Penyair Cerdas Ibunda Para Syuhada

Selasa, 15 September 2020 - 14:58 WIB
loading...
Penyair Cerdas Ibunda Para Syuhada
Al-Khansa yang digelari ibunda para syuhada, karena atas didikannyalah keempat anaknya bersemangat menjemput syahid di medan perang. Foto ilustrasi/ist
A A A
Al-Khansa binti Amru merupakan seorang perempuan saleha yang berparas cantik dan sangat fasih dalam berkata-kata. Kemampuannya dalam merangkai kata-kata menjadi sebait syair sangatlah mengagumkan. Karena kepandaiannya itu, muslimah yang bernama lengkap Tumadhar binti ‘Amr bin Syuraid bin ‘Ushayyah As-Sulamiyah, dinobatkan sebagi perempuan Arab pertama yang pandai bersyair.

Al-khansa juga dikenang sebagai salah satu shahabiyat (sahabat muslimah) Rasulullah, yang digelari 'ibunda para syuhada', karena atas didikannyalah keempat anaknya bersemangat menjemput syahid di medan perang.

Al-Khansa terlahir pada zaman jahiliyah dan tumbuh besar di tengah suku bangsa Arab yang mulia, yaitu Bani Mudhar. Al-Khansa radhiyallahu'anha digambarkan sebagai sosok yang mulia, murah hari, tenang, pemberani, dan jujur. Kepandaiannya membuat syair, ketika suatu hari ia bersyair untuk ayahnya Mua'wwiyah dan saudara lelakinya Shakhr yang gugur dalam peperangan di masa jahiliyah. (Baca juga : Pentingnya Muslimah Terus Meng-Upgrade Ilmu )

Ia mengucapkan syair sembari meneteskan air mata. Umar bin Khattab radhiyallahu'anhu yang melihatnya pun bertanya, "Mengapa engkau menangis Khansa?" Ia pun menjawab, "Aku menangisi ayah dan saudaraku." Umar pun menegur Khansa karena mereka berdua meninggal dalam keadaan kafir . "Justru itulah yang membuatku lebih kecewa dan sedih lagi. Dulu aku menangisi Sakhr atas kehidupannya. Sekarang aku menangisinya karena ia adalah ahli neraka."

Pada saat itu, Al-Khansa baru bisa membuat dua atau tiga bait puisi ketika saudara kandungnya, Mu’awiyah bin Amru as -Sulami terbunuh. Lalu ketika saudara kandungnya dari pihak ayah, Shakr mati karena terbunuh, saat itulah Al-Khansa melantunkan puisi-puisi dukanya yang terkenal dan berkualitas. Karena Al-Khansa’ amat mencintai saudaranya yang satu ini, ia amat penyabar, dermawan, dan penuh perhatian terhadap keluarga.

(Baca juga : Hati-hati Dalam Membelanjakan Harta )

Diriwayatkan bahwa ketika Adi bin Hatim dan saudarinya, Safanah binti Hatim datang ke Madinah dan menghadap Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, maka berkata, "Ya Rasuluilah, dalam golongan kami ada orang yang paling pandai dalam bersyair dan orang yang paling pemurah hati, dan orang yang paling pandai berkuda."

Rasuluilah Shallallahu alaihi wa sallam, bersabda, 'Siapakah mereka itu. Sebutkaniah namanya.' Adi menjawab, 'Adapun yang paling pandai bersyair adalah Umru'ul Qais bin Hujr, dan orang yang paling pemurah hati adalah Hatim Ath-Tha'i, ayahku. Dan yang paling pandai berkuda adalah Amru bin Ma'dikariba.' Rasuluilah SAW menukas, "Apa yang telah engkau katakan itu salah, wahai Adi. Orang yang paling pandai bersyair adalah Al-Khansa binti Amru, dan orang yang paling murah hati adalah Muhammad Rasulullah, dan orang yang paling pandai berkuda adalah Ali bin Abi Thalib.'

(Baca juga : Cukup Diucapkan, Amalan Ringan Ini Pahalanya Berlimpah )

Sungguh suatu penghargaan yang sangat tinggi bagi Khansa, karena Rasullulah 'menyejajarkan' namanya dengan nama beliau sendiri dan Ali bin Abi Thalib. Sejak keislamannya, Khansa tidak hanya bersemangat dalam melantunkan syair, tetapi ia juga terjun ke dalam beberapa pertempuran baik ketika bersama Rasulullah SAW atau pun setelah beliau wafat.

Dengan syair - syairnya, ia membangkitkan dan membakar semangat para sahabat untuk terus berjuang untuk menegakkan kalimat - kalimat Allah. Terkadang ketika pasukan dilanda kelelahan dan kejenuhan, ia juga melantunkan syair - syairnya sehingga mereka kembali segar dan bersemangat.

(Baca juga : Konsul Haji Tegaskan Arab Saudi Belum Umumkan Pembukaan Umrah )

Ibunda Para Mujahid

Al-Khansa menikah dengan Rawahah bin Abdul Aziz As Sulami. Dari pernikahan itu ia mendapatkan empat orang anak lelaki. Melalui didikannya, keempat anak lelakinya ini telah menjadi pahlawan- pahlawan Islam yang terkenal. Dan Khansa sendiri terkenal sebagai ibu dari para syuhada. Hal itu dikarenakan dorongannya terhadap keempat anak lelakinya yang telah gugur syahid di medan Qadisiyah. Sebelum peperangan dimulai, terjadilah perdebatan yang sengit di rumah Al-Khansa.

Di antara keempat putranya telah terjadi perebutan kesempatan mengenai siapakah yang akan ikut berperang melawan tentara Persia, dan siapakah yang harus tinggal di rumah bersama ibunda mereka. Keempatnya saling tunjuk menunjuk kepada yang lainnya untuk tinggal di rumah. Masing-masing ingin turut berjuang melawan musuh fi sabilillah. Rupanya, pertengkaran mereka itu telah terdengar oleh ibunda mereka, Al-Khansa. Maka Al-Khansa telah mengumpulkan keempat anaknya, dan berkata,

''Wahai anak-anakku, sesungguhnya kalian memeluk agama ini tanpa paksaan. Kalian telah berhijrah dengan kehendak sendiri. Demi Allah, yang tiada Tuhan selain Dia. Sesungguhnya kalian ini putra-putra dari seorang lelaki dan dari seorang perempuan yang sama. Tidak pantas bagiku untuk mengkhianati bapakmu, atau membuat malu pamanmu, atau mencoreng arang di kening keluargamu.Jika kalian telah melihat perang, singsingkaniah lengan baju dan berangkatiah, majulah paling depan niscaya kalian akan mendapatkan pahala di akherat. Negeri keabadian. Wahai anakku, sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad itu Rasul Allah. lnilah kebenaran sejati, maka untuk itu berperanglah dan demi itu pula bertempurlah sampai mati. Wahai anakku, carilah maut niscaya dianugrahi hidup.''

(Baca juga : Mantul! Pegadaian Perpanjang Program Gadai Tanpa Bunga )

Keesokkan harinya, mereka terjun ke medan laga dengan gagah berani. Jika ada seorang di antara mereka yang semangatnya mulai surut, maka saudara-saudaranya langsung mengingatkannya dengan nasihat Ibunda mereka yang telah tua renta, dengan begitu semangatnya berkobar kembali dan menyerbu musuh seperti singa yang mengamuk. Serangan-serangannya seperti siap melumat musuh-musuh-Nya. Mereka tetap berjuang dengan penuh semangat, hingga satu persatu berguguran menjadi syuhada. Mereka berjuang mati-matian melawan musuh, sehingga banyak musuh yang terbunuh di tangan mereka. Akhirnya nyawa mereka sendirilah yang tercabut dari tubuh-tubuh mereka. Ketika ibunda mereka, Al-Khansa, mendengar kematian anak-anaknya dan kesyahidan semuanya, sedikit pun ia tidak merasa sedih dan kaget. Bahkan ia telah berkata,

"Alhamdulillah yang telah memuliakanku dengan syahidnya putra-putraku. Semoga Allah segera memanggilku dan berkenan mempertemukan aku dengan putra-putraku dalam naungan Rahmat-Nya yang kokoh di surgaNya yang luas."

(Baca juga : Doni Monardo: Vaksin/Obat COVID-19 Ditemukan, Pandemi Belum Tentu Berakhir )

Keikhlasan dirinya sebagai seseorang yang mengandung anak-anaknya selama sembilan bulan tak terbandingi nilainya. Doanya untuk dipertemukan dengan keempat putra yang syuhada datang. Ia wafat pada masa permulaan Khalifah Ustman bin Affan radhiyallahu'anhu, tepatnya pada 24 Hijriyah

Wallahu A'lam
(wid)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1480 seconds (0.1#10.140)