Saudah binti Zam'ah : Memiliki Kekuatan Jiwa yang Luar Biasa

Kamis, 29 Oktober 2020 - 13:00 WIB
loading...
Saudah binti Zamah : Memiliki Kekuatan Jiwa yang Luar Biasa
Ummul Mukminin Saudah binti Zamah adalah seorang perempuan yang dermawan dan murah hati. Foto ilustrasi/ist
A A A
Saudah binti Zam'ah atau bernama lengkap Saudah binti Zam’ah bin Qais bin Abdi Syams bin Abud al-Qursyiyah al -Amiriyyah. Ia salah seorang Sayyidah yang mulia dan terhormat . Ia masuk Islam bersama suaminya, Sakran bin Amr, di masa awal dakwah Islam.

Suatu ketika beliau bersama delapan orang dari bani Amir hijrah meninggalkan kampung halaman dan hartanya, kemudian menyeberangi dasyatnya lautan karena ridha menghadapi maut dalam rangka memenangkan diennya. Semakin bertambah siksaan dan intimidasi yang mereka karena mereka menolak kesesatan dan kesyirikan.

Hampir-hampir tiada hentinya ujian menimpa Saudah belum usai ujian tinggal di negeri asing (Habsyah) beliau harus kehilangan suami beliau sang muhajirin. Maka beliaupun menghadapi ujian menjadi seorang janda disamping juga ujian di negeri asing.

(Baca juga : Khadijah binti Khuwailid : Perempuan Bersih nan Suci, Cinta Sejati Rasulullah )

Dinukil dari kitab "Nisaa' Haular Rasul' karya Mahmud Mahdi Al-Istanbuli dan Musthafa Abu Nashr Asy-Syalabi, dikisahkan Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam menaruh perhatian yang istimewa terhadap perempuan muhajirah yang beriman dan telah menjanda tersebut. Oleh karena itu tiada henti-hentinya Khaulah binti Hakim as-Salimah menawarkan Saudah untuk beliau hingga pada gilirannya beliau menyetujui.

Usia Rasulullah yang telah mendekati usia senja membutuhkan seseorang yang dapat menjaga dan mendampinginya. Saudah berpostur tubuh tinggi dan kurus. la terkenal suka bercanda dan humor. la adalah peremuan yang suka berderma.

Telah tercatat dalam sejarah tak seorangpun dari sahabat yang berani mengajukan masukan kepada Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam tentang pernikahan beliau setelah wafatnya Ummul Mukminin Khadijah Al Kubra. Akan tetapi hampir-hampir kesusahan menjadi berkepanjangan hingga Khaulah binti Hakim memberanikan diri mengusulkan kepada Rasulullah dengan cara yang lembut dan ramah.

(Baca juga : Inilah Perkara-perkara yang Membinasakan Manusia )

Khaulah : ”Tidakkah anda ingin menikah ya Rasulullah?”

Beliau Shallallaahu ‘alaihi wa sallam (sedih) : “Dengan siapa saya akan menikah setelah Khadijah?”

Khaulah : “Jika anda ingin bisa dengan seorang gadis dan bisa pula dengan seorang janda.”

Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Jika dengan seorang gadis,siapakah gadis tersebut?”

Khaulah : “putri dari orang yang anda cintai (Abu Bakr.penj) yakni Aisyah binti Abu Bakar.”

Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam (diam sesaat) : “Jika dengan seorang janda?”

Khaulah : “Ia adalah Saudah binti Zam’ah, seorang perempuan yang telah beriman kepada Anda dan mengikuti yang anda bawa.”

(Baca juga : Satu-satunya Perempuan yang Pernah Memarahi Baginda Rasulullah )

Beliau Shallallaahu ‘alaihi wa sallam menginginkan Aisyah (namun saat itu usia Aisyah belum cukup umur), maka terlebih dahulu menikahi Saudah binti Zam’ah yang menjadi satu-satunya isteri beliau (setelah wafatnya Khadijah) selama tiga tahun atau lebih. Setelah itu masuklah Aisyah dalam rumah tangga yang penuh berkah tersebut.

Orang-orang di Makkah merasa heran terhadap pernikahan Nabi dengan Saudah binti Zam’ah. Mereka bertanya-tanya seolah-olah tidak percaya dengan kejadian tersebut, seorang janda yang telah lanjut usia dan tidak begitu cantik menggantikan posisi Sayyidah perempuan Quraisy dan hal itu menarik perhatian bagi para pembesar-pembesar di antara mereka.

Kenyataan membuktikan bahwa sesungguhnya baik Saudah ataupun istri-istri yang lain tidak dapat menggantikan posisi Khadijah, melainkan kasih sayang dan penghibur hati adalah rahmat bagi beliau Shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang penuh kasih. Adapun Saudah radhiyallaahu ‘anha mampu menunaikan kewajiban dalam rumah tangga Nubuwwah dan mendatangkan kebahagiaan dan kegembiraan di hati Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam.

(Baca juga : Abdul Mu’ti: Muslim Indonesia Tidak Ragukan Pancasila )

la merawikan 5 hadis dari Nabi SAW. Di antaranya, ia berkata, “Ada seorang laki-laki yang datang menemui Nabi sembari berkata, “Ayahku telah lanjut usia dan ia sudah tidak mampu menunaikan haji.” Nabi bersabda, “Bukankah seandainya ayahmu punya utang, lalu kamu melunasinya, dan itu akan diterima? ” “Ya”, jawab laki-laki itu. “Allah Maha Pengasih, maka tunaikanlah haji atas nama ayahmu!” kata Nabi.

Pada suatu ketika terjadi peristiwa yang mengguncangkan jiwanya. Yaitu, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam, suami yang dihormatinya, ingin menceraikan beliau dengan cara yang baik untuk memberikan kebebasan. Nabi merasa bahwa hal itu akan menyakiti hatinya. Maka, tatkala hal tersebut benar-benar diutarakan, seolah-olah itu adalah mimpi buruk yang begitu menyesakkan dadanya, maka Saudah dengan merendahkan diri berkata: “Pertahankanlah aku ya Rasulullah! Demi Allah tiadalah keinginanku diperistri itu karena ketamakan, tetapi hanya berharap agar Allah membangkitkan aku pada hari kiamat dalam keadaan menjadi Istrimu.”

(Baca juga : Sejarah Jakarta, Disebut di Batu Tulis Purnawarman yang Berkembang Menjadi Bandar Besar )

Begitulah Saudah radhiyallaahu ‘anha lebih mendahulukan keridhaan suaminya yang mulia, maka ia berikan giliran kepada Aisyah untuk menjaga hati Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan ia sudah tidak memiliki keinginan sebagaimana layaknya wanita lain.

Maka Rasulullah menerima usulan istrinya yang memiliki perasaan yang halus tersebut, maka turunlah ayat Allah:

“Maka tidak mengapa bagi keduannya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka).”(QS An-Nisa’:128).

Saudah radhiyallaahu ‘anha tinggal dirumah tangga nubuwwah dengan penuh keridhaan dan ketenangan. Bersyukur kepada Allah yang telah menempatkan posisinya disamping sabaik-baik makhluk di dunia. Mendapatkan gelar ummul mukminin dan yang utama menjadi istri Rasulullah di jannah kelak. Saudah wafat pada akhir pemerintahan Amirul Mukminin Umar bin Khattab radhiallaahu ‘anhu.

(Baca juga : BPH Migas Resmikan BBM 1 Harga di Muba dan Muratara )

Aisyah radhiyallaahu ‘anha senantiasa mengenang dan mengingat perilaku Saudah dan terkesan akan keindahan kesetiaannya. Aisyah berkata: “Tiada seorang wanitapun yang paling aku sukai agar aku memiliki sifat seperti dia melebihi Saudah binti Zam’ah tatkala berusia senja yang dia berkata: “Ya Rasulullah aku hadiahkan kunjungan anda padaku untuk Aisyah, hanya saja beliau berwatak keras”.

Keistimewaan Saudah binti Zam’ah

Termasuk perempuan pertama yang memeluk Islam, ikut hijrah dua kali yakni ke Habasyah dan madinah Munawwarah. Selalu berusaha sekuat tenaga menyenangkan hati Nabi dengan memberikan jatah hari gilirannya kepada Aisyah Radhiallahu “Anha karena Saudah Radhiallahu “Anha tahu bahwa wanita yang paling dicintai oleh Nabi saw di antara istri-istrinya adalah Aisyah Radhiyallahu “Anha.

(Baca juga : Kontroversi Karikatur Nabi, Zaskia Sungkar: Good bye France brands )

Aisyah berkata tentang Saudah, ”Aku tidak pernah menemukan seorang wanita yang lebih kusukai jika aku menjadi dirinya, selain Saudah binti Zam’ah. Seorang wanita yang kekuatan jiwanya luar biasa”.

Selalu mengejar kebaikan dan ketaatan bahkan Aisyah cemburu dengan kesegeraan Saudah dalam kebaikan dan ketaatan.

Saudah adalah seorang perempuan yang dermawan dan murah hati. Ibnu Sirin menceritakan bahwa Amirul Mukminin Umar bin Khaththab pernah memberi satu karung berisi uang dirham kepada Saudah. Ketika melihatnya, beliau bertanya, “Apa yang ada dalam karung ini?” Petugas Umar menjawab, “Uang dirham (perak).” Beliau terkejut, “Karung ini berisi uang dirham, seperti kurma? Hai pelayan, ambilkan nampan!” Saat itu juga, uang dirham tersebut dibagi-bagikan kepada orang-orang yang memerlukannya hingga habis.

(Baca juga : Ratu Tatu: Pendidikan Gratis hingga Perguruan Tinggi )

Mendapat izin dari tujuh lapis langit

Suatu ketika, Saudah pernah mengalami masalah yang cukup memberatkan hatinya. Aisyah radhiyallahu ‘Anha menuturkan, “Saudah binti Zam’ah radhiyallahu ‘Anha pernah keluar rumah malam hari. Umar melihatnya dan segera mengenalnya, maka ia berkata, “Demi Allah, engkau pasti Saudah. Kami mudah mengenalmu.” Saudah merasa tidak enak hati, sehingga ia segera menjumpai Rasulullah SAW yang saat itu sedang makan malam di rumahku dan tangannya sedang memegang tulang yang nyaris habis dagingnya. Tidak lama kemudian, Allah menurunkan wahyu yang membenarkan tindakan Saudah. Rasulullah SAW berkata, “Allah telah mengizinkan kalian keluar rumah selama ada keperluan.” (Muttafaq ‘alaih)

Wallahu A'lam
(wid)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1742 seconds (0.1#10.140)