Kisah Tragis Kaum Rass: Jadi Batu Hitam Dihimpit Dua Bukit
loading...
A
A
A
KITAB Suci Al-Quran mengabadikan kisah hancurnya sejumlah kaum. Pada Surat Al-Furqan ayat 38 disebut selain Kaum Aad dan Tasmud ada penduduk Rass yang dibinasakan. Lalu, siapakah kaum Rass itu?
( )
Allah berfirman:
وَعَادًا وَثَمُودَ وَأَصْحَابَ الرَّسِّ وَقُرُونًا بَيْنَ ذَٰلِكَ كَثِيرًا
"Dan (Kami binasakan) kaum 'Aad dan Tsamud dan penduduk Rass dan banyak (lagi) generasi-generasi di antara kaum-kaum tersebut". (QS Al-Furqan Ayat 38)
Abu al-Hasan Ali bin Hamzah bin Abdullah bin Bahman bin Fairuz al-Kisa'i dikenal sebagai Al-Kisa’i (119 H/73-189 H/809) mengatakan bahwa Penduduk Rass menetap di tanah Hadhramaut dan kota mereka dinamakan dengan Rass.
Kota tersebut memiliki berbagai pepohonan, buah-buahan, dan kampung-kampung yang makmur. Di sana, tinggal beberapa kelompok dari Penduduk Rass yang menyembah berhala dan kelompok yang menyembah api.
As-Sa'di atau As-Si'di (1889–1956 M), penulis Taisir Karimirrahman fi Tafsiri Kalamil Mannan yang lebih dikenal sebagai Tafsir As-Sa'di, mengatakan, penduduk Rass adalah sisa-sisa kaum Tsamud. ( Baca juga: Hancurnya Kaum Tsamud )
Mereka adalah penduduk sumur yang telah ditinggalkan dan istana yang tinggi yang keduanya diceritakan oleh Allah di dalam al-Quran.
As-Sadi, sebagiamana dikutip Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas pada buku yang diterjemahkan oleh Abdul Halim berjudul “Kisah Penciptaan dan Tokoh-tokoh Sepanjang Zaman” menambahkan sumur yang ditinggalkan terletak di tanah Aden.
Penduduk kota tersebut mengambil air dari sana siang dan malam. Di sumur terdapat tujuh puluh kerekan dengan tujuh puluh embernya serta beberapa lelaki yang dipercayakan mengurusinya. Di dekat sumur tersebut ada penampungan air yang dipakai untuk pemandian.
Sedangkan menurut Ibnu Abbas r.a, Rass adalah telaga yang berada di Azerbaijan dan Kaum Rass adalah penduduk salah satu kampung di Tsamud.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib, beliau menjelaskan bahwa Ashabur Rass adalah sebuah kaum yang menyembah pohon sanaubar dan disebut sebagai syah dirakht (raja pohon).
Yafits bin Nuh adalah yang pertama kali menanam pohon itu pasca badai topan yang menerpa tepian sungai yang dikenal dengan sebutan Rousyan Oub. ( )
Yafits menyebar dua belas bibit pohon sanaubar ke dua belas desa di tepian sungai. Desa-desa tersebut bernama Oban, Odzar, Die, Bahman, Isfand, Farwadin, Ordi Bahsyt, Khordad, Murdad, Tiir, Mihr dan Syahriwar. Nama-nama tersebut kemudian dijadikan nama-nama bulan dalam sistem penanggalan Bangsa Ajami atau Bangsa Persia. ( )
Pohon yang itu tumbuh besar dan subur, para penduduk pun amat menghormati pohon tersebut. Melihat keadaan ini, setan pun berbisik pada Raja Tarouz agar memerintahkan seluruh penduduk untuk menyembah pohon itu.
Setan meminta raja untuk melarang kaumnya menggunakan air dari sungai di sekitar pohon sanubar. Raja pun mengumpulkan seluruh penduduk dari dua belas desa dan berkata, “Wahai pendudukku, janganlah kalian dan ternak kalian untuk minum dari sungai itu! Berikanlah kehidupan yang sempurna bagi pohon sanubar!”
Setan meyakinkan Kaum Rass bahwa pohon tersebut merupakan Hayat al-ilahiyat (kehidupan ketuhanan) sehingga tidak diperbolehkan siapapun menganggu kehidupan pohon itu.
Dalam rangka pemujaan, Kaum Rass mengadakan sebuah perayaan rutin tiap bulannya. Pada hari raya itu, mereka mempersembahkan seserahan berupa daging hewan yang dibakar.
Saat asap pembakaran membumbung tinggi, mereka bersujud dan memohon pada pohon tersebut. Pada saat itulah setan menipu mereka seakan mereka sedang berbicara dengan sembahannya padahal, setanlah yang ada di balik pohon tersebut.
( )
Allah berfirman:
وَعَادًا وَثَمُودَ وَأَصْحَابَ الرَّسِّ وَقُرُونًا بَيْنَ ذَٰلِكَ كَثِيرًا
"Dan (Kami binasakan) kaum 'Aad dan Tsamud dan penduduk Rass dan banyak (lagi) generasi-generasi di antara kaum-kaum tersebut". (QS Al-Furqan Ayat 38)
Abu al-Hasan Ali bin Hamzah bin Abdullah bin Bahman bin Fairuz al-Kisa'i dikenal sebagai Al-Kisa’i (119 H/73-189 H/809) mengatakan bahwa Penduduk Rass menetap di tanah Hadhramaut dan kota mereka dinamakan dengan Rass.
Kota tersebut memiliki berbagai pepohonan, buah-buahan, dan kampung-kampung yang makmur. Di sana, tinggal beberapa kelompok dari Penduduk Rass yang menyembah berhala dan kelompok yang menyembah api.
As-Sa'di atau As-Si'di (1889–1956 M), penulis Taisir Karimirrahman fi Tafsiri Kalamil Mannan yang lebih dikenal sebagai Tafsir As-Sa'di, mengatakan, penduduk Rass adalah sisa-sisa kaum Tsamud. ( Baca juga: Hancurnya Kaum Tsamud )
Mereka adalah penduduk sumur yang telah ditinggalkan dan istana yang tinggi yang keduanya diceritakan oleh Allah di dalam al-Quran.
As-Sadi, sebagiamana dikutip Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas pada buku yang diterjemahkan oleh Abdul Halim berjudul “Kisah Penciptaan dan Tokoh-tokoh Sepanjang Zaman” menambahkan sumur yang ditinggalkan terletak di tanah Aden.
Penduduk kota tersebut mengambil air dari sana siang dan malam. Di sumur terdapat tujuh puluh kerekan dengan tujuh puluh embernya serta beberapa lelaki yang dipercayakan mengurusinya. Di dekat sumur tersebut ada penampungan air yang dipakai untuk pemandian.
Sedangkan menurut Ibnu Abbas r.a, Rass adalah telaga yang berada di Azerbaijan dan Kaum Rass adalah penduduk salah satu kampung di Tsamud.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib, beliau menjelaskan bahwa Ashabur Rass adalah sebuah kaum yang menyembah pohon sanaubar dan disebut sebagai syah dirakht (raja pohon).
Yafits bin Nuh adalah yang pertama kali menanam pohon itu pasca badai topan yang menerpa tepian sungai yang dikenal dengan sebutan Rousyan Oub. ( )
Yafits menyebar dua belas bibit pohon sanaubar ke dua belas desa di tepian sungai. Desa-desa tersebut bernama Oban, Odzar, Die, Bahman, Isfand, Farwadin, Ordi Bahsyt, Khordad, Murdad, Tiir, Mihr dan Syahriwar. Nama-nama tersebut kemudian dijadikan nama-nama bulan dalam sistem penanggalan Bangsa Ajami atau Bangsa Persia. ( )
Pohon yang itu tumbuh besar dan subur, para penduduk pun amat menghormati pohon tersebut. Melihat keadaan ini, setan pun berbisik pada Raja Tarouz agar memerintahkan seluruh penduduk untuk menyembah pohon itu.
Setan meminta raja untuk melarang kaumnya menggunakan air dari sungai di sekitar pohon sanubar. Raja pun mengumpulkan seluruh penduduk dari dua belas desa dan berkata, “Wahai pendudukku, janganlah kalian dan ternak kalian untuk minum dari sungai itu! Berikanlah kehidupan yang sempurna bagi pohon sanubar!”
Setan meyakinkan Kaum Rass bahwa pohon tersebut merupakan Hayat al-ilahiyat (kehidupan ketuhanan) sehingga tidak diperbolehkan siapapun menganggu kehidupan pohon itu.
Dalam rangka pemujaan, Kaum Rass mengadakan sebuah perayaan rutin tiap bulannya. Pada hari raya itu, mereka mempersembahkan seserahan berupa daging hewan yang dibakar.
Saat asap pembakaran membumbung tinggi, mereka bersujud dan memohon pada pohon tersebut. Pada saat itulah setan menipu mereka seakan mereka sedang berbicara dengan sembahannya padahal, setanlah yang ada di balik pohon tersebut.