Meneladani Good Looking Nabi Yusuf, Kisah Terindah dalam Al-Qur'an

Senin, 23 November 2020 - 09:04 WIB
loading...
A A A
Bagaimana tidak. Yusuf adalah anak muda, besar dalam lingkungan istana yang tentunya dengan fasilitas yang mendukung. Maka menurut Al-Qur'an: "Dan dia (wanita itu) tertarik padanya (Yusuf) dan dia (Yusuf juga) tertarik padanya (wanita itu)".

Artinya sebagai manusia biasa, dan pemuda yang lagi menginjak awal kedewasaan, pastinya punya hawa nafsu. Tapi di sinilah integritas seorang Yusuf teruji. Dia mampu menghindar dari godaan wanita itu. Bahkan pada akhirnya berdoa kalau sekiranya harus memilih antara terjatuh dalam pelukan hawa nafsu atau penjara, Yusuf lebih memilih penjara (assijnu ahabbu ilayya).

4. Komitmen Dakwah yang tidak mengenal keadaan apapun.
Nabi Yusuf berdakwah dengan ilmu dan komunikasi yang tepat. Pada akhirnya pengaruh sang isteri raja begitu kuat. Keinginannya untuk menggoda Yusuf tidak berhasil. Maka konsekwensinya Yusuf harus menerima kenyataan dipenjarakan.

Di penjara itulah Yusuf justru memulai kegiatan dakwahnya. Konon kabarnya ada dua pemuda yang ikut dipenjara bersamanya. Di suatu malam kedua pemuda itu bermimpi dengan mimpi yang aneh.

Satu bermimpi membawa roti di atas kepalanya lalu disambar dan dimakan burung-burung. Yang satunya lagi bernimpi membuat anggur untuk diberikan kepada tuannya (sang raja).

Nampaknya dalam penjara itu Yusuf Sudah memperlihatkan kelebihan-kelebihan. Salah satunya bisa menafsirkan mimpi. Persis kelebihan Ayahnya yang paham makna mimpi (ta’wil al-ahlaam). Maka wajar saja jika kedua pemuda yang bermimpi tadi meminta Yusuf untuk menafsirkan mimpi mereka.

Nabi Yusuf bersedia tapi sebelumnya beliau mempergunakan itu sebagai pintu Dakwah. Sebuah kejelian Dakwah yang luar biasa. Artinya Yusuf memang ahli dalam menangkap peluang Dakwah, sesuai Ilmu dan keadaan yang ada.

Inilah yang saya maksud komitmen Dakwah yang tidak mengenal keadaan. Bahkan dalam penjara sekalipun. Tapi Dakwahya disesuaikan dengan ilmu. Saat itu Ilmu Yang diperlukan adalah Ilmu tafsir mimpi. Dan juga disesuaikan dengan kebutuhan obyek dakwah. Yaitu keinginan untuk tahu arti mimpi mereka.

Poin Yang ingin saya sampaikan adalah bahwa dakwah itu bukan sekadar dakwah. Tapi dengan ilmu, kesesuaian dan juga melihat kepada kebutuhan obyek dakwah. Dakwah seharusnyan bukan tanpa metode yang tepat. Tidak secara buta. Apalagi memakai cara “bolduzer” yang justeru menghacurkan segalanya.

5. Pelayanan publik itu adalah ibadah. Tapi harus berdasarkan kapasitas masing-masing.
Kedua pemuda itu keluar dari penjara dan keduanya ditakdirkan Allah berdasarkan mimpi masing-masing. Yang satu dieksekusi dengan salib. Dan yang satunya lagi bekerja di istana melayani sang raja.

Pada tahun yang sama sang raja bermimpi dengan mimpi yang aneh. Bahwa ada tujuh sapi yang gemuk memakan 7 sapi yang kurus. Para ahli tafsir mimpi istana tidak mampu memberikan tafsiran yang memuaskan sang raja.

Pemuda yang bekerja di istana itu teringat kembali ketika di penjara. Bahwa ternyata dalam penjara itu ada seorang anak muda yang hebat dalam menafsirkan mimpi. Dialah Nabi Yusuf .

Hal itu disampaikan kepada raja dan sang raja setuju agar Yusuf dihadirkan ke istana. Singkat cerita Yusuf pun dengan beberapa persyaratan memenuhi permintaan raja tersebut.

Nabi Yusuf menafsirkan mimpi itu bahwa akan terjadi musim panen yang luar biasa selama tujuh tahun. Lalu setelah itu akan terjadi musim paceklik selama tujuh tahun yang akan menghabiskan semua hasil panen tujuh tahun sebelumnya.

Sang raja puas dengan tafsiran itu. Diapun menawarkan kepada Yusuf posisi di istana apapun itu. Dan Yusuf menerima tawaran itu. Tapi penerimaan itu dipastikan sesuai dengan kapasitas dirinya yang sesuai. Diapun meminta untuk dijadikan Kabulog.

Penekanan yang ada di sini adalah bahwa pelayanan publik itu bukan sesuatu yang tabu. Bahkan bernilai ibadah. Hanya saja hendaknya disesuaikan dengan kapasitas masing-masing.

Artinya, silakan masuk ke arena publik dan poliitk. Tapi janganlah jadikan pelayanan publik sekedar gagah-gagahan. Berlomba mencari kekuasaan untuk popularitas dan kepentingan sempit, walau sesungguhnya tidak punya kapasitas.

Atau bersedia menduduki jabatan publik tertentu, walau jelas bukan bidang yang sesuai bagi dirinya bahkan tidak memiliki kapasitas untuk jabatan itu. Yusuf bahkan berani meminta posisi itu karena merasa punya kapasitas untuk itu.

6. Memiliki kelapangan dada untuk memaafkan saudara-saudaranya yang pernah ingin membinasakannya.
Pada akhirnya setelah melalui berbagai drama, Yusuf berhasil membawa serta Ayah/Ibu dan saudara-saudaranya, konon kabarnya lebih 70 orang, ke Mesir. Tentu setelah Yusuf mempersiapkan segala sesuatu untuk mereka.

Poin yang ingin saya tekankan di sini adalah bagaimana Nabi Yusuf memiliki kelapangan dada untuk memaafkan Saudara-Saudaranya yang pernah berusaha membinasakannya (membunuhnya). Bahkan mereka telah melakukan kebohongan-kebohongan kepada ayahnya dan dirinya sendiri.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3129 seconds (0.1#10.140)