Memaafkan, Akhlak Mulia yang Dapat Menghapus Dosa-dosa

Minggu, 21 Februari 2021 - 05:00 WIB
loading...
Memaafkan, Akhlak Mulia...
Betapa besarnya urusan maaf- memaafkan dalam Islam. Saking besarnya, Rasulullah amat menekankan kepada kita untuk bersegera dalam meminta maaf dan memaafkan apabila memiliki kesalahan. Foto ilustrasi/ist
A A A
Bermusuhan adalah perbuatan yang sangat dilarang oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam untuk dilakukan kaum muslimin. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam memperkuat hal ini,

“Pintu- pintu surga dibuka pada hari senin dan kamis. Maka akan diampuni semua hamba yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, kecuali dua orang laki-laki yang terdapat permusuhan antara dia dengan saudaranya. Maka dikatakan, “Tangguhkan oleh kalian kedua orang ini, sampai keduanya berdamai. Tangguhkan oleh kalian kedua orang ini, sampai keduanya berdamai. Tangguhkan oleh kalian kedua orang ini, sampai keduanya berdamai.” (HR. Bukhari, Muslim. –Shahih).



Betapa Rasulullah di dalam hadis di atas amat mengecam umatnya yang saling bermusuhan, apalagi hingga tidak mau berdamai dan saling memaafkan . Kecaman beliau sangatlah kuat sampai- sampai ancamannya adalah tidak akan diampuni dosa- dosanya, sehingga pintu surga tertutup bagi mereka.

Pimpinan Pondok Pesantren Daarut Tauhid KH Adullah Gymnastiar atau Aa Gym dalam tausiyahnya menjelaskan bagaimana Rasulullah mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar. Kerekatan tali persaudaraan di antara mereka melampaui kerekatan berdasarkan tanah air, suku bangsa dan bahasa. Bahkan melampaui persaudaraan yang berdasarkan pertalian darah atau nasab.

Ada satu kisah yang terselip di tengah kisah agung tentang hijrahnya Rasulullah bersama para sahabat dan persaudaraan antara kaum Muhajirin dan Anshar yaitu kisah Saad Ibn Ar Rabi’ dan Abdurrahman Ibn ‘Auf. Saad dari kaum Anshar, sedang Abdurrahman dari kaum Muhajirin. Keduanya adalah sama-sama sahib Rasulullah Saw. Yang kaya raya.



Ketika hijrah ke Madinah, Abdurrahman tidak membawa harta kekayaannya yang ada di Mekkah. Maka, ia pun tiba di Madinah sebagai orang yang tidak berpunya. Kemudian, Rasulullah Saw mempersaudarakannya dengan Saad. Saad pun seketika itu menawarkan bagian dari kekayaan untuk dimiliki oleh Abdurrahman. Bahkan, Saad menawarkan salah satu istrinya untuk diceraikan dan kemudian diperistri oleh Abdurrahman. Namun, meskipun Saad menawarkan semua itu dengan penuh kesungguhan, Abdurrahman menolaknya secara halus dan memilih untuk berusaha sendiri melalui perniagaan.

Membaca penggalan kisah kedua sahabat Rasulullah ini, kata Aa Gym, kita bisa melihat betapa agungnya persaudaraan sesama muslim. Sungguh, tak ada keuntungan yang akan kita dapatkan dari permusuhan selain dari sesaknya hati dan rasa gelisah manakala berjumpa dengan saudara yang bermusuhan dengan kita.



Oleh karena itu berbesar jiwalah, lapangkanlah hati kita untuk mau memohon maaf dan memberi maaf. Sebagai gambaran, jikalau kita berada di dalam sebuah kamar yang sempit, dan di kamar itu ada seekor tikus kecil, maka sungguh terasa sengsaranya kita. Betapa tikus itu akan menjadi masalah yang terasa amat besar buat kita. Namun, jikalau kita berada di dalam ruang yang sangat luas yang bahkan seolah tak berbatas, maka jika ada seekor gajah besar di dalam ruangan itu tak akan menjadi masalah besar untuk kita.

Demikianlah jika kita memiliki kebesaran jiwa dan kelapangan hati. Rasa kesal, marah dan permusuhan dengan saudara kita, tidak akan menjadi masalah untuk kita. Karena kita akan memiliki kemudahan untuk mau meminta maaf dan member maaf.

Allah Ta'ala berfirman,

خُذِ الۡعَفۡوَ وَاۡمُرۡ بِالۡعُرۡفِ وَاَعۡرِضۡ عَنِ الۡجٰهِلِيۡنَ
“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang- orang yang bodoh.” (QS. Al A’raf: 199)

Allah Ta'ala berfirman

“..Maka barangsiapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang- orang yang dzhalim.” (QS. Asy Syura : 40)

Dua ayat di atas lebih dari cukup bagi kita untuk menyadari bahwa Allah Swt sangat mencintai hamba-Nya yang ringan dalam member maaf. Rasulullah Saw menegaskan kedua ayat di atas dengan hadisnya sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw bersabda,

“Barangsiapa pernah melakukan kedzhaliman terhadap saudaranya, baik menyangkut kehormatannya atau sesuatu yang lain, maka hendaklah ia minta dihalalkan darinya hari ini, sebelum dinar dan dirham tidak berguna lagi (hari kiamat). (kelak) jika dia memiliki amal shaleh, akan diambil darinya seukuran kedzhalimannya. Dan jika dia tidakmempunyai kebaikan (lagi), akan diambil dari keburukan saudara (yang dizhalimi) kemudian dibebankan kepadanya.” (HR. Bukhari. –Shahih).



Masya Allah, betapa besarnya urusan maaf- memaafkan ini dalam agama kita. Saking besarnya, Rasulullah amat menekankan kepada kita untuk bersegera dalam meminta maaf dan memaafkan apabila memiliki kesalahan terhadap sesama.

Karena jika hal itu tekad, yaitu ketika belum mendapatkan maaf dari orang yang kita dzhalimi, maka kita akan menjadi orang yang rugi di akhirat. Kenapa? Karena amal kebaikan kita akan diberikan pada orang yang kita dzhalimi seukuran dengan kedzhaliman yang kita lakukan terhadapnya. Sedangkan jika itu belum juga memenuhi, maka keburukan dirinya akan dialihkan kepada kita. Na’udzubillahimindzalik!

Oleh karena itulah selain ampunan dari Allah Ta'ala, terdapat juga dosa- dosa yang tidak terhapus kecuali mendapatkan maaf dari orang yang didzalimi atau disakiti. Memang bisa jadi orang yang didzhalimi itu memiliki keluasan hati sehingga ia memaafkan sebelum dimintai maaf, akan tetapi, mungkin juga sebaliknya, ia diam namun memendam marah tanpa mau memberikan maaf. Hal ini sebagaimana kisah Al Qomah dengan ibunya.



Dalam hadis yang diriwayatkan dari Anas RA, disebutkan bahwa Rasulullah pernah bersabda, “Tidaklah shadaqah itu mengurangi harta; tidaklah Allah menambah bagi seorang hamba dengan sifat memberi maaf, kecuali kemuliaan; dan tidaklah seorang hamba merendahkan diri karena Allah, melainkan Allah meninggikan derajatnya.” (HR. Muslim. –Shahih)

Rasulullah juga pernah bertanya kepada para sahabatnya, “Maukah kalian aku tunjukkan akhlak yang paling mulia di dunia dan di akhirat? Memberi maaf orang yang mendzhalimimu, memberi orang yang menghalangimu, dan menyambung silaturahim orang yang memutuskan (silaturahim dengan)mu.” (HR. Baihaqi. –Marfu’).

Permusuhan hendaklah dilawan dengan semangat saling maaf- memaafkan. Karena semangat ini adalah bukti keimanan terhadap Allah dan Rasul- Nya, serta wujud nyata persaudaraan di dalam islam. Semoga kita menjadi bagian dari golongan orang- orang memiliki semangat tersebut dan termasuk golongan yang dijanjikan surga oleh Allah SWT. Aamiin!



Wallahu A'lam
(wid)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2502 seconds (0.1#10.140)