Miliki Observatorium Andal, Mendidik Santri Cinta Dunia Astronomi

Senin, 11 Mei 2020 - 09:45 WIB
loading...
Miliki Observatorium Andal, Mendidik Santri Cinta Dunia Astronomi
Para santri Pondok Pesantren Modern Islam Sukoharjo, Surakarta sedang melakukan pengamatan benda-benda angkasa. Foto/Koran SINDO/Ary Wahyu Wibowo
A A A
Sejumlah santri dan santriwati berdiri memandang ke langit pada sebuah sore menjelang petang. Satu di antara santri meneropong langit menggunakan sebuah teleskop besar. Para santri tersebut sedang melakukan pengamatan benda-benda angkasa. Para santri ini sedang mengerjakan tugas ekstrakurikuler. Mereka tergabung dalam Club Astronomi Santri Assalam (CASA) Pondok Pesantren Modern Islam (PPMI) Assalam, Pabelan, Sukoharjo, Jawa Tengah.

Keberadaan observatorium atau tempat pengamatan benda-benda angkasa beserta CASA memang satu di antara daya tarik pesantren ini. Kegiatan pada observatorium PPMI Assalam antara lain mengamati hilal atau rukyatul hilal, mengamati masuknya tanggal satu dalam kalender hijriah, penentuan arah kiblat, pengamatan gerhana matahari, dan juga gerhana bulan.

Observatorium Assalam difungsikan untuk kegiatan praktik santri, terutama yang tergabung dalam CASA. Meski awalnya kelompok astronomi ini masih terlihat amatiran, namun lambat laun namanya makin dikenal di kalangan komunitas pencita ilmu falak (perbintangan). Observatorium Assalam bahkan kini menjadi daya tarik para penggiat astronomi dari luar pesantren. Banyak kampus dari berbagai daerah berkunjung untuk melakukan kegiatan astronomi, termasuk kegiatan praktikum. Di antaranya Fakultas Ilmu Falaq IAIN Semarang dan perguruan tinggi dari Padang, Sumatera Barat. CASA juga menjalin kerja sama dengan Observatorium Bosscha di Lembang, Bandung, Jawa Barat.

Satu di antara pengajar di Pondok Pesantren Assalam, AR Sugeng Rahayu, menuturkan observatorium ini dibangun atas keinginan menumbuhkan kecintaan santri terhadap ilmu astronomi dan ilmu falak. Menurut pengajar yang juga pakar astronomi ini, Indonesia masih miskin ilmuwan terutama di bidang astronomi. Dia ingin astronomi dapat menjadi sebuah hobi sehingga banyak santri yang ingin belajar lebih jauh. Dengan mencintai astronomi, menurutnya, generasi muda akan lebih mudah unjuk gigi ke ajang kompetisi astronomi di tingkat internasional.

CASA menurut dia mulai dibentuk pada 2003 yang diikuti santri SMA sederajat. “Sebelum SMA belum boleh karena kami anggap belum sampai (pengetahuannya),” ujarnya kepada KORAN SINDO belum lama ini.

Karena keunggulan di bidan astronomi, PPMI Assalam memperoleh kehormatan dari Kementerian Agama menjadi tempat berlangsungnya pertemuan 30 pimpinan lembaga keagamaan pesantren se-Indonesia, perguruan tinggi, praktisi asosiasi astronomi pada Juli 2015.

Kegiatan ekstrakurikuler dan keberadaan CASA hanya satu di antara keunggulan yang dimiliki PPMI Assalam. Banyak keunggulan lainnya. PPMI Assalam berdiri di atas tanah seluas 10 hektare, memiliki sekitar 2.100 santri putra dan putri.

Jenjang pendidikan di PPMI Assalam adalah madrasah tsanawiyah (MTs) atau setingkat SMP, madrasah aliyah (MA), SMA, serta SMK Teknik Komputer Jaringan. Untuk jenjang MA, SMA secara akademis jurusannya adalah IPA dan IPS.

Ponpes yang berdiri pada 1982 ini juga memadukan kurikulum berbasis kurikulum pemerintah sebagaimana sekolah pada umumnya dan kurikulum berbasis pesantren.

“Perpaduan dua kurikulum di sini melahirkan kurikulum 24 jam sehingga itu yang menjadi keunggulan,” kata Kepala Humas PPMI Assalam, Qomaruddin.

Untuk kurikulum pesantren, terdapat kuliah tahfidz Alquran sebagai tempat bagi santri yang ingin menghafalkan Alquran. Mereka mendapat bimbingan secara khusus. Jumlah yang mengikuti hanya 160 orang putra-putri. “Jadi, putra 80 orang dan putri 80 orang. Kuliah tahfidz Alquran ini menjadi layanan unggulan,” paparnya.

Dia menjelaskan, Assalam bukan pesantren penghafal Alquran, tetapi tetap bisa melahirkan santri yang bisa menghafal Alquran tanpa meninggalkan kurikulum pemerintah.

Untuk memilih masuk menjadi tahfidz Alquran, santri harus memiliki minat yang tinggi. Selain itu, juga harus berdasarkan tes kemampuan menghafal Alquran. Ketika proses telah dilakukan, dan santri dinyatakan lolos, mereka diterima di kamar khusus yang setiap kamar berisi empat orang. Mereka dikondisikan dan diberikan target atau standar hafalan yang harus dipenuhi. Selama satu tahun, mereka harus menghafalkan lima juz.

Jika tinggal di PPMI Assalam selama enam tahun, maka 30 juz bisa dikuasai. “Tetapi, ada yang tidak sampai enam tahun mereka sudah hafal (30 juz),” kata Qomaruddin.

Meski demikian, santri tidak dipaksa untuk bisa menghafal 30 juz, namun target tetap diberikan. Selain menghafal Alquran, mereka juga harus tetap sekolah. Sejak 2002, kuliah tahfidz Alquran setiap tahun melahirkan sekitar delapan orang penghafal Alquran. Sebagai reward atau hadiah, mereka diberangkatkan umrah gratis.

Mereka juga diperkenankan mengikuti perlombaan tahfidz Alquran tingkat nasional dan beberapa di antaranya pernah menjadi juara.

Di ponpes ini juga memberlakukan kelas Takhasush, sebuah kelas persiapan bagi calon santri yang akan masuk jenjang SMA di Assalam, namun berasal dari SMP umum di luar Assalam. Kelas khusus ini adalah kelas persiapan bagi anak-anak yang belum pernah di pesantren mau nyantri. Kurikulum yang diberikan untuk kelas Takhasush adalah kurikulum pesantren dan kurikulum bahasa.

Sebabnya, di Assalam selain belajar kurikulum pesantren, bahasa juga diperdalam, terutama bahasa Arab dan bahasa Inggris. (Ary Wahyu Wibowo)
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2143 seconds (0.1#10.140)