Leluasa di Dunia dan Bahagia di Akhirat
loading...
A
A
A
Berbagai macam penyikapan orang terhadap kehidupan dunia ini, baik terhadap pekerjaan, kekayaan atau kedudukannya. Di antara mereka ada yang beruntung dan ada pula yang merugi. Allah SWT berfirman,وَمَا هٰذِهِ الۡحَيٰوةُ الدُّنۡيَاۤ اِلَّا لَهۡوٌ وَّلَعِبٌؕ وَاِنَّ الدَّارَ الۡاٰخِرَةَ لَهِىَ الۡحَـيَوَانُۘ لَوۡ كَانُوۡا يَعۡلَمُوۡنَ
“Dan Tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main, dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.”(QS. al-Ankabut : 64).
(Baca juga: Ini Kriteria Perempuan Saleha Seperti yang Disabdakan Rasulullah )
KH Abdullah Gymnastiar dalam tausiyahnya di Ponpes Daaruttauhid menjelaskan, dunia ini bukanlah tujuan hidup kita. Dunia tiada lain hanyalah tempat persinggahan kita sebelum memasuki alam akhirat. Inilah tujuan akhir perjalanan hidup. Maka dari itu, orang yang sibuk dengan urusan dunia tanpa memikirkan akhirat, maka inilah orang yang merugi.
Sedangkan orang yang ‘sibuk’ dengan urusan dunia demi kebahagiaan hidup di akhirat, maka inilah orang yang beruntung. Di dunia dia bahagia, di akhirat juga demikian. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,“Aku tidaklah mencintai dunia dan tidak pula mengharap-harap darinya. Adapun aku tinggal di dunia hanyalah seperti pengendara yang berteduh di bawah pohon dan beristirahat, lalu meninggalkannya.”(HR. Imam Tirmidzi).
(Baca juga: Saat Menghadapi Musibah, Seorang Muslim Harusnya Di Posisi Mana? )
Sayangnya, ternyata tidak sedikit orang yang terjebak pada pikiran jika dunia adalah segalanya. Yang penting hidup bergelimang harta kekayaan, namanya populer di antara manusia, jabatannya tinggi sehingga bisa merasakan berbagai fasilitas dunia, dan lain sebagainya. Mereka mengira dengan mendapatkan semua itu maka akan bahagia.
Padahal kenyataannya, banyak sekali orang yang setelah memiliki kekayaan berlimpah, justru banyak diliputi dengan rasa cemas dan gelisah. Takut hartanya hilang, takut hartanya ada yang mencuri, bersembunyi dari pajak, dan rasa takut lainnya.
(Baca juga: Ciri Sebaik-baiknya Rumah Menurut Allah Ta'ala dan Rasul )
Banyak juga orang yang sudah memiliki jabatan tinggi, tapi tidak bahagia karena ada orang-orang yang mengincar jabatannya, gelisah karena takut kehilangan jabatannya. Dan banyak yang berada di puncak popularitas tapi hidup serba terbatas. Ke mana-mana diikuti wartawan, tidak bisa menikmati keleluasaan.
Sedikit saja keburukannya terbuka, maka dengan cepat menyebar ke mana-mana. Jadi, segala kenikmatan dunia ini meskipun sudah dimiliki, itu bukan jaminan kebahagiaan. Apalagi jika semua itu didapatkan bukan dengan cara yang halal. Boleh jadi kekayaan yang diperoleh itu didapatkan dengan jalan korupsi, atau jabatan tinggi yang diduduki itu didapatkan dengan cara tidak sehat.
(Baca juga: Khasiat Vaksin Sinovac Capai 65% )
Hal-hal semacam ini selain menimbulkan kegelisahan, juga tidak akan memberikan keberkahan. Dan, yang lebih berat lagi adalah Allah tidak ridha. Sungguh merugi orang yang demikian.
Tetapi, tentu tidak sedikit pula orang yang bisa menjadikan dunia ini benar-benar sebagai jalan baginya untuk mengejar rida Allah SWT. Ada yang kaya raya, tapi dengan kekayaannya itu ia semakin dekat dengan Allah. Ada juga yang menduduki jabatan tinggi, yang dengan jabatannya itu ia menetapkan keputusan dan menjalan kebijakan yang sejalan dengan apa yang Allah ridai. Ada yang punya popularitas besar, yang dengannya ia menebarkan inspirasi positif untuk mengajak lebih banyak orang semakin dekat dengan Allah.
(Baca juga: Merger Unicorn Harus Dongkrak Penjualan Produk Lokal )
Masya Allah! Inilah orang-orang beruntung itu. Dunia yang hanya persinggahan sementara ini benar-benar tidak mereka sia-siakan. Betapa menyesalnya mereka jika ada waktu yang terlewati secara sia-sia. Betapa nelangsanya mereka jika sadar ternyata ada kesempatan beramal saleh yang terlewatkan. Imam Ali bin Abi Thalib pernah menasihatkan,“Ketahuilah, dunia ini akan ditinggalkan di belakang. Sedangkan akhirat akan ditemui di depan. Dunia dan akhirat tersebut memiliki bawahan. Jadilah budak akhirat dan janganlah jadi budak dunia. Hari ini (di dunia) adalah hari beramal dan bukanlah hari perhitungan. Sedangkan besok (di akhirat) adalah hari perhitungan dan bukanlah hari beramal lagi.”
(Baca juga: Fitur-Fitur Baru Telegram yang Bikin WhatsApp Jadi Anak Kemarin Sore )
Semoga kita termasuk orang-orang yang memperolah keberuntungan sejati. Yakni mereka yang leluasa di dunia, bahagia di akhirat.Aamiin yaa Rabbal ‘aalamiin. Wallahu A'lam
“Dan Tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main, dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.”(QS. al-Ankabut : 64).
(Baca juga: Ini Kriteria Perempuan Saleha Seperti yang Disabdakan Rasulullah )
KH Abdullah Gymnastiar dalam tausiyahnya di Ponpes Daaruttauhid menjelaskan, dunia ini bukanlah tujuan hidup kita. Dunia tiada lain hanyalah tempat persinggahan kita sebelum memasuki alam akhirat. Inilah tujuan akhir perjalanan hidup. Maka dari itu, orang yang sibuk dengan urusan dunia tanpa memikirkan akhirat, maka inilah orang yang merugi.
Sedangkan orang yang ‘sibuk’ dengan urusan dunia demi kebahagiaan hidup di akhirat, maka inilah orang yang beruntung. Di dunia dia bahagia, di akhirat juga demikian. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,“Aku tidaklah mencintai dunia dan tidak pula mengharap-harap darinya. Adapun aku tinggal di dunia hanyalah seperti pengendara yang berteduh di bawah pohon dan beristirahat, lalu meninggalkannya.”(HR. Imam Tirmidzi).
(Baca juga: Saat Menghadapi Musibah, Seorang Muslim Harusnya Di Posisi Mana? )
Sayangnya, ternyata tidak sedikit orang yang terjebak pada pikiran jika dunia adalah segalanya. Yang penting hidup bergelimang harta kekayaan, namanya populer di antara manusia, jabatannya tinggi sehingga bisa merasakan berbagai fasilitas dunia, dan lain sebagainya. Mereka mengira dengan mendapatkan semua itu maka akan bahagia.
Padahal kenyataannya, banyak sekali orang yang setelah memiliki kekayaan berlimpah, justru banyak diliputi dengan rasa cemas dan gelisah. Takut hartanya hilang, takut hartanya ada yang mencuri, bersembunyi dari pajak, dan rasa takut lainnya.
(Baca juga: Ciri Sebaik-baiknya Rumah Menurut Allah Ta'ala dan Rasul )
Banyak juga orang yang sudah memiliki jabatan tinggi, tapi tidak bahagia karena ada orang-orang yang mengincar jabatannya, gelisah karena takut kehilangan jabatannya. Dan banyak yang berada di puncak popularitas tapi hidup serba terbatas. Ke mana-mana diikuti wartawan, tidak bisa menikmati keleluasaan.
Sedikit saja keburukannya terbuka, maka dengan cepat menyebar ke mana-mana. Jadi, segala kenikmatan dunia ini meskipun sudah dimiliki, itu bukan jaminan kebahagiaan. Apalagi jika semua itu didapatkan bukan dengan cara yang halal. Boleh jadi kekayaan yang diperoleh itu didapatkan dengan jalan korupsi, atau jabatan tinggi yang diduduki itu didapatkan dengan cara tidak sehat.
(Baca juga: Khasiat Vaksin Sinovac Capai 65% )
Hal-hal semacam ini selain menimbulkan kegelisahan, juga tidak akan memberikan keberkahan. Dan, yang lebih berat lagi adalah Allah tidak ridha. Sungguh merugi orang yang demikian.
Tetapi, tentu tidak sedikit pula orang yang bisa menjadikan dunia ini benar-benar sebagai jalan baginya untuk mengejar rida Allah SWT. Ada yang kaya raya, tapi dengan kekayaannya itu ia semakin dekat dengan Allah. Ada juga yang menduduki jabatan tinggi, yang dengan jabatannya itu ia menetapkan keputusan dan menjalan kebijakan yang sejalan dengan apa yang Allah ridai. Ada yang punya popularitas besar, yang dengannya ia menebarkan inspirasi positif untuk mengajak lebih banyak orang semakin dekat dengan Allah.
(Baca juga: Merger Unicorn Harus Dongkrak Penjualan Produk Lokal )
Masya Allah! Inilah orang-orang beruntung itu. Dunia yang hanya persinggahan sementara ini benar-benar tidak mereka sia-siakan. Betapa menyesalnya mereka jika ada waktu yang terlewati secara sia-sia. Betapa nelangsanya mereka jika sadar ternyata ada kesempatan beramal saleh yang terlewatkan. Imam Ali bin Abi Thalib pernah menasihatkan,“Ketahuilah, dunia ini akan ditinggalkan di belakang. Sedangkan akhirat akan ditemui di depan. Dunia dan akhirat tersebut memiliki bawahan. Jadilah budak akhirat dan janganlah jadi budak dunia. Hari ini (di dunia) adalah hari beramal dan bukanlah hari perhitungan. Sedangkan besok (di akhirat) adalah hari perhitungan dan bukanlah hari beramal lagi.”
(Baca juga: Fitur-Fitur Baru Telegram yang Bikin WhatsApp Jadi Anak Kemarin Sore )
Semoga kita termasuk orang-orang yang memperolah keberuntungan sejati. Yakni mereka yang leluasa di dunia, bahagia di akhirat.Aamiin yaa Rabbal ‘aalamiin. Wallahu A'lam
(wid)