Lolos Dari Maut, Abu Nawas Mengolah Ladang dari Dalam Penjara

Kamis, 14 Mei 2020 - 02:47 WIB
loading...
A A A
Abu Nawas berteriak dengan nyaring. "Hamba minta dihukum pancung! "

Semua yang hadir kaget. Orang banyak belum mengerti mengapa Abu Nawas membuat keputusan begitu. Tetapi kecerdasan otak Baginda Raja menangkap sesuatu yang lain. Sehingga tawa Baginda yang semula berderai-derai mendadak terhenti. Kening Baginda berkenyit mendengar ucapan Abu Nawas.



Baginda Raja tidak berani menarik kata-katanya karena disaksikan oleh ribuan rakyatnya.

Beliau sudah terlanjur mengabulkan Abu Nawas menentukan hukuman mati yang paling cocok untuk dirinya.

Kini kesempatan Abu Nawas membela diri. "Baginda yang mulia, hamba tadi mengatakan bahwa hamba akan dihukum
pancung. Kalau pilihan hamba benar maka hamba dihukum gantung. Tetapi di manakah letak kesalahan pilihan hamba sehingga hamba harus dihukum gantung. Padahal hamba telah memilih hukuman pancung?"

Olah kata Abu Nawas memaksa Baginda Raja dan ulama itu tercengang. Benar-benar luar biasa otak Abu Nawas ini. Rasanya tidak ada lagi manusia pintar selain Abu Nawas di negeri Baghdad ini.

"Abu Nawas aku mengampunimu, tapi sekarang jawablah pertanyaanku ini. Berapa banyakkah bintang di langit?"

"Oh, gampang sekali Tuanku. "

"Iya, tapi berapa, seratus juta, seratus milyar?" tanya Baginda.

"Bukan Tuanku, cuma sebanyak pasir di pantai. "

"Kau ini. . . . bagaimana bisa orang menghitung pasir di pantai?"

"Bagaimana pula orang bisa menghitung bintang di langit?"

"Ha ha ha ha ha. . . ! Kau memang penggeli hati".

"Kau adalah pelipur laraku. Abu Nawas mulai sekarang jangan segan-segan, sering- seringlah datang ke istanaku. Aku ingin selalu mendengar lelucon-leluconmu yang baru! "

"Siap Baginda".
(mhy)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3587 seconds (0.1#10.140)