Engkau Maha Pemaaf yang Menyukai Permintaan Maaf, Maafkanlah Aku

Selasa, 05 Mei 2020 - 15:21 WIB
loading...
Engkau Maha Pemaaf yang Menyukai Permintaan Maaf, Maafkanlah Aku
Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf yang menyukai permintaan maaf, maafkanlah aku. Ilustrasi/SINDOnews
A A A
PADA bulan suci ini para ustaz menyerukan agar umat Islam menjadikan Ramadhan sebagai bulan muhasabah, bulan introspeksi diri, mawas diri, dan tahu diri. Mengingat akan dosa yang banyak kita lakukan. Dengan begitu, mendorong diri kita untuk memohon ampunan Allah SWT.

وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (QS Ali Imran:133).

Allah mengurungkan azabnya tatkala di suatu negeri masih terdapat orang yang beristighfar.

وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ ۚ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun. (QS al-Anfal : 33).

Instropeksi diri adalah dalam rangka untuk mengoreksi kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan. Berusaha untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan serta tidak untuk mengulang kembali. Permohonan ampun kepada Allah SWT sebagai tindakan taubat, taubat yang benar-benar bertaubat. Taubatan nasuha.

Yahya bin Muadz berkata, "Siapa saja yang beristighfar dengan lisan, tetapi hatinya masih terikat dengan maksiat, masih berniat untuk kembali, serta mengulang dosa setelah bulan Ramadhan, maka puasanya ditolak. Dan, pintu diterimanya amal menjadi tertutup di hadapan wajahnya."

Hal ini juga pernah diungkapkan Ibn 'Athaillah al-Sarkandi dalam Buhtaj al-Nufus, "Orang bermunajat memohon ampun kepada Allah, tetapi masih tenggelam dalam maksiat laksana seseorang yang sakit lalu meminta obat ke dokter dan meminumnya, tapi ia membiarkan ular menggigit tubuhnya."

Jika saja kita gagal meraih ampunan Allah, Rasullullah bersabda, "Sungguh sangat terhina dan rendah seseorang yang datang kepadanya Ramadhan kemudian bulan tersebut berlalu sebelum diampuni untuknya (dosa-dosanya)." (HR Tirmidzi).

Lailatul Qadar
Ramadhan hari ini, Selasa (5/5/2020) memasuki hari ke-12. Besok adalah hari ke-13. Waktu begitu cepat berlalu. Namun masih ada kesempatan untuk kita bertaubat. Mari kita tingkatkan kualitas ibadah kita dengan puasa, salat malam, tadabur Alquran, sedekah, iktikaf, dan tentu memperbanyak istighfar. Kita berdoa Ramadhan ini kali bisa bertemu dengan malam Lailatur Qadar.

Malam Laiatul Qadar adalah malam yang mendapat tempat spesial di sisi Allah SWT, sehingga Allah menyiapkan pada malam tersebut ampunanNya yang sangat besar juga ganjaran pahala lainnya yang sangat disayangkan jika seorang Muslim melewatkan itu semua.

Salah satu yang masyhur, bahwa malam tersebut ialah malam yang sangat mulia, kemualiannya lebih baik dari malam 1000 bulan. .

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ

Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. (Al-Qadr : 3)

Artinya jika seorang muslim beribadah pada malam tersebut, berarti ia mendapat fadhilah ibadah selama 83 tahun lebih, sedangkan belum tentu seorang muslim bisa hidup selama itu. Tetapi Allah menyiapkan itu untuk Ummat-Nya. Dan tentu saja kemuliaan yang besar tidak begitu saja mudah didapatkan, perlu usaha dan upaya yang maksimal guna mendapatkannya.

Suatu ketika, Aisyah RA pernah bertanya kepada Nabi SAW, "Katakan padaku wahai Rasulullah, apa pendapatmu jika aku mengetahui suatu malam adalah Lailatul Qadar. Apa yang aku katakan di dalamnya?"

Beliau menjawab, "Katakanlah (pintalah): Allahumma innaka 'afuwwun tuhibbul 'afwa fa'fu anni' (Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf yang menyukai permintaan maaf, maafkanlah aku)." (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Pada doa malam Lailatul Qadar tersebut, Allah disapa dengan 'Afuwun, bukan Ghafur. Imam al-Ghazali, seperti dikutip M Quraish Shihab dalam Tasir al-Mishbah, membedakan keduanya. Al-'Afuw mengandung makna menghapus, mencabut akar sesuatu, membinasakan, dan sebagainya.

Sedangkan, al-Ghafur berarti menutup. Sesuatu yang menutup pada hakikatnya tetap wujud, hanya tidak terlihat, sedangkan yang dihapus, hilang, kalaupun tersisa, paling bekasnya saja.

Istighfar Jadi Solusi
Dalam kitab Bustanul Khatib diceritakan, sufi kenamaan al-Hasan al-Bashri (wafat 110 H) didatangi seseorang yang mengeluhkan paceklik dan kekeringan, maka beliau menasehati, "Beristighfarlah". Lalu, datang lagi orang lain mengadukan kemiskinannya, beliau menasihati, "Beristighfarlah." Kemudian, datang lagi orang mengadukan masalah sedikitnya anak, sang sufi berpesan, "Beristighfarlah."

Salah seorang muridnya bertanya, "Mengapa istighfar menjadi solusi?"

Hasan al-Bashri menjawab, "Tidakkah kamu membaca firman Allah SWT dalam surah Nuh ayat 10-12: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai'."

Orang yang mendapatkan maafnya Allah akan terhapus dosa-dosanya. Adakah kebahagiaan yang lebih tinggi dalam hidup ini selain memperoleh ampunan dan maaf Allah SWT? Maka, senantiasalah mengajukan satu permintaan pada setiap malam Ramadhan, "Allahumma innaka 'afuwwun karim tuhibbul 'afwa fa'fu anni'." Amin.
(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1615 seconds (0.1#10.140)