Harapan kepada Biden: Hentikan Muslim Ban dan Muslim Bom!

Rabu, 18 November 2020 - 15:32 WIB
loading...
Harapan kepada Biden: Hentikan Muslim Ban dan Muslim Bom!
Imam Shamsi Ali, Direktur/Imam Jamaica Muslim Center. Foto/Ist
A A A
Shamsi Ali
Imam/Direktur Jamaica Muslim Center
Presiden Nusantara Foundation

Minimal dalam 20 tahun terakhir ini umat Islam di Amerika berada dalam putaran roda yang tidak menyenangkan. Sejak revolusi Iran, perang Afghanistan, hingga perang Irak pertama, komunitas Muslim berada dalam situasi yang kurang menyenangkan. Bahkan pada tingkatan tertentu berada dalam sangkar kesulitan seolah tiada pelarian.

Dari masa ke masa, komunitas Muslim Amerika berjuang untuk lepas dari sangkar tersebut. Termasuk melalui ijtihad politik. Bahkan tidak jarang ijtihad politik itu melahirkan friksi di antara komunitas Muslim sendiri. ( )

Revolusi Iran dengan peristiwa penyanderaan diplomat Amerika di Kedubes Iran, dan naiknya Ayatullah Khomeini sebagai Pemimpin Tertinggi (Supreme Leader) Iran menjadikan Islam seolah terwakili oleh semua itu. Tiba-tiba Iran seolah wakil wajah dunia Islam . Dan Khomeini seolah menjadi 'Imam Besar' bagi umat Islam dunia.

Perang panjang antara Iran dan Irak dengan perpanjangan tangan Amerika juga tidak dapat dilepaskan dari berbagai ujian kepada komunitas Muslim di Amerika. Perang itu seolah meneguhkan keyakinan Barat bahwa Islam memang agama perang.

Perang Afghanistan di kemudian hari yang menjadi salah satu penyebab runtuhnya Uni Soviet, dan justru difasilitasi oleh Amerika dan sekutunya. Juga tidak lepas dari kontribusi besar dalam membangun imej buruk Islam di Amerika dan dunia Barat.

Di tengah gejolak perang saudara di Afghanistan, tiba-tiba saja Saddam Husain mencaplok Kuwait. Maka Saudi dan Kuwait kemudian membuka pintu bagi Amerika untuk masuk Timur Tengah. Dan di sinilah awal kehancuran negara-negara Timur Tengah.

Ketidakberhasilan Bush Sr menjatuhkan Saddam rupanya menyimpan dendam tersendiri bagi anaknya, Bush Jr untuk kembali menyerang Irak. Dan terjadilah perang II yang menjatuhkan Saddam dan memporak-porandakan Irak. Dari negara yang kaya dan makmur menjadi negara miskin dan terbelakang. Kekayaan Irak diambil alih oleh perusahaan-perusahaan Amerika, termasuk milik Dick Cheney Wapres Bush Jr.

Berbagai perang di dunia Islam ini menjadi salah satu faktor utama meningginya kesalah pahaman dan ketakutan kepada Islam (Islam phobia). Islam semakin diyakini sebagai agama perang. Yang dianggap ancaman bagi Amerika dan Barat setiap saat.

Puncak kesalahpahaman dan ketakutan itu terjadi dengan peristiwa 9/11 di tahun 2001 itu. Dengan serangan langsung ke jantung kapitalisme dunia (New York) Amerika seolah menemukan justifikasi jika Islam memang sebuah idiologi yang anti Barat dan musuh yang harus diwaspadai. ( )

Perjuangan Komunitas Islam Amerika
Keberadaan Komunitas Islam di Amerika bukan sekadar keberadaan biasa. Selain harus memperkuat diri (self empowerment) untuk membangun komunitas yang solid sehingga memainkan peranan dan kontribusi yang signifikan dalam membangun Amerika ke arah yang lebih baik, juga punya peranan untuk meredam atau melawan tendensi kesalah pahaman kepada Islam itu.

Usaha-usaha atau perjuangan itu termasuk di dalamnya partisipasi publik, partisipasi politik di antaranya. Saya mengistikahkan ini sebagai "ijtihad politik" umat untuk membendung kesalah pahaman dan ketakutan kepada Islam.

Dalam sejarahnya, komunitas Muslim Amerika mayoritasnya memberikan suara kepada kandidat dari partai Demokrat. Tentu salah satu pertimbangannya adalah karena Partai Demokrat memiliki “Platform” partai yang lebih bersahabat. Salah satunya adalah bahwa partai ini (secara teori) tidak terlalu ambisi perang. Dana militer dikurangi. Anggaran negara diperbanyak dalam pelayanan masyarakat (social services). Sehingga wajar kalau Republican menuduh mereka sosialis.

Ambillah misalnya zaman Clinton di mana warga Muslim mendukungnya. Salah satu hasil dari dukungan itu adalah ketegasan Presiden Clinton membela warga Muslim di Bosnia ketika itu. Tentu secara global memang Amerik punya kepentingan melawan Rusia saat itu.

Ijtihad politik umat menjadi lebih nampak pada pilpres Amerika di tahun 2000. Saat itu pertarungan antara Al Gore dari Partai Demokrat dan GW Bush Jr dari Partai Republican. Al Gore adalah mantan wakil Clinton yang cukup populer ketika itu. Sehingga banyak yang memperkirakan Al Gore akan dengan mudah memenangkan pilpres saat itu.

Yang terjadi kemudian adalah Al Gore memilih Senator Lieberman dari Connecticut yang beragama Yahudi dan sangat pro Israel sebagai cawapresnya. Maka orang Islam, khususnya mereka yang imigran menyatukan suara untuk mendukung kandidat Republican GW Bush Jr.

Ijtihad politik ini selain membawa friksi di kalangan Komunitas Muslim, juga membawa mala petaka besar dengan perang Irak II yang telah disebutkan di atas. Belum lagi karena 9/11 2001 berbagai kebijakan GW Bush sangat menekan Komunitas Muslim. Satu di antaranya adalah kebijakan "war on terror" (perang melawan teror) ternyata banyak dimaknai sebagai perang kepada Islam.

Harapan kemudian tumbuh delapan tahun kemudian. Tiba-tiba ada seorang Afro Amerika, muda dan kharismatik, pintar dan berwawasan luas, lolos menjadi kandidat Presiden Amerika dari Partai Demokrat. Barack Obama menjadi harapan umat saat itu.

Selain berlatar belakang aktifis, yang pasti paham kehidupan rakyat bawah termasuk keragaman yang ada. Dia juga pernah tinggal di sebuah negara Muslim terbesar dunia (Indonesia). Sedikit banyaknya capres Amerika ini tahu akan Islam yang sesungguhnya. Minimal ada memori tentang kehidupan Umat Islam yang normal (tidak ditakuti).

Ternyata harapan itu tidak juga terbukti secara maksimal. Barack Obama berusaha menjaga jarak (tanpa langsung) dengan Komunitas Muslim Amerika karena tumbuh imej (bahkan tuduhan) jika Barack Obama adalah Muslim yang terselubung.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2354 seconds (0.1#10.140)