Meraih Ampunan di Fase Sepuluh Kedua Ramadhan

Senin, 04 Mei 2020 - 08:36 WIB
loading...
Meraih Ampunan di Fase Sepuluh Kedua Ramadhan
Sejumlah warga memukul beduk dalam tradisi tabeuh bedug di Desa Curug Badak, Kecamatan Maja,Lebak, Banten, kemarin. Tabeuh bedug merupakan tradisi masyarakat setempat dalam memeriahkanRamadan saat malam hari. Beduk biasanya dimainkan oleh empat orang deng
A A A
Bulan Ramadhan memasuki fase 10 hari kedua. Pada fase ini umat muslim seyogianya semakin meningkatkan kualitas ibadah demi mendapatkan keutamaan berupa maghfirah atau ampunan dari Allah SWT.

Pada fase 10 hari kedua ini, selain ibadah wajib umat Islam juga dianjurkan untuk semakin memperbanyak dzikir, doa, dan membaca Alquran. Dari serangkaian ibadah yang dikerjakan, diharapkan bukan hanya ampunan yang akan diturunkan oleh Allah SWT, melainkan diangkatnya berbagai kesulitan yang dihadapi di tengah wabah corona (Covid-19) yang melanda.

Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Amirsyah Tambunan mengatakan, pada fase 10 hari kedua Ramadhan, sebagaimana hadist Rasulullah SAW bahwa dibukakan pintu ampunan seluas-luasnya bagi mereka yang menjalakan ibadah.

Menurut dia, dorongan untuk beribadah memohon ampunan atas dosa dan agar dibebaskan dari hukuman makin relevan di tengah situasi saat ini di mana semua orang berhadapan dengan pandemi Covid-19. Akibat pandemi ini, orang dilanda ketakutan dan kekhawatiran sehingga lebih banyak berdiam diri di rumah. Tidak hanya itu, pandemi berakibat pula pada sulitnya orang-orang memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari akibat ekonomi yang menurun drastis.

"Harapannya, dengan diampuninya dosa-dosa kita maka berbagai bentuk kesulitan kehidupan yang dialami saat ini juga bisa segera diangkat oleh Allah SWT," ujarnya kepada KORAN SINDO kemarin.

Berkaitan dengan kesempatan mendapatkan ampunan dari Allah SWT ini, Amirsyah mengisahkan kisah Nabi SAW ketika mengaminkan doa dari malaikat Jibril. Sesungguhnya Nabi mengucapkan amin sebanyak tiga kali tatkala Jibril berdoa. Para Sahabat lalu bertanya: “Wahai Rasulullah! Engkau telah mengucapkan amin”. Nabi menjawab: “Jibril telah mendatangiku, kemudian ia berkata: “Celakalah orang yang menjumpai Ramadan lalu tidak diampuni”, maka aku menjawab: “Amin”. Ketika aku (Nabi SAW) menaiki tangga mimbar kedua maka ia (Jibril) berkata: “Celakalah orang yang disebutkan namamu di hadapannya lalu tidak mengucapkan salawat kepadamu”. Maka aku menjawab: “Amin”. Ketika aku (Nabi SAW) menaiki anak tangga mimbar ketiga, ia (Jibril) berkata: “Celakalah orang yang kedua orang tuanya mencapai usia tua berada di sisinya, lalu mereka tidak memasukkannya ke dalam surga”. Maka aku jawab: “Amin”.

"Jadi Ramadhan adalah momentum meminta ampun kepada Allah, ini merupakan peluang emas. Bukan berarti setelah Ramadan kita kembali berbuat dosa," katanya.

Rektor Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) Asep Saefuddin mengatakan, seperti yang difirmankan Allah SWT di dalam surah Al Baqarah 183 tertuang dengan jelas bahwa tujuan dari menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan adalah supaya seluruh umat muslim bertakwa.

"Tentu orang-orang yang mencapai takwa ini adalah mereka yang memperoleh ampunan dari Allah SWT. Bulan Ramadhan ini memang berbeda dengan bulan-bulan lainnya, karena di dalamnya banyak fasilitas diberikan kepada mereka yang berpuasa. Sehingga bulan ini juga disebut bulan suci," katanya kemarin.

Guru besar Institut Pertanian Bogor ini melanjutkan, pada Ramadhan inilah ada fasilitas rahmat, ampunan, dan pembebasan dari api neraka. Dijelaskan kembali oleh Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW berkata bahwa awal Ramadhan adalah rahmat, pertengahannya adalah ampunan, dan akhirnya adalah pembebasan dari api neraka.

Asep menerangkan, melalui hadist yang diriwayatkan HR Bukhori dan Muslim, Nabi SAW pernah berkata bahwa "Barang siapa berpuasa dengan penuh keimanan dan hanya mengharap pahala dari Allah SWT, maka diampuni dosa-dosa yang telah lewat". Menurut dia, fasilitas ini khusus diberikan Allah SWT di 10 hari kedua Ramadhan yang disebut hari-hari pengampunan.

Siapapun yang bisa melewati bulan puasa ini hingga fase kedua, Insyaallah bisa mendapatkan ampunan yang tidak akan diperoleh di bulan-bulan yang lain.

Karena itu, dengan melihat pahala dan keutamaan bulan puasa yang begitu besar, sangat disayangkan apabila momentum ini sampai ditinggalkan.

Umat Islam diminta tidak melewatkan hari-hari penuh ampunan yang telah dijanjikan oleh Allah SWT. Pada waktu-waktu inilah saat yang paling tepat untuk memperbanyak doa serta memohon ampunan.

Asep lalu menyinggung Ramadan tahun ini di mana umat Islam menjalankannya dengan pola yang tidak biasa karena adanya protokol kesehatan yang mengharuskan orang lebih banyak berada di rumah. Kondisi ini, menurut Asep, benar-benar menuntut keikhlasan umat Islam dalam berpuasa, termasuk untuk ibadah-ibadah (hablu minallah) serta kegiatan muamallah (hablu minannas).

Karena pandemi Covid-19 pula banyak sekali orang-orang yang mendadak tidak punya pekerjaan, tidak punya pendapatan, sehingga kesulitan untuk sekadar sahur dan berbuka puasa. Hal ini diakui tidak mudah dan sangat butuh keikhlasan.

Menurut Asep, kondisi tersebut dapat diisi oleh mereka yang beruntung dan berkecukupan. Saatnya menolong sesama yang tertimpa musibah akibat krisis Covid-19. Harapannya, kata dia, dengan amal ibadah dan sedekah kepada sesama Allah SWT akan menurunkan berbagai ampunan-Nya, termasuk segera membebaskan manusia dari wabah covid-19. "Syaratnya kita perlu berbuat baik kepada sesama yang membutuhkan, saling tolong menolong," jelasnya. (Neneng Zubaidah)
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1584 seconds (0.1#10.140)