Di Lembah Kedua: Pikiran Tak Bisa Tinggal Bersama Kedunguan Cinta
loading...
A
A
A
Para pecinta yang telah mempertaruhkan hidupnya demi cinta mereka telah memasuki jalan itu. Dalam kehidupan Ruh, mereka menyatu dengan tambatan kasih mereka.
Ibrahim dan Malakul Maut
Ketika tiba saatnya sahabat Tuhan itu hendak wafat, ia enggan menyerahkan nyawanya pada Izrail. "Tunggu," katanya pada Izrail. "Adakah Malikulalam telah memintanya?"
Tetapi Allah Ta'ala bersabda pada Ibrahim, "Jika kau benar-benar sahabatku, tidakkah kau ingin datang padaku? Ia yang menyesal memberikan hidupnya pada sahabatnya menghendaki hidupnya dirobek dengan pedang."
Kemudian, salah seorang yang hadir di sana berkata, "O Ibrahim, Cahaya Dunia, mengapa Tuan tak menyerahkan hidup Tuan dengan suka hati pada Izrail?
Para pencinta di Jalan Ruhani mempertaruhkan hidupnya demi cinta mereka; Tuan menganggap hidup Tuan berharga."
Kata Ibrahim, "Bagaimana dapat aku melepaskan hidupku bila Izrail telah menghalangnya? Aku tak mengindahkan permintaannya, karena aku hanya ingat pada Tuhan. Ketika Nimrod melepaskan aku ke dalam api dan Jibril datang padaku, tak kuindahkan dia karena aku hanya ingat pada Tuhan. Karena aku memalingkan kepalaku dari Jibril dapatkah aku diharapkan akan menyerahkan nyawaku pada Izrail? Kalau kudengar Tuhan bersabda, 'Berikan hidupmu padaku!' maka hidupku pun tak lebih berharga dari sebutir gandum. Bagaimana mungkin aku memberikan hidupku pada seseorang kalau ia tidak memintanya. Itu saja yang mesti kukatakan."
Ibrahim dan Malakul Maut
Ketika tiba saatnya sahabat Tuhan itu hendak wafat, ia enggan menyerahkan nyawanya pada Izrail. "Tunggu," katanya pada Izrail. "Adakah Malikulalam telah memintanya?"
Tetapi Allah Ta'ala bersabda pada Ibrahim, "Jika kau benar-benar sahabatku, tidakkah kau ingin datang padaku? Ia yang menyesal memberikan hidupnya pada sahabatnya menghendaki hidupnya dirobek dengan pedang."
Kemudian, salah seorang yang hadir di sana berkata, "O Ibrahim, Cahaya Dunia, mengapa Tuan tak menyerahkan hidup Tuan dengan suka hati pada Izrail?
Para pencinta di Jalan Ruhani mempertaruhkan hidupnya demi cinta mereka; Tuan menganggap hidup Tuan berharga."
Kata Ibrahim, "Bagaimana dapat aku melepaskan hidupku bila Izrail telah menghalangnya? Aku tak mengindahkan permintaannya, karena aku hanya ingat pada Tuhan. Ketika Nimrod melepaskan aku ke dalam api dan Jibril datang padaku, tak kuindahkan dia karena aku hanya ingat pada Tuhan. Karena aku memalingkan kepalaku dari Jibril dapatkah aku diharapkan akan menyerahkan nyawaku pada Izrail? Kalau kudengar Tuhan bersabda, 'Berikan hidupmu padaku!' maka hidupku pun tak lebih berharga dari sebutir gandum. Bagaimana mungkin aku memberikan hidupku pada seseorang kalau ia tidak memintanya. Itu saja yang mesti kukatakan."
(mhy)