Tidak Ada Kasta, Islam Mengajarkan Kesetaraan

Senin, 07 September 2020 - 16:43 WIB
loading...
A A A
Mendengar itu sang sahabat Abdurrahman yang memang terhormat oleh anggota masyarakat mendatangi Bilal, meminta maaf, bahkan bersujud dan meminta kepada Bilal untuk menginjak kepalanya, demi menebus kesalahannya itu.

Peristiwa di atas tentunya adalah satu dari sekian banyak peristiwa bagaiman beliau ( Rasul ) mengaplikasikan ajaran "kesetaraan" Islam dalam kehidupan nyata masyarakat Madinah saat itu.

Inilah yang menjadikan mereka yang miskin bahkan mantan budak merasa termuliakan dan terbangun "self confidence" (percaya diri). Sehingga dengan sikap percaya diri yang tinggi itu menjadikan semua sahabat, tanpa kecuali memainkan peranan signifikannya dalam perjuangan.

Puncak deklarasi kesetaraan manusia itu terjadi di saat Rasulullah SAW melangsungkan khutbah akbar kemanusiaan di padang Arafah: "wahai manusia! Tuhanmu adalah satu. Ayahmu juga satu. Semua kamu diciptakan dari Adam. Dan Adam diciptakan dari tanah. Sungguh tiada kelebihan orang Arab atas non Arab. Sebaliknya tiada kelebihan non Arab atas orang Arab. Juga tiada kelebihan orang putih atas kulit hitam. Dan tiada kelebihan orang hitam atas orang putih kecuali dengan ketakwaan". (khutbah wada’).

Peradaban yang manusianya memiliki kesetaraan inilah yang akan tumbuh secara alami dan sehat. Peradaban yang dibangun di atas prilaku kasta-kasta, walaupun atas nama agama, bukanlah peradaban (non civilization).

Dalam sebuah tatanan masyarakat, mana rasisme berkembang secara sistemik menandakan jika masyarakat tersebut jauh dari peradaban. Walaupun mungkin mereka mengaku beradab bahkan diakui sebagai bangsa yang memiliki peradaban yang maju.

Di sinilah kemudian peradaban yang dibangun oleh Rasulullah di Madinah menjadi unik dan solid karena kesetaraan manusia menjadi salah satu karakter dasarnya. Ras, warna kulit, etnis, dan juga status ekonomi manusia tidak menjadi penentu kemuliaaan.

Kemuliaan hanya ditentukan oleh hati (iman) dan karakter (amal dan prilaku). Atau dalam ungkapan Al-Qur'annya: Taqwallah (ketakwaan kepada Allah).

Inilah yang diabaikan oleh Pencipta dan Raja alam semesta: "Wahai manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang pria dan seorang wanita. Lalu Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku untuk saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha mengenal". (Al-Hujurat: 13). ( )

(Bersambung)!
(rhs)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2372 seconds (0.1#10.140)