Muslim Harus Memilih Jalan Hidup yang Menuju ke Surga

Senin, 14 Desember 2020 - 20:14 WIB
loading...
A A A
(Baca juga : Ada Aturan Denda buat Pengembang, Pengaduan Sektor Perumahan Turun )

Menurut Abdul Fattah Jalal, kata ‘aql dalam Al-Qur’an tidak berbentuk isim (kata benda) melainkan terdiri dari fi’il (kata kerja). Ini dapat dijadikan petunjuk penting bahwa akal bukan sekedar benda atau sel hidup, yang lebih penting dari itu adalah akal untuk bekerja dan berpikir. Sebagai kata kerja, ‘aqala dengan segala akar katanya terdapat dalam Al-Qur’an sebanyak 49 tempat.

Allah Azza wa Jalla berfirman :

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنزَلَ اللّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِن مَّاء فَأَحْيَا بِهِ الأرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِن كُلِّ دَآبَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخِّرِ بَيْنَ السَّمَاء وَالأَرْضِ لآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) dan Dia tebarkan di dalamnya segala jenis hewan, dan perkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi. Sungguh terdapat tanda-tanda keesaan dan kebesaran Allah bagi orang-orang yang mengerti.”
(QS. Al-Baqarah: 164)

(Baca juga: Di Bawah Guyuran Hujan Ratusan Massa Kepung Mapolres Cianjur, Tuntut Pembebasan Habib Rizieq )

Demikian pentingnya kedudukan akal dalam Al-Qur’an. Oleh karena itu Allah selalu memuji hamba-Nya yang berpikir dan menggunakan akal dengan baik. Begitu juga sebaliknya, Allah sangat mencela terhadap orang yang menyalah gunakan akal atau lebih memenangkan hawa nafsu dari pada akal pikirannya.

Dalam Al-Qur’an mengapa Allah tidak mengatakan Afala ta’kilun (mengapa kamu tidak makan?) atau Afala tasyrobun (mengapa kamu tidak minum). Akan tetapi, firman Allah menyebutkan La’allakun ta’qilun (agar kalian mengerti), Afalaa ta’qilun (maka tidakkah kamu mengerti?), La’allakum tatafakkarun (agar kalian berfikir), adalah salah satu pesan tersirat agar manusia menggunakan akalnya dengan baik sehingga ia memiliki ilmu untuk sampai pada kebenaran.

Orang yang berakal akan dapat mengendalikan hawa nafsu yang hanya akan menimbulkan kehancuran bagi dirinya. Oleh karena itu, sudah semestinya akal menjadi pengendali nafsu, yang selalu mengawasi kesalahan dan kelalaiannya, menahan serangannya dan menghindari tipu muslihatnya.

(Baca juga : Saudi Deklarasikan Kemenangan atas Covid-19 )

Dengan akal yang dianugerahi Allah Azza wa Jalla, maka manusia dapat mengetahui hakikat dari segala sesuatu, dapat membedakan mana yang baik (hasanah) dan mana yang buruk (sayyi’ah), mana yang benar (shawab) dan mana yang salah (khata’), mana cahaya (an-nur) dan mana kegelapan (adz-dhulumat).

Meski demikian, tidak sedikit orang cerdas dan berilmu yang memiliki potensi akal yang baik namun mereka lebih memilih berlari dari kebenaran demi mengikuti hawa nafsunya. Kelompok ini adalah mereka yang selalu mencari pembenaran bukan kebenaran. Mereka lah yang selalu memutar balikkan dan mempermainkan firman Allah Azza wa Jalla dengan mengungkapkan yang haram dalam Al-Qur’an menjadi perkara yang halal untuk dilakukan, yang halal menurut Allah Azza waJalla menjadi perkara yang haram menurut mereka.

Dalam bidang kedokteran, penyakit kanker adalah hal yang berbahaya dalam tubuh manusia. Namun kanker epistemologis tidak kalah bahaya dengan penyakit kanker sesungguhnya. Karena bahaya dari penyakit ini bisa mencemari akal pikiran. Kanker epistemologis telah melumpuhkan kemampuan menilai (critical power) serta mengakibatkan kegagalan akal (intellectual failure), yang pada gilirannya menggerogoti keyakinan dan keimanan, dan akhirnya menyebabkan kekufuran.

(Baca juga : Menang 1-0 atas Levante, Koeman Puji Semangat Juang Barcelona )

Allah Azza wa Jalla berfirman :

وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ

“Dan mereka berkata: “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Q.S. Al-Mulk: 10)

Ayat ini menerangkan tentang penyesalan para penghuni neraka yang tidak mau mendengar dan menggunakan akal ketika hidup di dunia. Kedudukan akal sangat tinggi dan karena mampu memelihara manusia dari api neraka.

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa menggunakan akal dalam menentukan pilihan terbaik untuk meraih ridha-Nya. Agar Allah mengembalikan kita pada kehidupan abadi yang penuh kenikmatan, surga-Nya Allah Ta'ala.

Wallahu 'Alam
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2304 seconds (0.1#10.140)