Haruskah Malu kepada Malaikat?

Kamis, 24 September 2020 - 14:02 WIB
loading...
Haruskah Malu kepada Malaikat?
Setiap mukmin hendaklah memiliki rasa malu kepada malaikat, karena mereka adalah penjaga amal amalan kita. Muliakan dan hormatilah mereka, karena mereka mengetahui segala hal yang bisa membuat kita malu jika dilihat oleh sesama manusia. Foto ilustrasi/is
A A A
Malu merupakan salah satu ukuran dari iman. Jika rasa malu hilang, maka iman juga hilang, demikian juga sebaliknya. Maka dari itu malu ini harus menjadi salah satu akhlak yang mesti kita tanamkan pada diri kita dan kita tanamkan kepada anak-anak kita dan anak didik kita.

Sebagai seorang mukmin, maka akhlak yang harus menonjol pada diri mereka adalah malu. Karena ini merupakan salah satu dari cabang iman. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan:

الْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الْإِيمَانِ

“Malu ini merupakan bagian dari keimanan.” (HR. Muslim)

(Baca juga : Siapa yang Berhak Memandikan Jenazah Perempuan? )

Dan malu inilah yang merupakan perhiasan bagi seorang mukmin, ibarat mahkota yang ada di kepalanya, dia akan mulia dengan sifat ini dan kemuliaan akan terangkat apabila sifat ini terangkat dari seseorang. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallammengatakan:

مَا كَانَ الحَيَاءُ فِي شَيْءٍ إِلاَّ زَانَهُ

“Tidaklah rasa malu ada pada seseorang melainkan akan membuatnya menjadi hiasan bagi orang tersebut.” (HR. At-Tirmidzi)

Di antara bentuk malu yang mesti kita miliki adalah malu kepada malaikat , makhluk-makhluk ghaib yang wajib kita imani dan merupakan salah satu cabang dari iman. Merupakan salah satu rukun iman adalah engkau beriman kepada malaikat-malaikat Allah. Mereka adalah makhluk yang ada di sekitar kita.

(Baca juga : Isteri Berhak Meminta Nafkah Halal )

Kenapa kita harus memiliki rasa malu kepada malaikat ini? Disalin dari kitab 'Fiqhul Haya' yang ditulis DR Muhammad Ismail Al-Muqoddam, dijelaskan bahwa malu adalah salah satu sifat malaikat. Seperti yang telah disebutkan dalam hadis riwayat Aisyah radhiyallahu'anha yang berbunyi,

"Bagaimana aku tidak malu kepada seseorang, padahal malaikat sendiri merasa malu kepadanya." Aisyah meriwayatkan bahwa sesungguhnya malaikat jibril tidak mau masuk ke rumah Nabi karena malu kepada Aisyah. Kemudian JIbril memanggil Nabi dengan suara lirih. Nabi pun menjawabnya dengan suara lirih pula. Rasul berkata, "Jibril tidak jadi masuk, karena kamu (Aisyah) telah menanggalkan bajumu. Aku kira kamu telah tertidur, jadi aku tidak tega bila harus membangunkanmu." [HR Muslim dan Nasa'i]

(Baca juga : Pertumbuhan Ekonomi Minus, Penanganan Covid -19 Jadi Kunci )

Ibnul Qayyum al-Jauziyah meriwayatkan sebagian pesan para sahabat yang berbunyi, "sesungguhnya ada sesuatu yang selalu bersama kalian dan dia tak pernah berpisah dari kalian. Malulah kalian terhadap mereka dan hormatilah mereka. Aku tidak suka orang yang tidak merasa malu kepada malaikat yang memiliki kemuliaan dan kebesaran. Sehingga dia tidak menghormati dan tidak mengagungkannya.

Allah telah memperingati hal ini dalam firman-Nya,

"Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang engawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah0 dan yang mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu). Mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan" [Al-Infithar: 10-12]

(Baca juga : Febri Diansyah Mengundurkan Diri dari KPK )

Maksudnya, hendaklah kalian malu dari para penjaga yang mulia itu. Muliakan dan hormatilah mereka, karena mereka mengetahui segala hal yang bisa membuat kalian malu jika dilihat oleh sesama manusia. Malaikat juga merasa sakit dari sesuatu yang menjadikan manusia merasa sakit.

Jika ada seseorang yang merasa sakit hati saat melihat orang lain berbuat kejahatan dan maksiat di hadapannya, meskipun sebenarnya dia juga melakukan hal yang sama, maka bagaimanakan dengan rasa sakit malaikat yang bertugas mencatat amal itu? Hanya kepada Allah sajalah kita meminta pertolongan. Maka menanamkan rasa ini pada diri kita akan sangat efektif untuk mencegah dan menahan diri dari perbuatan dosa.

(Baca juga : Luis Suarez, Messi dan Neymar Pernah Jadi Trisula Menakutkan )

Amr bin Murrah meriwayatkan dari Abdurrahman bin Abi Laila tentang tafsir ayat yang berbunyi, "Dan datanglah tiap-tiap bersama dengan dia seorang malaikat penggiring dan seorang malaikat penyaksi" [QS Qaf: 21]. Dia berkata, "Jika salah satu di antara kalian melakukan suatu amalan secara sembunyi-sembunyi, kemudian berkata kepada malaikat, 'Tulislah, semoga Allah merahmatimu' maka apakah perkataan tersebut menyebabkan malaikat akan memenuhi catatanmu dengan kebaikan?"

Wallahu A'lam
(wid)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4416 seconds (0.1#10.140)