Kisah Heroik Nusaibah binti Ka'ab, Sang Perisai Rasulullah

Rabu, 04 November 2020 - 10:32 WIB
loading...
Kisah Heroik Nusaibah binti Kaab, Sang Perisai Rasulullah
Nusaibah berperang penuh keberanian dan tidak menghiraukan diri sendiri ketika membela Rasulullah yang diserang musuh saat di Perang Uhud. Foto ilustrasi/ist
A A A
Nusaibah bin Ka'ab adalah perempuan yang menorehkan tinta emas dalam sejarah Islam . Ia berasal dari kalangan Anshar, suku Khazraj dari bani Mazin bin An-Najjar yang terlahir di kota Madinah. Beliau menikah dengan Zaid bin Ashim al-Mazini An-Najjari dan dikaruniai 2 putra, yaitu Abdullah dan Habib. Setelah Zaid meninggal, Ummu Imarah menikah dengan Ghazyah al-Mazini an-Najjari dan dikaruniai seorang anak bernama Khaulah.

Nusaibah adalah salah satu shahabiyah yang agung, ia mulai merasakan nikmatnya iman dan islam dari awal mula penyebaran Islam. Ia memutuskan untuk berbaiat kepada Rasulullah dan termasuk satu dari dua perempuan yang bergabung dengan 70 orang laki-laki Anshar pada Baiat Aqabah Kedua yang merupakan sumpah setia kaum muslimin untuk membela Rasulullah SAW dan Islam.

(Baca juga : Waspada dengan Virus Kejahilan )

Dinukil dari kitab 'Nisaa' Haular Rasul' yang ditulis Mahmud Mahdi Al-Istanbuli dan Musthafa Abu Nashr Asy-Syalabi, disebutkan Nusaibah adalah salah satu shahabiyah yang dikenal dengan panggilan Ummu Umarah, putri dari Rabab binti Abdillah. Kisah heroik Nusaibah yang paling dikenang sepanjang sejarah adalah pada saat Perang Uhud, di mana ia dengan segenap keberaniannya membela dan melindungi Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Pada perang itu, Nusaibah bergabung dengan pasukan Islam untuk mengemban tugas penting di bidang logistik dan medis. Bersama para perempuan lainnya, Nusaibah ikut memasok air kepada para prajurit Muslim dan mengobati mereka yang terluka.

(Baca juga : Hati-hati, Jangan Merasa Aman-aman Saja )

Di suatu kesempatan di perang Uhud ini, saat kaum Muslimin dilanda kekacauan karena para pemanah di atas bukit melanggar perintah Rasulullah SAW, nyawa beliau berada dalam bahaya. Ketika melihat Rasulullah menangkis berbagai serangan musuh sendirian, Nusaibah segera mempersenjatai dirinya dan bergabung dengan yang lainnya membentuk pertahanan untuk melindungi beliau.

Dalam berbagai riwayat disebutkan, bahwa ketika itu Nusaibah berperang penuh keberanian dan tidak menghiraukan diri sendiri ketika membela Rasulullah. Saat itu, Nusaibah menderita luka-luka di sekujur tubuhnya. Sedikitnya ada sekitar 12 luka di tubuhnya, dengan luka di leher yang paling parah. Namun hebatnya, Nusaibah tidak pernah mengeluh, mengadu, atau bersedih.

(Baca juga : Sebenarnya Darah itu Suci atau Najis? )

Ketika itu Rasulullah melihatnya berperang dengan sengit hingga di terdapat 12 luka di tubuhnya, Rasulullah bersabda, "Wahai Abdullah (putra Nusaibah), balutlah luka ibumu! Ya Allah, jadikanlah Nusaibah dan anaknya sebagai sahabatku di dalam surga."

Mendengar doa Rasulullah, Nusaibah tidak lagi menghiraukan luka di tubuhnya dan terus berperang, membela Rasulullah dan agama Allah. "Aku telah meninggalkan urusan duniawi," ujarnya.

Setelah peperangan berakhir, umat muslim bermalam untuk mengobati luka-luka. Keesokan paginya barulah mereka pulang. Namun Rasulullah SAW. enggan pulang ke rumahnya sebelum mengetahui kabar Ummu Umarah. Beliau kemudian mengutus Abdullah bin Ka’ab al-Mazani untuk menanyakan keadaan Ummu Umarah. Abdullah pun kembali dengan membawa kabar bahwa Ummu Umarah selamat.

(Baca juga : Tarif Listrik Akan Naik, Berlaku Mulai Triwulan Pertama 2021 )

Dalam sejarah Islam, Nusaibah juga disebut-sebut sebagai seorang wanita yang memiliki kesabaran luar biasa dan selalu mendahulukan kepentingan orang lain. Ketika salah seorang putranya syahid dalam sebuah pertempuran, Nusaibah menerimanya dengan penuh keyakinan bahwa putranya mendapatkan kedudukan tinggi di sisi Allah. Ia menerima berita kematian anaknya dengan penuh serta kebanggaan.

Selain Perang Uhud, Nusaibah bersama suami dan putra-putranya juga ikut dalam peristiwa Hudaibiyah, Perang Khaibar, Perang Hunain dan Perang Yamamah. Dalam berbagai pertempuran itu, Nusaibah tidak hanya membantu mengurus logistik dan merawat orang-orang yang terluka, tapi juga memanggul senjata menyambut serangan musuh.

(Baca juga : Yusril Sarankan Pemerintah Bentuk Tim Penampung Aspirasi UU Ciptaker )

Setelah Rasulullah SAW wafat, banyak umat Islam yang kembali murtad dan enggan membayar zakat, bahkan ada pula oknum yang mengaku sebagai nabi, yaitu Musailamah al-Kadzab. Abu Bakar Ash-Shidiq yang saat itu menjabat sebagai khalifah akhirnya memutuskan untuk memerangi mereka.

Ummu Umarah dan putranya, Hubaib bin Zaid pun ikut serta dalam perang. Namun, putranya tertawan dan dipaksa untuk mengakui kenabian Musailamah. Hubaib dengan keimanannya yang kokoh tak sedikit pun mengubah keyakinannya. Akhirnya Musailamah memotong-motong tubuh Hubaib hingga ia syahid.

Ummu Umarah bertekad membunuh Musailamah dengan tangannya sendiri. Maka ia pun bergabung dengan pasukan pada perang yamamah. Ia juga ditemani oleh anaknya, Abdullah. Saat perang berkecamuk musuh berhasil memotong tangan Ummu Umarah.

(Baca juga : Operasi Zebra Hari Ke-10, Polisi Adang Pengendara dengan Cara Ini )

Ummu Umarah berkata “Tanganku terpotong dan aku ingin membunuh Musailamah, aku tidak akan berhenti sampai orang kotor itu terbunuh”. Akhirnya Abdullah dan Wahsyi berhasil membunuh Musailamah Al-Kadzab.

Ketika Abdullah datang mengusap pedangnya yang bersimbah darah, Ummu Umarah berkata “Apakah engkau berhasil membunuhnya”. “Ya”, jawab Abdullah, dengan seketika Ummu Umarah bersujud syukur.

Pejuang Hak Asasi

Ummu Umarah juga dianggap sebagai pejuang hak asasi pertama pertama. Suatu ketika, Ummu Umarah bertanya kepada Rasulullah SAW, “Ya Rasul Allah, mengapa Allah hanya menyebutkan laki-laki dalam Al-Qur’an?”. Kemudian turunlah Surat Al-Ahzab ayat 35 yang menjelaskan persamaan antara laki-laki dan perempuan dalam amal saleh dan balasan masing-masingnya.

(Baca juga : Studi : Konsumsi Vitamin D yang Tinggi saat Hamil Tingkatkan IQ Bayi )

Firma Allah Ta'ala :

إِنَّ ٱلْمُسْلِمِينَ وَٱلْمُسْلِمَٰتِ وَٱلْمُؤْمِنِينَ وَٱلْمُؤْمِنَٰتِ وَٱلْقَٰنِتِينَ وَٱلْقَٰنِتَٰتِ وَٱلصَّٰدِقِينَ وَٱلصَّٰدِقَٰتِ وَٱلصَّٰبِرِينَ وَٱلصَّٰبِرَٰتِ وَٱلْخَٰشِعِينَ وَٱلْخَٰشِعَٰتِ وَٱلْمُتَصَدِّقِينَ وَٱلْمُتَصَدِّقَٰتِ وَٱلصَّٰٓئِمِينَ وَٱلصَّٰٓئِمَٰتِ وَٱلْحَٰفِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَٱلْحَٰفِظَٰتِ وَٱلذَّٰكِرِينَ ٱللَّهَ كَثِيرًا وَٱلذَّٰكِرَٰتِ أَعَدَّ ٱللَّهُ لَهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

"Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu', laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar". (QS Al Ahzab : 35)

(Baca juga : Serangan Atas Nama Islam Membuat Muslim Prancis Makin Terstigmatisasi )

Dari kisah Ummu Umarah ini jelas, bahwa ia merupakan pejuang hak asasi perempuan pertama. Sejarah Islam membuktikan hal tersebut. Bahwa anggapan perempuan muslimah hanya paham dapur, sumur, dan kasur, benar-benar menyesatkan. Perempuan muslimah yang menjaga kehormatan dan kesuciannya dengan tinggal di rumah, dikesankan sebagai perempuan-perempuan pengangguran dan terbelakang. Menutup aurat atau menegakkan hijab kepada yang bukan mahramnya, kerap dianggap penghambat kemajuan budaya. Itu terbantahkan oleh sosok Nusaibah, wanita mulia ini.

Nusaibah binti Ka’ab tutup usia pada tahun 13 hijriyah. Adz-Dzahabi berkata “Ummu Umarah adalah salah satu perempuan Anshar terbaik.” Keberanian dan perjuangan Ummu Umarah patut menjadi contoh bagi para pemuda masa kini.

Wallahu A'lam
(wid)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2382 seconds (0.1#10.140)