian dari rutinitas harian kita. Melalui ketaatan ini, kita berupaya mendekatkan diri kepada Sang Khalik, menguatkan iman, serta memperbaiki hubungan kita dengan-Nya untuk menjadi orang yang bertakwa.
Namun perlu kita sadari, Jamaah Salat Idulfitri Rahimakumullah, Ibadah dalam Islam tidak hanya berdimensi vertikal, yaitu hubungan antara manusia dengan Allah. Namun, ada juga yang berdimensi horizontal, yaitu hubungan antara manusia dengan sesamanya. Ramadan telah memberikan kita pelajaran penting akan pentingnya kesalehan horizontal ini.
Ramadan mengajarkan kita untuk senantiasa memperhatikan sesama, membantu mereka yang membutuhkan, dan menjadi lebih baik dalam pergaulan sosial. Kebersamaan dalam berbagi makanan berbuka, sedekah, zakat, dan kepedulian terhadap sesama misalnya, menjadi bagian dari nilai-nilai mulia yang telah kita tanamkan.
Idulfitri merupakan momen penting untuk memperbaiki hubungan sesama manusia. Inilah waktu yang tepat untuk saling memaafkan dan meminta maaf. Saling memaafkan adalah tanda kebesaran hati, sedangkan meminta maaf adalah tanda ketulusan dan kesungguhan untuk memperbaiki hubungan.
Pada momentum Idulfitri ini, mari kuatkan diri untuk menjadi orang yang senantiasa mengedepankan akhlakul karimah dalam pergaulan dan memberi manfaat pada orang lain.
Ma’asyiral muslimin wal muslimat, jama’ah salat Idulfitri yang dimuliakan Allah Hal yang sangat penting dalam pergaulan sesama manusia adalah dengan selalu bersikap baik kepada orang tua. Tak terasa, waktu telah berlalu begitu cepat. Orang tua kita yang dahulu kuat mengasuh kita, kini telah memasuki usia senja. Mereka yang penuh kasih sayang telah mengasuh dan membimbing kita sejak kita masih kecil, kini butuh sentuhan kasih kita di saat-saat mereka sudah semakin menua.
Ingatlah, orang tua adalah anugerah terbesar yang diberikan Allah SWT kepada kita. Mereka adalah jimat dan pilar kehidupan kita yang dengan penuh pengorbanan telah menjadi pahlawan kehidupan kita. Merekalah yang telah membahagiakan kita dan bisa menjadikan kita sukses dalam kehidupan.
Ma’asyiral muslimin wal muslimat, jama’ah salat Idulfitri yang dimuliakan Allah Di penghujung khutbah ini, khatib kembali mengingatkan, marilah kita jadikan Idulfitri kali ini sebagai momentum untuk menguatkan kesalehan vertikal dan horisontal kita dengan melanjutkan tren semangat beribadah kepada Allah dan berbuat baik kepada sesama khususnya kepada orang tua kita.
4. Tema Semangat Memajukan Umat
Hari ini kaum muslimin di segenap penjuru bumi menunaikan Idulfitri. Dengan mengumandangkan takbir, tahlil dan tahmid serta salat idulfitri.Begitu indah ibadah Ramadan. Kita serasa akrab dengan amal saleh, jauh dari dosa. Kita tersadar setelah tadinya lalai, bangun setelah tadinya terlelap, dan seakan kita hadir setelah tadinya menghilang. Salat malam kita, shadaqah kita, tadarus Al-Qur’an kita, semangat kita memakmurkan masjid serta upaya upaya kita mengasihi sesama. Ramadan benar benar kita jadikan sebagai bulan menuju takwa.
Jangan sampai menimpa kita, perumpamaan orang yang menata bata demi bata hingga berwujud bangunan yang indah dan megah, namun tiba tiba dia sendiri yang merobohkannya.
Nasihat kedua, adalah agar kita mengiringi perbuatan salah dengan amal saleh, dengan kebaikan. Sebagaimana kita tahu, manusia memiliki potensi salah dan lupa. Tetapi Apabila terlanjur berbuat salah, maka terus bertaubat.
Pesan yang ketiga, adalah senantiasa berakhlak yang mulia dalam menjalani kehidupan di tengah-tengah masyarakat. Dalam ajaran Islam keimanan dan ketakwaan haruslah membuahkan akhlak yang mulia.
Dalam suasana kehidupan yang dilanda krisis moral maka sangat penting dan menentukanya ajaran tentang pencerahan akhlak mulia ini, dalam perkataan, sikap, dan perbutan utama. Islam dengan tegas mengajarkan nilai-nilai amanah, adil, ihsan, kasih sayang, dan akhlak mulia lainnya.
Di era kehidupan yang terbuka seperti sekarang ini, yang salah satunya ditandai peran media sosial secara masif, maka iman dan akhlak mulia benteng kita. Media sosial selain bermanfaat sebagai media interaksi yang cepat dan mudah, pada saat yang sama menjadikan penggunanya seolah bebas komentar apa saja. Sering kita temui ujaran perseteruan, kebencian, permusuhan, saling hujat, dan hoaks menjadi hal biasa di media daring tersebut. Tanpa dilandasi akhlak mulia, Medsos bisa mengakibatkan hubungan sosial jadi lebih keras sehingga hilang keadaban, hilang pula rasa damai dan ketenteraman.
Idulfitri harus kita jadikan sebagai momentum untuk menghidupkan kembali nilai nilai utama kehidupan, nilai nilai akhlak mulia. Menghidupkan kembali kasih sayang, saling menghormati sesama dan menjaga persatuan. Dengan senantiasa menerapkan akhlak mulia dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat dan berbangsa maka sesungguhnya kita telah menampilkan cara berislam yang mencerahkan dan memajukan. Bahwa akhlak mulia adalah citra diri setiap muslim, karena sesungguhnya akhlak mulia tidak bisa dipisahkan dengan keimanan dan ketaqwaan.
Marilah kita memohon kepada Allah semoga kita senantiasa diberi hidayah, sehingga di dalam menghadapi hidup yang semakin sulit ini kita tetap menjalani dengan benar. Kita berdoa Semoga Allah menerima seluruh amal kita dan mengampuni dosa dosa kita. Kita berdoa agar saudara saudara kita di Palestina dan berbagai belahan dunia yang kondisinya tidak menyenangkan, diberi keringanan dan pertolongan Allah.
5. Tema Kembali Suci dengan Silaturahmi
Idulfitri bukan sekadar hari perayaan. Idul Fitri bukan hanya tentang pakaian dan berbagai aneka hidangan. Idulfitri bukan hanya pergi jalan-jalan menuruti keinginan. Idul Fitri ini adalah momentum menguatkan tekad baja, menjadi hamba Allah yang patuh pada perintahNya dan sekuat tenaga meninggalkan segala yang dilarang Allah swt.Allah berfirman dalam Al-Qur’an: “Bersegeralah menuju ampunan dari Tuhanmu dan surga (yang) luasnya (seperti) langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.” (Surat Ali Imran ayat 133).
“(Yaitu) orang-orang yang selalu berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang mengendalikan kemurkaannya, dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (Surat Ali Imran ayat 134).
Dari ayat ini kita diingatkan cara untuk menyucikan jiwa. Langkah pertama untuk meraihnya adalah berdasarkan ayat Al-Imran 133. Kita diperintahkan untuk bersegera meraih ampunan dan surga-Nya. Seraya menyadari bahwa kuasa Allah begitu luas bagi kita. Seluas surga yang Ia sediakan bagi orang-orang yang bertakwa.
Bentuk ikhtiar meraih ampunan-Nya, telah kita lakukan selama satu bulan penuh. Berpuasa menjalankan perintah Allah dengan hati yang kukuh. Iman dan takwa juga terus kita semai untuk memastikan ibadah kita senantiasa utuh.
Kita harus yakin bahwa berbagi tidaklah sama sekali akan mengurangi harta kita. Sebaliknya, dengan berbagi maka hakikatnya Allah sedang menambah apa yang kita punya. Zakat fitrah yang kita keluarkan di bulan puasa dan zakat mal untuk menyucikan jiwa kita, adalah wujud kesadaran jiwa, bahwa semua yang kita punya adalah milik Allah swt dan akan kembali kepada-Nya.
Saat puasa, kita diwajibkan mengendalikan nafsu amarah yang sering kita lakukan. Kemudian di Hari Idul Fitri, kita diperintahkan untuk saling memaafkan. Mari semua itu kita lakukan dengan tulus tanpa kepalsuan. Perkuat silaturahmi untuk mengikat hati kita sesama penuh kedamaian.
Terutama meminta maaf kepada kedua orang tua kita, yang telah melahirkan kita ke dunia. Beruntunglah yang masih memiliki kedua orang tua. Mereka adalah jimat yang harus terus kita jaga. Merekalah yang telah berjasa dalam kehidupan kita dan menghantarkan kita meraih kesuksesan kehidupan di dunia.
Dalam kitab Tafsir Marah Labid Jilid I, halaman 522, Syekh Nawawi Banten menjelaskan bahwa anak harus menghormati dan berbakti kepada orang tua.
Beliau mengingatkan bahwa orang tua telah memberikan kasih sayang dan berkorban tanpa batas dalam mendidik serta membesarkan anak-anak mereka. Sehingga sebagai anak, kita wajib membalas kebaikan mereka, meskipun apa yang kita lakukan tidak akan pernah sebanding dengan pengorbanan yang telah mereka berikan dalam hidup kita.
Berbakti ini tidak hanya saat mereka hidup di dunia. Bagi orang tuanya yang sudah meninggal dunia, bukan berarti selesai bakti kita kepada mereka. Ziarahi makamnya. Berdoalah kepada Allah untuk mengampuni segala dosa dan menerima amal ibadahnya. Bukan harta, jabatan, dan materi dunia yang mereka harapkan dari anak-anaknya.
Ma’asyiral muslimin wal muslimat, jama’ah salat Idulfitri yang dimuliakan Allah Demikianlah Khutbah Idulfitri kali ini, semoga bisa kita resapi dan kita wujudkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Semoga Allah senantiasa mempertahankan kesucian kita di Hari Raya Idul Fitri seperti bayi yang terlahir kembali. Amin.
Baca Juga
(wid)