Kisah Hikmah : Pakaian Malu Istri Nabi Musa
loading...
A
A
A
Perjumpaan Nabi Musa alaihissalam dengan istrinya Shafura memberi banyak pelajaran berharga bagi para muslimah saat ini. Ada banyak hikmah yang bisa dipetik dari sosok istri nabi tersebut.
Shafura atau Shafuriyya, merupakan perempuan saleha yang disifati Allah sebagai muslimah yang pemalu dan santun. Seorang perempuan yang terpercaya, kuat, pendidikannya sempurna, yang selalu menjaga kesucian diri .
Kisah perjumpaannya dengan Nabi Musa terdapat dalam Al-Qur'an. Al-Karim menggambar kisah keduanya dalam QS Al-Qashash : 23-24. Allah Azza wa Jalla berfirman :
وَلَمَّا وَرَدَ مَآءَ مَدْيَنَ وَجَدَ عَلَيْهِ أُمَّةً مِّنَ ٱلنَّاسِ يَسْقُونَ وَوَجَدَ مِن دُونِهِمُ ٱمْرَأَتَيْنِ تَذُودَانِ ۖ قَالَ مَا خَطْبُكُمَا ۖ قَالَتَا لَا نَسْقِى حَتَّىٰ يُصْدِرَ ٱلرِّعَآءُ ۖ وَأَبُونَا شَيْخٌ كَبِيرٌ
"Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Mad-yan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata: "Apakah maksudmu (dengan berbuat at begitu)?" Kedua wanita itu menjawab: "Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya". (QS Al-Qashash:23)
(Baca juga: Syarat Sempurnanya Iman dengan Mencintai Sesama Saudara Muslim )
فَسَقَىٰ لَهُمَا ثُمَّ تَوَلَّىٰٓ إِلَى ٱلظِّلِّ فَقَالَ رَبِّ إِنِّى لِمَآ أَنزَلْتَ إِلَىَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ
"Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya, kemudian dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa: "Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku". (QS Al-Qashash:24)
Dikisahkan, di suatu masa, di Negeri Madyan, dua wanita tengah menambatkan ternak mereka. Tak jauh dari keduanya, sebuah sumber air yang dikerumuni para penggembala. Dengan sabar, dua wanita itu menunggu sumber air sepi dari penggembala pria.
Shafura atau Shafuriyya adalah satu dari dua wanita itu. Sementara satu wanita yang bersamanya ialah sang kakak yang bernama Layya. Kisah keduanya diabadikan dalam Al-Qur’an karena ke’iffahan mereka sebagai wanita. ‘iffah yakni penjagaan diri. Baik Shafura dan Layya memiliki sifat ‘Iffah sehingga enggan berikhtilath atau bercampur baur dengan para pria.
(Baca juga: 5 Amalan Doa untuk Mendatangkan dan Kemudahan Rezeki )
Nabi Musa kala itu tengah dalam perjalanan hijrah dari Negeri Mesir. Beliau belum diutus menjadi nabi dan tengah pergi menyelamatkan diri. Saat beristirahat dalam perjalanannya yang tanpa bekal itu, Nabi Musa melihat dua wanita yang melarang ternak-ternak mereka untuk minum.
Nabi Musa pun mendatangi keduanya dan bertanya, “Apa maksud kalian berdua (dengan perbuatan tersebut)?”
Shafura dan Layya menjawab, “Kami tidak memberi minum ternak kami sampai para penggembala itu memulangkan ternak mereka, sementara ayah kami adalah orangtua yang sudah lanjut usia’.”
Nabi Musa pun kemudian menolong kedua wanita itu dengan mengambil ternak mereka dan membawanya ke sumber air. Dengannya, ternak-ternak itu pun bisa minum sepuasnya. Setelah itu, Nabi Musa mengarahkan ternak agar kembali digiring dua wanita, Shafura dan Layya. Tanpa bicara, Nabi Musa kemudian pergi dan mencari tempat teduh untuk beristirahat.
(Baca juga: Leluasa di Dunia dan Bahagia di Akhirat )
Shafura dan Layya begitu gembira karena dapat pulang ke rumah lebih cepat. Ternak-ternak mereka telah segar dan kembali ke kandang. Biasanya, mereka pulang sangat sore karena harus menunggu sumber air sepi dari penggembala pria.
Jika kakaknya, Layya, tak merasa momen itu spesial, Shafura justru sebaliknya. Si adik bungsu rupanya sangat tersentuh dengan bantuan Nabi Musa. Inilah jodoh yang telah dipersiapkan Allah untuk sang nabi.
Begitu tiba di rumah, Shafura sangat bersemangat menceritakan sosok pria yang membantunya. Ia segera menceritakannya pada sang ayah dan berharap ayahnya membalas budi pria asing yang menolongnya itu.
“Wahai Ayahanda, jadikanlah dia orang yang bekerja kepada kita, karena sesungguhnya orang yang paling baik yang bisa Ayah pekerjakan adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.” (QS. Al Qashash: 26).
Shafura atau Shafuriyya, merupakan perempuan saleha yang disifati Allah sebagai muslimah yang pemalu dan santun. Seorang perempuan yang terpercaya, kuat, pendidikannya sempurna, yang selalu menjaga kesucian diri .
Kisah perjumpaannya dengan Nabi Musa terdapat dalam Al-Qur'an. Al-Karim menggambar kisah keduanya dalam QS Al-Qashash : 23-24. Allah Azza wa Jalla berfirman :
وَلَمَّا وَرَدَ مَآءَ مَدْيَنَ وَجَدَ عَلَيْهِ أُمَّةً مِّنَ ٱلنَّاسِ يَسْقُونَ وَوَجَدَ مِن دُونِهِمُ ٱمْرَأَتَيْنِ تَذُودَانِ ۖ قَالَ مَا خَطْبُكُمَا ۖ قَالَتَا لَا نَسْقِى حَتَّىٰ يُصْدِرَ ٱلرِّعَآءُ ۖ وَأَبُونَا شَيْخٌ كَبِيرٌ
"Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Mad-yan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata: "Apakah maksudmu (dengan berbuat at begitu)?" Kedua wanita itu menjawab: "Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya". (QS Al-Qashash:23)
(Baca juga: Syarat Sempurnanya Iman dengan Mencintai Sesama Saudara Muslim )
فَسَقَىٰ لَهُمَا ثُمَّ تَوَلَّىٰٓ إِلَى ٱلظِّلِّ فَقَالَ رَبِّ إِنِّى لِمَآ أَنزَلْتَ إِلَىَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ
"Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya, kemudian dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa: "Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku". (QS Al-Qashash:24)
Dikisahkan, di suatu masa, di Negeri Madyan, dua wanita tengah menambatkan ternak mereka. Tak jauh dari keduanya, sebuah sumber air yang dikerumuni para penggembala. Dengan sabar, dua wanita itu menunggu sumber air sepi dari penggembala pria.
Shafura atau Shafuriyya adalah satu dari dua wanita itu. Sementara satu wanita yang bersamanya ialah sang kakak yang bernama Layya. Kisah keduanya diabadikan dalam Al-Qur’an karena ke’iffahan mereka sebagai wanita. ‘iffah yakni penjagaan diri. Baik Shafura dan Layya memiliki sifat ‘Iffah sehingga enggan berikhtilath atau bercampur baur dengan para pria.
(Baca juga: 5 Amalan Doa untuk Mendatangkan dan Kemudahan Rezeki )
Nabi Musa kala itu tengah dalam perjalanan hijrah dari Negeri Mesir. Beliau belum diutus menjadi nabi dan tengah pergi menyelamatkan diri. Saat beristirahat dalam perjalanannya yang tanpa bekal itu, Nabi Musa melihat dua wanita yang melarang ternak-ternak mereka untuk minum.
Nabi Musa pun mendatangi keduanya dan bertanya, “Apa maksud kalian berdua (dengan perbuatan tersebut)?”
Shafura dan Layya menjawab, “Kami tidak memberi minum ternak kami sampai para penggembala itu memulangkan ternak mereka, sementara ayah kami adalah orangtua yang sudah lanjut usia’.”
Nabi Musa pun kemudian menolong kedua wanita itu dengan mengambil ternak mereka dan membawanya ke sumber air. Dengannya, ternak-ternak itu pun bisa minum sepuasnya. Setelah itu, Nabi Musa mengarahkan ternak agar kembali digiring dua wanita, Shafura dan Layya. Tanpa bicara, Nabi Musa kemudian pergi dan mencari tempat teduh untuk beristirahat.
(Baca juga: Leluasa di Dunia dan Bahagia di Akhirat )
Shafura dan Layya begitu gembira karena dapat pulang ke rumah lebih cepat. Ternak-ternak mereka telah segar dan kembali ke kandang. Biasanya, mereka pulang sangat sore karena harus menunggu sumber air sepi dari penggembala pria.
Jika kakaknya, Layya, tak merasa momen itu spesial, Shafura justru sebaliknya. Si adik bungsu rupanya sangat tersentuh dengan bantuan Nabi Musa. Inilah jodoh yang telah dipersiapkan Allah untuk sang nabi.
Begitu tiba di rumah, Shafura sangat bersemangat menceritakan sosok pria yang membantunya. Ia segera menceritakannya pada sang ayah dan berharap ayahnya membalas budi pria asing yang menolongnya itu.
“Wahai Ayahanda, jadikanlah dia orang yang bekerja kepada kita, karena sesungguhnya orang yang paling baik yang bisa Ayah pekerjakan adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.” (QS. Al Qashash: 26).