Nuzulul Qur'an: Tafsir dan Kisah Turunnya Surat Al-Alaq 1-5
loading...
A
A
A
Dengan demikian, maka hati beliau pun menjadi tenang dan jiwanya menjadi stabil dan setelah itu beliau kembali pulang. Dan jika tenggang waktu tidak turunnya wahyu itu terlalu lama, maka beliau akan melakukan hal yang sama. Di mana jika beliau sampai di puncak gunung, maka malaikat Jibril tampak olehnya dan mengucapkan hal yang sama kepada beliau.
Tafsir Surat Al-Alaq
Surat pertama yang turun ini memiliki penamaan surat al-alaq, surat iqro, surat bil-qolam karena Allah Swt mengawali surat ini dengan kata-kata tersebut. Sedangkan al-alaq artinya yaitu darah yang menggumal dengan bentuk seperti ulat kecil.
اقرأ باسم ربك الذي خلق . خلق الانسان من علق
“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan, dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah” (QS. Al-‘Alaq; 1-2)
Kata Iqra’ dalam kamus memiliki beragam macam makna; menyampaikan, menelaah, membaca, mendalami, meneliti, dan beberapa makna lainnya.
Kata ini kemudian diikuti dengan bismi rabbika. Para ulama berpendapat bahwa pada masa jahiliyah, para kaum Quraish sering kali sebelum melakukan pekerjaannya mengagungkan apa yang mereka sembah, seperti mengucapkan bismi Allata. Maka dalam ayat ini Allah tegaskan untuk senantiasa hanya menyertakan Allah dalam setiap tindakan.
Syeh Abdul Halim Mahmud, mengatakan dalam kitabnya, “dengan kalimat iqra’ bismi Rabbika dalam kalimat dan semangatnya seakan mengatakan, bacalah demi Tuhanmu, bergeraklah demi Tuhanmu, bekerjalah demi Tuhanmu. Begitupun ketika hendak berhenti dari aktivitas. Sehingga, segala seluruh kehidupan, sujud, cara dan tujuan seseorang dilakukan karena Allah.”
Dalam kedua ayat tersebut, tidak disebutkan objek yang dituju. Sehingga ini mengindikasikan seruan bacaan itu bersifat umum. Artinya manusia diperintah untuk membaca apapun yang ada di sekitarnya, dengan menyebut nama Tuhannya, dan membaca apa saja yang telah diciptakan Tuhannya hingga ia mengenal-Nya.
Jika dikaitkan dengan sebab turunnya, Rasulullah pada saat itu senantiasa mengamati, merenungi apa saja yang terjadi di sekitarnya dengan cara bertahannus, berdiam diri dari keramaian atau uzlah. Maka tak heran, meskipun Rasulullah diceritakan oleh sebagian mufasir tidak dapat membaca dan menulis (ummi), Rasulullah mampu membaca keadaan sekitarnya dengan baik. Sehingga, beliau memiliki jiwa sosial yang tinggi, jiwa revolusioner, jiwa pemimpin dan sebagainya.
اقرأ و ربك الاكرم. الذي علم بالقلم. علم الانسان مالم يعلم
“Bacalah dan hanya Tuhanmulah yang Maha Pemurah. (Yang) mengajarkan (manusia) dengan pena. Ia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. ‘Alaq; 3-5)
Kemudian kata Iqra’ kembali disebutkan dalam ayat ketiganya, diikuti oleh sifat Allah yakni Yang Paling Pemurah. Satu-satunya ayat yang menyifati Tuhan dalam bentuk tersebut.
Kata iqra’ dalam ayat ke-3 menurut Quraish Shihab, ada seorang ulama yang mengatakan bahwa Iqra’ pada ayat yang pertama mengindikasikan membaca untuk diri sendiri (belajar), dan iqra’ dalam ayat ketiga adalah membaca untuk orang lain (mengajar).
Menurutnya, Allah itu Maha Pemurah. Dari dulu, Al-Qur'an itu sama, tapi ada saja makna baru yang bermunculan. Itulah Kemahamurahan Tuhan, jadi seakan-akan di dalam ayat tersebut, bacalah objek itu (Al-Quran) kemudian ulangi membaca itu niscaya kamu akan mendapat makna-makna (jawaban) baru. Karena Tuhanmu adalah Al-Akram.
(Allah Yang) mengajar dengan pena (ayat 4). (Dia) mengetahui apa yang tidak diketahui manusia (ayat 5). Dalam ayat 4 dan 5, Tuhan mengajar manusia melalui pena yang hasilnya adalah tulisan-tulisan. Kemudian di ayat ke-5 Allah juga mengajarkan pada manusia baik melalui Wahyu (pada Nabi), mimpi, ilmu ladunni, dan ilmu dengan usaha dari manusia sendiri, bahwa Allah lah Yang Maha Mengajarkan dari apa yang tidak diketahui manusia.
Inti dari lima ayat pertama dari surat Al-Alaq ini, mengajarkan;
Pertama, senantiasa memulai sesuatu dengan menyebut Nama Allah, sehingga dimudahkan dalam pemahaman dalam hal apa saja.
Kedua, keharusan manusia untuk senantiasa membaca baik teks (Al-Quran, dan buku pengetahuan lain), serta konteks (membaca lingkungan sekitar). Jika salah satu dari dua pembacaan ini dikesampingkan tentu tidak akan sampai pada pemahaman yang seimbang, terutama dalam memahami kandungan Al-Quran itu sendiri.
Ketiga, jangan pernah menyerah untuk terus berusaha sebagaimana ketika Jibril meminta Rasulullah untuk terus mengikuti bacaannya sampai bisa. Karena sesungguhnya Allah akan senantiasa membatu hambanya yang gigih berusaha, dan berdoa. Wallahu'alam
Tafsir Surat Al-Alaq
Surat pertama yang turun ini memiliki penamaan surat al-alaq, surat iqro, surat bil-qolam karena Allah Swt mengawali surat ini dengan kata-kata tersebut. Sedangkan al-alaq artinya yaitu darah yang menggumal dengan bentuk seperti ulat kecil.
اقرأ باسم ربك الذي خلق . خلق الانسان من علق
“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan, dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah” (QS. Al-‘Alaq; 1-2)
Kata Iqra’ dalam kamus memiliki beragam macam makna; menyampaikan, menelaah, membaca, mendalami, meneliti, dan beberapa makna lainnya.
Kata ini kemudian diikuti dengan bismi rabbika. Para ulama berpendapat bahwa pada masa jahiliyah, para kaum Quraish sering kali sebelum melakukan pekerjaannya mengagungkan apa yang mereka sembah, seperti mengucapkan bismi Allata. Maka dalam ayat ini Allah tegaskan untuk senantiasa hanya menyertakan Allah dalam setiap tindakan.
Syeh Abdul Halim Mahmud, mengatakan dalam kitabnya, “dengan kalimat iqra’ bismi Rabbika dalam kalimat dan semangatnya seakan mengatakan, bacalah demi Tuhanmu, bergeraklah demi Tuhanmu, bekerjalah demi Tuhanmu. Begitupun ketika hendak berhenti dari aktivitas. Sehingga, segala seluruh kehidupan, sujud, cara dan tujuan seseorang dilakukan karena Allah.”
Dalam kedua ayat tersebut, tidak disebutkan objek yang dituju. Sehingga ini mengindikasikan seruan bacaan itu bersifat umum. Artinya manusia diperintah untuk membaca apapun yang ada di sekitarnya, dengan menyebut nama Tuhannya, dan membaca apa saja yang telah diciptakan Tuhannya hingga ia mengenal-Nya.
Jika dikaitkan dengan sebab turunnya, Rasulullah pada saat itu senantiasa mengamati, merenungi apa saja yang terjadi di sekitarnya dengan cara bertahannus, berdiam diri dari keramaian atau uzlah. Maka tak heran, meskipun Rasulullah diceritakan oleh sebagian mufasir tidak dapat membaca dan menulis (ummi), Rasulullah mampu membaca keadaan sekitarnya dengan baik. Sehingga, beliau memiliki jiwa sosial yang tinggi, jiwa revolusioner, jiwa pemimpin dan sebagainya.
اقرأ و ربك الاكرم. الذي علم بالقلم. علم الانسان مالم يعلم
“Bacalah dan hanya Tuhanmulah yang Maha Pemurah. (Yang) mengajarkan (manusia) dengan pena. Ia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. ‘Alaq; 3-5)
Kemudian kata Iqra’ kembali disebutkan dalam ayat ketiganya, diikuti oleh sifat Allah yakni Yang Paling Pemurah. Satu-satunya ayat yang menyifati Tuhan dalam bentuk tersebut.
Kata iqra’ dalam ayat ke-3 menurut Quraish Shihab, ada seorang ulama yang mengatakan bahwa Iqra’ pada ayat yang pertama mengindikasikan membaca untuk diri sendiri (belajar), dan iqra’ dalam ayat ketiga adalah membaca untuk orang lain (mengajar).
Menurutnya, Allah itu Maha Pemurah. Dari dulu, Al-Qur'an itu sama, tapi ada saja makna baru yang bermunculan. Itulah Kemahamurahan Tuhan, jadi seakan-akan di dalam ayat tersebut, bacalah objek itu (Al-Quran) kemudian ulangi membaca itu niscaya kamu akan mendapat makna-makna (jawaban) baru. Karena Tuhanmu adalah Al-Akram.
(Allah Yang) mengajar dengan pena (ayat 4). (Dia) mengetahui apa yang tidak diketahui manusia (ayat 5). Dalam ayat 4 dan 5, Tuhan mengajar manusia melalui pena yang hasilnya adalah tulisan-tulisan. Kemudian di ayat ke-5 Allah juga mengajarkan pada manusia baik melalui Wahyu (pada Nabi), mimpi, ilmu ladunni, dan ilmu dengan usaha dari manusia sendiri, bahwa Allah lah Yang Maha Mengajarkan dari apa yang tidak diketahui manusia.
Inti dari lima ayat pertama dari surat Al-Alaq ini, mengajarkan;
Pertama, senantiasa memulai sesuatu dengan menyebut Nama Allah, sehingga dimudahkan dalam pemahaman dalam hal apa saja.
Kedua, keharusan manusia untuk senantiasa membaca baik teks (Al-Quran, dan buku pengetahuan lain), serta konteks (membaca lingkungan sekitar). Jika salah satu dari dua pembacaan ini dikesampingkan tentu tidak akan sampai pada pemahaman yang seimbang, terutama dalam memahami kandungan Al-Quran itu sendiri.
Ketiga, jangan pernah menyerah untuk terus berusaha sebagaimana ketika Jibril meminta Rasulullah untuk terus mengikuti bacaannya sampai bisa. Karena sesungguhnya Allah akan senantiasa membatu hambanya yang gigih berusaha, dan berdoa. Wallahu'alam
(mhy)