Tiga Orang yang Tidak Akan Dilihat Allah pada Hari Kiamat
loading...
A
A
A
Rasulullah Shallalahu alaihi wa sallam menyebutkan akan ada tiga orang atau golongan manusia yang kelak pada hari kiamat tidak akan dilihat oleh Allah Ta'aladan tidak akan disucikan dari dosa dan bagi mereka azab yang pedih. Siapakah tiga orang tersebut?
Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc, memaparkannya dalam ceramah di Masjid Al-Barkah, Cileungsi, Bogor, akhir pekan kemarin. Alumnus Universitas Islam Madinah tersebut, menjelaskannya sebagai berikut:
.
Yang pertama, seorang laki-laki yang mempunyai kelebihan air di sebuah padang pasir kemudian ia tidak mau memberikan kepada ibnu sabil yang sangat membutuhkan.
(Baca juga : Kapan Muslimah Harus Menyuburkan Amal Salehnya? )
Demikian pula ketika ada seseorang yang mempunyai kelebihan harta, dia memiliki banyak harta, sementara ada orang yang sangat butuh yang dia kelaparan dan kehausan, tapi dia tidak mau memberikan kelebihan walaupun sedikit pun juga. Saking dia itu bakhilnya.
Islam melarang kita mempunyai sifat bakhil , Islam memerintahkan kita untuk mempunyai jiwa dermawan, Islam memerintahkan kita untuk mempunyai jiwa sosial yang tinggi, untuk betul-betul peka kepada lingkungan kita. Islam tidak pernah mengajarkan kita untuk hanya memikirkan diri sendiri, akan tetapi Islam berusaha membantu orang-orang yang miskin, orang-orang yang susah, orang-orang yang berkebutuhan.
(Baca juga : Ngidam Perempuan Hamil dalam Pandangan Syariat )
Maka Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
أَبْغُوْنِي الضُّعَفَاءَ، فَإِنَّمَا تُرْزَقُوْنَ وَتُنْصَرُوْنَ بِضُعَفَائِكُمْ
“Carilah aku dengan cara memperhatikan orang-orang yang lemah, karena sesungguhnya kalian diberikan rezeki oleh Allah dan dibela oleh Allah disebabkan oleh orang-orang lemah diantara kalian.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa-i, Ahmad, dan yang lainnya)
Bahkan Rasulullah menganggap memperhatikan orang-orang yang lemah dan membantu mereka termasuk jihad fi sabilillah . Rasulullah bersabda dalam hadis yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, bahwasanya orang yang memperhatikan para janda, demikian pula orang-orang yang lemah sama seperti orang yang berjihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
(Baca juga : Menjemput Keberkahan dengan Amalan-amalan di Pagi Hari )
Yang kedua, orang yang berjual beli di waktu ashar. Bukan artinya berjual beli di waktu ashar itu dilarang, bukan. Akan tetapi yang Rasulullah ingin sebutkan yaitu setelahnya, yaitu “bersumpah palsu”. Dia bersumpah dusta bahwasanya dia sudah mengambil barang ini dengan modal sekian dan sekian padahal tidak. Dia membawa nama Allah, dia mengatakan “demi Allah” di waktu ashar.
Kata para ulama, bersumpah dengan nama Allah di waktu ashar itu sangat berat di mata Allah Jalla wa ‘Ala. Oleh karena itulah pelaksanaan Li’an, saling melaknat suami dan istri ketika suami melihat istrinya berzina namun ia tidak memiliki saksi, maka kemudian saling melaknatlah, kata para ulama itu dilaksanakan di waktu ashar, masing-masing mereka bersumpa dengan nama Allah Ta'ala.
(Baca juga : Sejak Awal Pandemi, Stafsus Airlangga: Kami Berusaha Menyelamatkan Kehidupan Masyarakat )
Karena bersumpah di waktu ashar itu berat di mata Allah, maka ketika seseorang bersumpah dusta dan berkata “demi Allah” kemudian ia bertepatan dengan waktu ashar, maka itu di mata Allah sangat berat sekali.
Oleh karena itu Allah bersumpah dengan waktu ashar. Allah berfirman:
وَالْعَصْرِ ﴿١﴾
“Demi waktu ashar.” (QS. Al-Asr : 1)
Yang ketiga, seorang laki-laki yang membai’at imam (pemimpin), ternyata dia membai’atnya hanya karena dunia saja. Jika ia diberi dunia oleh imam, dia akan mau menaati imam tersebut. Jika tidak diberikan dunia oleh imam, dia tidak mau menaati pemimpinnya. Maka orang ini di hari kiamat nanti tidak akan disucikan oleh Allah, tidak akan dilihat oleh Allah, bahkan akan diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala adzab yang pedih, Allah pun tidak mau mengajak bicara dia. Hal ini karena Allah murka kepadanya.
(Baca juga : Wakapolri: Anggota Polri Pelanggar Protokol Kesehatan Bakal Dicopot )
Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc, memaparkannya dalam ceramah di Masjid Al-Barkah, Cileungsi, Bogor, akhir pekan kemarin. Alumnus Universitas Islam Madinah tersebut, menjelaskannya sebagai berikut:
.
Yang pertama, seorang laki-laki yang mempunyai kelebihan air di sebuah padang pasir kemudian ia tidak mau memberikan kepada ibnu sabil yang sangat membutuhkan.
(Baca juga : Kapan Muslimah Harus Menyuburkan Amal Salehnya? )
Demikian pula ketika ada seseorang yang mempunyai kelebihan harta, dia memiliki banyak harta, sementara ada orang yang sangat butuh yang dia kelaparan dan kehausan, tapi dia tidak mau memberikan kelebihan walaupun sedikit pun juga. Saking dia itu bakhilnya.
Islam melarang kita mempunyai sifat bakhil , Islam memerintahkan kita untuk mempunyai jiwa dermawan, Islam memerintahkan kita untuk mempunyai jiwa sosial yang tinggi, untuk betul-betul peka kepada lingkungan kita. Islam tidak pernah mengajarkan kita untuk hanya memikirkan diri sendiri, akan tetapi Islam berusaha membantu orang-orang yang miskin, orang-orang yang susah, orang-orang yang berkebutuhan.
(Baca juga : Ngidam Perempuan Hamil dalam Pandangan Syariat )
Maka Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
أَبْغُوْنِي الضُّعَفَاءَ، فَإِنَّمَا تُرْزَقُوْنَ وَتُنْصَرُوْنَ بِضُعَفَائِكُمْ
“Carilah aku dengan cara memperhatikan orang-orang yang lemah, karena sesungguhnya kalian diberikan rezeki oleh Allah dan dibela oleh Allah disebabkan oleh orang-orang lemah diantara kalian.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa-i, Ahmad, dan yang lainnya)
Bahkan Rasulullah menganggap memperhatikan orang-orang yang lemah dan membantu mereka termasuk jihad fi sabilillah . Rasulullah bersabda dalam hadis yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, bahwasanya orang yang memperhatikan para janda, demikian pula orang-orang yang lemah sama seperti orang yang berjihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
(Baca juga : Menjemput Keberkahan dengan Amalan-amalan di Pagi Hari )
Yang kedua, orang yang berjual beli di waktu ashar. Bukan artinya berjual beli di waktu ashar itu dilarang, bukan. Akan tetapi yang Rasulullah ingin sebutkan yaitu setelahnya, yaitu “bersumpah palsu”. Dia bersumpah dusta bahwasanya dia sudah mengambil barang ini dengan modal sekian dan sekian padahal tidak. Dia membawa nama Allah, dia mengatakan “demi Allah” di waktu ashar.
Kata para ulama, bersumpah dengan nama Allah di waktu ashar itu sangat berat di mata Allah Jalla wa ‘Ala. Oleh karena itulah pelaksanaan Li’an, saling melaknat suami dan istri ketika suami melihat istrinya berzina namun ia tidak memiliki saksi, maka kemudian saling melaknatlah, kata para ulama itu dilaksanakan di waktu ashar, masing-masing mereka bersumpa dengan nama Allah Ta'ala.
(Baca juga : Sejak Awal Pandemi, Stafsus Airlangga: Kami Berusaha Menyelamatkan Kehidupan Masyarakat )
Karena bersumpah di waktu ashar itu berat di mata Allah, maka ketika seseorang bersumpah dusta dan berkata “demi Allah” kemudian ia bertepatan dengan waktu ashar, maka itu di mata Allah sangat berat sekali.
Oleh karena itu Allah bersumpah dengan waktu ashar. Allah berfirman:
وَالْعَصْرِ ﴿١﴾
“Demi waktu ashar.” (QS. Al-Asr : 1)
Yang ketiga, seorang laki-laki yang membai’at imam (pemimpin), ternyata dia membai’atnya hanya karena dunia saja. Jika ia diberi dunia oleh imam, dia akan mau menaati imam tersebut. Jika tidak diberikan dunia oleh imam, dia tidak mau menaati pemimpinnya. Maka orang ini di hari kiamat nanti tidak akan disucikan oleh Allah, tidak akan dilihat oleh Allah, bahkan akan diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala adzab yang pedih, Allah pun tidak mau mengajak bicara dia. Hal ini karena Allah murka kepadanya.
(Baca juga : Wakapolri: Anggota Polri Pelanggar Protokol Kesehatan Bakal Dicopot )