Ikhlas Sebagai Kunci Kekuatan Iman

Senin, 28 September 2020 - 08:31 WIB
loading...
Ikhlas Sebagai Kunci...
Segala perbuatan jika dilakukan tidak ikhlas karena Allah, maka orang yang melakukannya tidak akan mendapatkan manfaat dari perbuatan tersebut di dunia ini atau pun di akhirat kelak. Sesungguhnya hamba Allah itu mendapatkan kekuatan dari keimanannya kepad
A A A
Iman adalah keyakinan dengan hati, ikrar dengan lisan, dan amalan dengan seluruh anggota badan, bertambah dengan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dan berkurang dengan perbuatan maksiat. Dan, ikhlas adalah perkara terpenting dalam amalan hati , yang sangat erat hubungannya dengan pengertian iman.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan, amalan-amalan hati adalah termasuk pokok-pokok dari keimanan dan tonggak-tonggak agama Islam ini, seperti: mencintai Allah dan Rasul-Nya, bertawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, mengikhlaskan seluruh macam `ibadah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’alasemata, bersyukur kepada-Nya atas nikmat-nikmat-Nya dan berlaku sabar di atas hukum-hukum-Nya, khauf (perasaan takut kepada-Nya akan siksa atau adzab-Nya), raja` (berharap) kepada-Nya. Semua amalan ini wajib atas seluruh makhluk berdasarkan kesepakatan para imam agama”. (Majmu' Al-Fatawa)

(Baca juga : Inilah Etika Persahabatan Sesuai Syariat )

Karena itu, agar seluruh aktifitas kita sehari-hari tidak menemui kesia-siaan, yakni hampa, jauh dari berkah Allah atau Rahmat-Nya, seolah-olah tiada nilainya aktifitas yang kita laksanakan setiap hari. Maka dibutuhkan sikap ikhlas ini sebagai kekuatan iman kita.

Bagaimana ikhlas ini dapat menjadi sebuah kekuatan iman? Simak kisah hikmah berikut yang dinukil dari kitab "Semua Ada saatnya", Karya: Syaikh Mahmud Al-Mishri, yang diterjemahkan oleh Ustad Abdul Somad, Lc, dan diterbitkan Pustaka Al Kautsar.

Alkisah, ada sebatang pohon yang disembah oleh manusia, maka ada seorang mukmin ahli ibadah dari kalangan Bani Israil mengambil kampak untuk memotongnya. Lalu, iblis menemuinya seraya berkata kepadanya, “Apa yang engkau inginkan?” Laki-laki itu menjawab, “Aku ingin menebang pohon kayu yang disembah itu.”

(Baca juga : Tsarid, Menu Sehat yang Sering Dimasak Aisyah )

Iblis berkata kepadanya, “Engkau tidak akan mampu, karena aku mencegahmu melakukan itu.” Laki-laki ahli ibadah itu memukul dan menjatuhkan iblis ke tanah. Kemudian ia berjalan menuju pohon itu untuk menebangnya. Iblis kembali menghadangnya. Akan tetapi, ahli ibadah itu memukul dan menjatuhkannya ke tanah. Iblis kembali menghadangnya untuk yang ketiga kalinya. Iblis berkata kepadanya, “Adakah yang lebih baik bagimu, jangan engkau tebang pohon itu, engkau akan mendapatkan dua Dinar setiap pada pagi hari, engkau dapatkan di bawah bantalmu.”

(Baca juga : BKSAP Sebut Seruan Penyelidikan Asal-usul Virus Corona Perlu Didukung )

Ahli ibadah itu berkata, “Dari mana aku mendapatkan itu?” Iblis menjawab, “Aku yang memberikannya kepadamu.” Ahli ibadah itu pun kembali, ia dapati dua Dinar di bawah bantalnya.

Kemudian, pada pagi berikutnya ia tidak mendapatkan apa-apa, maka ia pergi untuk menebang pohon itu dalam keadaan marah. Kemudian iblis datang lagi dalam bentuk manusia, ia berkata, “Apa yang engkau inginkan?” Ahli ibadah itu menjawab, “Aku ingin menebang pohon yang disembah itu.” Iblis berkata, “Engkau berdusta, engkau tidak akan dapat melakukan itu.”

(Baca juga : Manfaat BPJamsostek dan Diskon Iuran Mencuri Minat UMKM Alumni Unpad )

Ahli ibadah itu bertekad pergi untuk menebang pohon tersebut, namun iblis menghadangnya, iblis menjatuhkan ahli ibadah itu ke tanah dan mencekiknya, ia hampir membunuh ahli ibadah itu. Iblis berkata, “Apakah engkau tahu siapa aku? Pertama kali engkau datang, engkau marah karena Allah, maka aku tidak mampu mengalahkanmu. Aku menipumu dengan dua Dinar, engkau membiarkan pohon itu. Ketika engkau datang karena marah tidak mendapatkan uang dua Dinar itu, aku bisa mengalahkanmu.”

Dari kisah ini kita dapat mengetahui, jika perbuatan itu tidak ikhlas karena Allah, maka orang yang melakukannya tidak akan mendapatkan manfaat dari perbuatan tersebut di dunia ini atau pun di akhirat kelak. Sesungguhnya hamba Allah itu mendapatkan kekuatan dari keimanannya kepada Allah.

(Baca juga : Turnamen Bulu Tangkis Seri Asia Diundur, Nasib Pemain Indonesia? )

Wallahu A'lam
(wid)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1431 seconds (0.1#10.140)