Malaikat Berebut Membaca Zikir Pendek Ini

Rabu, 07 Oktober 2020 - 12:56 WIB
loading...
Malaikat Berebut Membaca Zikir Pendek Ini
Manusia memiliki kebutuhan yang sangat besar terhadap zikir, kapan pun dan di mana pun. Apabila seorang hamba lalai dari berzikir kepada Allah SWT, maka waktu itu akan menjadi bencana baginya. Foto ilustrasi/ist
A A A
Zikir merupakan amalan yang agung dan bermanfaat untuk mendekatkan diri kepada Allah ta’ala. Dan, manusia memiliki kebutuhan yang sangat besar terhadap zikir, kapan pun dan di mana pun.

Apabila seorang hamba lalai dari berzikir kepada Allah SWT, maka waktu itu akan menjadi bencana baginya. Dia akan menyesal dengan penyesalan yang besar, baik ketika di dunia maupun di akhirat. Allah Ta'ala juga telah memerintahkan kita untuk senantiasa banyak berzikir kepada-Nya, sebagaimana dalam firman-Nya :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا

“Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah dengan menyebut nama Allah dengan zikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS. Al-Ahzab: 41)

(Baca juga : Efek Dahsyat dari Sikap yang Rendah Hati )

Muslimah, ternyata zikir ini juga biasa dilakukan oleh malaikat . Bahkan, ada bacaan zikir pendek yang malaikat berebut untuk membacanya. Tentang hal ini, Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A menjelaskannya dalam ceramahnya di laman online jaringan Rodja, Senin kemarin. Berikut paparannya:

Al-Imam Bukhari mengatakan, Musaddad dan Khalifah menceritakan kepada kami, kedua guru itu berkata: telah mengajarkan kepada kami Bisyr bin Al-Mufadhdhal, dia berkata: telah mengajarkan kepada kami Al-Jurairi dari Abul Warad, dari Abu Muhammad Al-Hadhrami, dari Abu Ayyub Al-Anshari, ia berkata: “Ada seorang yang berkata di sisi Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

الْحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ

(Alhamdulillah hamdan katsiran thayyiban mubaarakan fiih)

Disebutkan bahwa kejadian itu pada waktu salat maghrib. Ada sahabat yang bernama Rifa’ah bin Rafi’ Az-Zuraqi, salah satu sahabat yang ikut hadir pada perang bersama Nabi ‘Alaihish Shalatu was Salam.

(Baca juga : Jangan Tinggalkan Zikir Setelah Salat Subuh, Ini Keutamaannya! )

Ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengangkat kepalanya i’tidal dari ruku’ dan beliau mengatakan “Sami’allahu liman hamidah (Allah mendengar orang yang memujiNya)” ketika itu Rifa’ah mengatakan:

الْحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ

“Segala puji bagi Allah yang banyak, yang baik dan mengandung keberkahan di dalamnya.”

Setelah selesai salat, Nabi ‘Alaihish Shalatu was Salam mengatakan: “Siapa yang tadi membaca zikir tadi?” Semua sahabat diam. Para ulama menyimpulkan dari hadis ini bolehnya seseorang membaca zikir dengan keras ketika salat. Asalkan tidak mengganggu orang lain. Karena sahabat ini membaca zikir dia dengan suara lantang sampai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang menjadi imam mendengarnya.

(Baca juga : Muslimah, Hati-hati dengan Perkara-Perkara Ini! )

Ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bertanya siapa yang membaca, tidak ada yang menjawab. Bisa jadi yang lainnya sedang konsentrasi beribadah sehingga memang tidak peduli dengan ucapan orang yang berucap sesuatu atau Rifa’ah berada di belakang shaf belakang sehingga yang lainnya tidak tahu siapa yang mengatakan itu.

Rifa’ah takut dia telah melakukan sesuatu yang terlarang, maka dia diam. Karena dia spontanitas mengatakan itu, dia takut membuat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam terganggu dengan ucapan dia. Nabi berkata lagi: “Siapa orangnya?”

(Baca juga : Perbaiki Serapan Anggaran PEN, Menkeu Sri Akui Akan Evaluasi )

Karena tidak ada yang menjawab, Nabi menjelaskan. Di sini Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berusaha untuk memberikan udzur (alasan) kepada sahabat yang tidak menjawab, padahal wajib seharusnya kalau ditanya atau dipanggil untuk menjawab perintah Nabi ‘Alaihish Shalatu was Salam. Tapi karena Rifa’ah takut, maka dia akhirnya tidak menjawab. Lalu Nabi ‘Alaihish Shalatu was Salam mengatakan:

فَلَمْ يَقُلْ إِلاَّ صَوَابًا

“Maka sesungguhnya dia tidak berkata kecuali kebenaran.”

Lalu ketika mendengar itu, baru Rifa’ah mengaku, dia mengatakan:

أَنَا، أَرْجُو بِهَا الْخَيْ

“Aku Wahai Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Aku berharap kebaikan dengan ucapanku itu.”

(Baca juga : Pasca Sahkan RUU Cipta Kerja, Gedung DPR Diobral Murah di E-commerce )

Lalu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، رَأَيْتُ ثَلاَثَةَ عَشَرَ مَلَكًا يَبْتَدِرُونَ أَيُّهُمْ يَرْفَعُهَا إِلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ‏.

“Demi Allah yang jiwaku berada di tanganNya, aku melihat 13 malaikat (dalam riwayat yang lebih shahih dikatakan 30 lebih malaikat) mereka bersegera untuk mengambil kalimat tersebut mau diangkat kepada Allah ‘Azza wa Jalla.”

Bayangkan, malaikat berebut mengangkat zikir ini. Ada orang yang berbicara dengan pembicaraan yang mungkin dia tidak terlalu memikirkan ucapannya, tapi ternyata ucapan itu mengandung keridhaan Allah ‘Azza wa Jalla, maka Allah akan mengangkat derajat orang tersebut. Namun ada manusia yang ucapannya mengandung kemurkaan Allah tapi dia tidak peduli.

(Baca juga : Facebook Beri Rp12,5 M ke UKM, Ini Cara Mendapatkannya )

Kita berada dimasa manusia bebas menulis, bebas berucap, bebas berbicara kemudian dia viralkan. Kalau sebelumnya berkaitan dengan mushala yang terkena dampak vandalisme dari seorang yang mengaku muslim berumur 18 tahun, beberapa hari ini ada lagi orang yang menjelek-jelekan masjid. Ada orang yang berkata dengan sebuah ucapan, padahal:

مِن سَخَطِ اللَّهِ، لَا يُلْقِي لَهَا بَالًا، يَهْوِي بِهَا فِي النَّارِ سَبْعِينَ خَرِيفًا

“Ucapan itu mengandung kemurkaan Allah, dia tidak peduli dengan ucapannya, gara-gara ucapan satu kalimat dia itu dia akan terjun bebas di neraka jahanam selama 70 tahun.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjelaskan kepada para sahabat bahwa belasan atau tiga puluh lebih malaikat berlomba-lomba segera untuk mengangkat amalan itu kepada Allah ‘Azza wa Jalla karena mereka tahu bobot dari zikir ini. Dari sini kita dapat melihat bahwasanya zikir yang mengandung makna yang luas, maka lebih mulia.

(Baca juga : 1.000 Aparat Gabungan Siaga di Bekasi, Hadang Buruh Masuk Jakarta )

Kita masih ingat bahagimana Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melihat Juwairiyah (istri Nabi) sebelum Nabi berangkat ke masjid dia sudah duduk berzikir. Nabi pulang dari masjid diwaktu dhuha melihat Juwairiyah masih berzikir. Lalu Nabi ‘Alaihish Shalatu was Salam mengatakan:

لَقَدْ قُلْتُ بَعْدَكِ أرْبَعَ كَلِمَاتٍ ثَلاثَ مَرَّاتٍ

“Setelah pergi meninggalkan rumah ini aku telah mengatakan empat kalimat yang diulang tiga kali:

سُبْحَانَ الله وَبِحَمْدِهِ عَدَدَ خَلْقِهِ ، وَرِضَا نَفْسِهِ ، وَزِنَةَ عَرْشِهِ ، وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ

(Subhanallah wa bihamdihi, 'adada kholqihi, wa ridhaa nafsihi, wa zinata 'arsyihi, wa midaada kalimaatihi)

Pujian ini kalau dibaca tiga kali, kalau ditimbang dengan amalan Juwairiyah berdzikir dari sebelum Nabi berangkat sampai Nabi pulang, pasti lebih baik zikir Nabi ‘Alaihish Shalatu was Salam.

Maka zikir ini adalah yang benar-benar perlu kita hafal. Memuji Allah ‘Azza wa Jalla dengan segala kenikmatan yang Allah berikan. Malaikat berebut untuk mengangkatnya.

Wallahu A'lam
(wid)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2112 seconds (0.1#10.140)